'Kartini' Jember: Perjuangan Para Ojol Perempuan, Ada yang Bawa Anak di Motor
kumparanNEWS April 21, 2025 06:00 PM
Di Jember, Jawa Timur, ada 15 ojek online (ojol) perempuan yang bersatu dan tergabung dalam grup Kartini Jember.
Mereka saling menguatkan di tengah kebutuhan ekonomi, terlebih ada yang harus menjanda, merawat anak, menyokong keluarga.
"Saya janda satu orang anak, sehari-hari ya bekerja ngojek ini. Karena kondisi, anak saya sering ikut ngojek. Ya bagaimana lagi, di rumah tidak ada yang jaga, enggak bisa ditinggal," kata Fera Kurniawati (25 tahun) asal Kecamatan Sukorambi, saat ditemui wartawan, Senin (21/4).
Fera Kurniawati ojol perempuan di Jember. Foto: Mili.id
zoom-in-whitePerbesar
Fera Kurniawati ojol perempuan di Jember. Foto: Mili.id
Fera Kurniawati ojol perempuan di Jember, saat mendapatkan penumpang. Foto: Mili.id
zoom-in-whitePerbesar
Fera Kurniawati ojol perempuan di Jember, saat mendapatkan penumpang. Foto: Mili.id
Fera pun memastikan anaknya memakai jaket kalau ikut ngojek. "Kepikiran (khawatir) masuk angin," katanya.
Kesulitan Fera adalah saat hujan datang. "Pernah dapat orderan terus dibatalkan, padahal saya sudah jalan," katanya. Kalau hujan, anak terpaksa tidak ikut.

Kisah Zulfa: Suami Ojol Juga

Muizzatuz Zulfa, ojol perempuan di Jember; bersama suaminya yang juga ojol dan anaknya. Foto: Mili.id
zoom-in-whitePerbesar
Muizzatuz Zulfa, ojol perempuan di Jember; bersama suaminya yang juga ojol dan anaknya. Foto: Mili.id
Muizzatuz Zulfa (30), asal Kecamatan Ajung, punya cerita lain. Ia justru mendapatkan suami yang sama-sama berprofesi sebagai ojol.
"Saya ojol sudah lama, sejak sebelum Covid. Suami saya juga sama. Saat itu kita sama-sama single. Ketemu karena sama-sama punya kelompok dan bertemu. Akhirnya menikah," ucap Zulfa.
Sebagai pasangan yang berprofesi sama, Zulfa berharap untuk mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membuka peluang usaha lain, selain menjadi ojol.
Muizzatuz Zulfa, ojol perempuan di Jember; bersama suaminya yang juga ojol dan anaknya. Foto: Mili.id
zoom-in-whitePerbesar
Muizzatuz Zulfa, ojol perempuan di Jember; bersama suaminya yang juga ojol dan anaknya. Foto: Mili.id
"Istri enggak masalah, tapi kepikiran juga karena sudah berkeluarga. Juga khawatir banyak hal di jalan. Kan cari makan di jalan berat," ujar suami Zulfa, Ahmad Humaidi (31), menambahkan.
"Niat istri membantu ekonomi, karena ya kehidupannya begitu, kami sama-sama berjuang," imbuh pria asal Situbondo yang dikaruniai anak satu, saat ini berusia 1,5 tahun, itu.

Tentang Kelompok Ojol 'Kartini Jember'

Ketua Kartini Jember, Lesly Novitasari (kiri) dan para anggota grup. Foto: Mili.id
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Kartini Jember, Lesly Novitasari (kiri) dan para anggota grup. Foto: Mili.id
"Kelompok bernama Kartini Jember ini wadah saling mendukung dan memantau keselamatan saat bekerja, terutama di malam hari. Bagi kami, ojol perempuan, kan rawan," kata Ketua Kartini Jember, Lesly Novitasari (42 tahun), saat ditemui, Senin (21/4).
Lesly yang berasal dari Kecamatan Sumbersari ini menuturkan bahwa anggota kelompoknya ada yang janda, dan terpaksa melakukan pekerjaan ojol dengan membawa anak.
"Harus berjuang hidup sendiri," kata Lesly.

Pelecehan Seksual

Ketua Kartini Jember, Lesly Novitasari (kiri) dan para anggota grup. Foto: Mili.id
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Kartini Jember, Lesly Novitasari (kiri) dan para anggota grup. Foto: Mili.id
Lesly bercerita, pernah ojol perempuan mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh penumpang laki-laki.
"Dia boncengnya mepet. Kita beri arahan untuk menjauh tapi malah menjawab 'Wong di kota lainnya, ini enggak apa-apa'," kata Lesly.
Dari kejadian tersebut, sesama anggota Kartini Jember selalu membagikan informasi lokasi sehingga bila ada pelecehan seksual bisa cepat melapor.
Lesly ingin di Hari Kartini 21 April 2025 ini perempuan lebih mendapat prioritas perlindungan.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.