Cara Jemari Warga Sipil Bantu Palestina Lawan Israel
Qonitah Rohmadiena April 22, 2025 01:40 PM
Hampir dua tahun belakangan ini, ketika bermain media sosial, sering sekali saya menemukan sebuah konten yang berisi video clickbait yang di tengah-tengah berubah menjadi video permintaan tolong dari warga Palestina yang sampai tahun 2025 ini masih terus berjuang untuk bisa bertahan hidup dari serangan Israel. Pada konten yang biasanya saya temukan di linimasa akun media sosial, biasanya si pemilik akun meminta penonton video mereka untuk mengirimkan donasi, atau paling tidak membantu untuk menyebarkan kepedulian terhadap apa yang sedang terjadi di Palestina dengan cara menyukai, berkomentar, dan membagikan konten tersebut ke orang lain. Sebagian besar dari Anda juga pasti ada yang pernah melihat konten serupa, atau bahkan sering mendapat konten tersebut yang mulai ramai muncul sejak terjadinya genosida terhadap warga Palestina pada akhir tahun 2023 lalu.
Banyak juga akun-akun resmi milik media massa dari berbagai negara, khususnya dari Timur Tengah yang setia membawakan kabar tentang kondisi terkini warga Palestina. Setiap kali melihat informasi mengenai anak-anak di Palestina yang tewas karena serangan Israel, kita pasti sering merasa tidak berdaya, tidak tahu harus berbuat apa untuk bisa memberikan kontribusi yang nyata untuk membantu warga Palestina. Terlebih ketika kita di Indonesia masih harus susah payah berjuang untuk mengatur pengeluaran demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, upaya-upaya yang bisa kita lakukan akhirnya terbatas pada aksi boikot, protes, berusaha mengkampanyekan tentang kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina, dan terakhir adalah berdoa. Setiap kita menunjukkan solidaritas terhadap Palestina dan perlawanan terhadap Israel, tak jarang terlintas pikiran tentang seberapa besar usaha yang kita lakukan sebagai warga sipil tersebut bisa membantu Palestina? Atau justru usaha yang kita lakukan selama ini hanya berakhir sia-sia.
Bantuan kemanusiaan dari Indonesia yang diberikan ke Palestina pada 6 November 2023. Ilustrasi bantuan dan donasi masyarakat Indonesia untuk warga Palestina. Sumber: YouTube MoFA Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Bantuan kemanusiaan dari Indonesia yang diberikan ke Palestina pada 6 November 2023. Ilustrasi bantuan dan donasi masyarakat Indonesia untuk warga Palestina. Sumber: YouTube MoFA Indonesia
Sebelum terjun lebih dalam untuk menelusuri seperti apa sebenarnya dampak atau pengaruh dari aksi boikot dan protes yang dilakukan oleh kita sebagai warga sipil, penting untuk diketahui bahwa simpati dan empati terhada warga Palestina juga ditunjukkan oleh masyarakat dari negara-negara lain, seperti para mahasiswa di Amerika Serikat dan Inggris yang melakukan aksi boikot dan protes terhadap Israel. Gerakan boikot sebagai protes terhadap penjajahan Israel atas Palestina sebenarnya sudah ada sejak tahun 2005 silam yang dikenal dengan gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS). Dr. Kristian Alexander yang merupakan peneliti dari TRENDS Research & Advisory menyampaikan bahwa efek terbesar dari aksi boikot bukan lah penurunan penjualan, melainkan anjloknya reputasi dari perusahaan tersebut. Ketika sebuah perusahaan menjadi target boikot, maka reputasi perusahaan yang menurun akan berpotensi memengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Pada akhirnya perusahaan yang bersangkutan akan berpikir ulang tentang cara mereka dalam menyikapi suatu peristiwa dan kejadian. Contoh nyata dari dampak boikot bisa kita lihat pada Starbucks yang menjadi salah satu target aksi boikot di Indonesia. Starbucks melalui portal resminya memberikan klarifikasi kepada masyarakat di Indonesia tentang konflik di Gaza, Palestina, termasuk membantah isu pemegang saham terbesar Starbucks yakni Howard Schultz memberikan dukungan finansial kepada Israel. Selain Starbucks, McDonald’s Indonesia juga menyatakan tidak terlibat dalam aksi McDonald’s Israel yang sempat viral karena memberikan bantuan makanan pada pasukan militer Israel atau Israel Defence Forces (IDF).
Meskipun aksi boikot bisa memaksa korporasi-korporasi raksasa untuk buka suara terhadap Palestina, harus diakui juga bahwa aksi boikot yang dilakukan oleh kalangan grassroots memang sangat terbatas, dan sulit untuk bisa menekan Israel yang industri strategisnya berada di sektor farmasi, teknologi, dan pertahanan. Aksi protes dan demonstrasi pun juga demikian, kecil kemungkinan bisa menekan Israel, karena kecaman dan teguran dari berbagai petinggi negara dan juga organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan juga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), semua tidak ada yang digubris oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Kendati demikian, jangan sampai kita sebagai warga sipil berkecil hati atau malah menyerah dalam vokal menyuarakan penderitaan warga Palestina, karena aksi-aksi kecil yang kita lakukan melalui jari-jemari kita, ternyata juga bisa memicu butterfly effect yang akan sangat membantu warga Palestina.
Misalnya ketika aksi boikot terhadap Coca Cola yang dilakukan oleh warga Mesir, ternyata bisa mendorong perkembangan produsen lokal yang memproduksi minuman berkarbonasi. Jika kita melihat kondisi di Indonesia, ternyata ada banyak sekali pengusaha-pengusaha lokal yang vokal dan aktif membantu Palestina, seperti brand makeup Wardah yang mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina senilai miliaran rupiah, kemudian ada juga gerai burger dengan merek Lawless Burgerbar yang mendonasikan Rp 52 juta untuk Palestina. Aksi sesederhana beralih menggunakan produk-produk lokal Indonesia yang memiliki sikap pro Palestina, ternyata secara tidak langsung juga mendukung para perusahaan-perusahaan lokal ini untuk lebih berani dan termotivasi untuk melakukan aksi kemanusiaan membantu Palestina. Di era masifnya penggunaan sosial media, kita sebagai masyarakat sipil memiliki kekuatan yang luar biasa besar jika kita bisa bergerak secara kolektif untuk mengubah persepsi publik.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.