TRIBUNNEWS.COM – Perang di Jalur Gaza belum juga rampung, tetapi seorang pemimpin oposisi di Israel bernama Yair Lapid menyatakan Israel sedang menuju bencana lainnya.
“Dua minggu sebelum kegagalan pada bulan Oktober (serangan Hamas), saya menggelar konferensi pers yang di dalamnya saya memperingatkan bahwa kita sedang menuju perang dan bencana keamanan,” kata Lapid saat konferensi hari Minggu, (20/4/2025), dikutip dari The Times of Israel.
“Pemerintah menolak untuk mendengarkan saya. Kini saya ingin memperingatkan lagi, sekarang berdasarkan informasi intelijen yang jelas: Kita sedang menuju bencana lain.”
Lapid yang pernah menjadi Perdana Menteri Israel mengatakan akan ada “pembunuhan politis” dan orang Yahudi akan membunuh orang Yahudi lainnya.
Dia lalu meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan hasutan yang menargetkan Ronen Bar, Kepala Shin Bet atau Dinas Keamanan Israel. Dia mengatakan hasutan itu akan memunculkan “pembunuhan politis”.
Menurut dia, perselisihan antara Shin Bet dan pemerintahan Netanyahu adalah hadiah terbesar bagi musuh-musuh Israel.
Bulan kemarin Netanyahu sudah memutuskan memecat Ronen Bar dari jabatannya sebagai Kepala Shin Bet. Namun, pemecatannya ditangguhkan oleh pengadilan tinggi Israel.
Pemecatan itu terjadi saat Shin Bet sedang menyelidiki kasus ajudan dekat Netanyahu dalam “skandal Qatargate”.
Partai oposisi menuding Netanyahu ingin menghalangi penyelidikan. Keputusan pemecatan Ronen Bar juga diduga didasari oleh alasan politik.
Di sisi lain, Netanyahu mengklaim persoalan tentang siapa yang mengepalai Shin Bet adalah persoalan keamanan. Pengadilan tidak boleh terlibat di dalamnya.
Baru-baru ini jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Israel meyakini bahwa negara mereka berisiko dilanda perang saudara.
Jajak pendapat itu dilakukan oleh Institut Kebijakan Masyarakat Yahudi (JPPI) dan hasilnya diterbitkan hari Kamis, (3/4/2025).
Sebelumnya, mantan Ketua Mahkamah Agung Israel Aharon Barak pernah memperingatkan bahwa Israel "hanya selangkah" dari perang saudara karena perpecahan internal.
Dikutip dari The Jerusalem Post, JPPI lalu menggelar jajak pendapat untuk mengetahui pendapat warga Israel mengenai ancaman perang saudara.
Hasil jajak pendapat menunjukkan ada 27 persen responden yang sepakat dengan pernyataan Barak. Sebanyak 33 persen responden meyakini ucapan Barak berlebihan, tetapi mengakui memang ada ancaman nyata terjadinya perang saudara.
Sementara itu, sebanyak 16 persen responden meyakini tidak ada ancaman nyata perang saudara.
Menurut jajak pendapat tersebut, sebagian besar responden dari semua ideologi politik, kecuali kanan, percaya bahwa ada bahaya nyata perang saudara.
Jajak pendapat lain yang dilakukan oleh Maariv tahun 2023 menyebutkan ada 58 persen warga Israel yang mengkhawatirkan terjadinya perang saudara di tengah krisis reformasi yudisial.
JPPI juga menyurvei sikap warga Israel mengenai upaya Netanyahu untuk memecat Ronen Bar dan upaya pengadilan tinggi untuk ikut campur dalam persoalan itu.
Sebanyak 51 persen responden menentang campur tangan pengadilan, lalu 40 persen meyakini pengadilan tak punya kewenangan untuk mengintervensi.
Dari data tersebut, ada 11 persen responden yang meyakini pengadilan punya kewenangan, tetapi pencopotan Bar bisa dibenarkan.
Terdapat 38 persen responden yang meyakini pengadilan harus membatalkan pencopotan Bar.
Di antara responden sayap kanan, 76 persen meyakini pengadilan kekurangan otoritas. Sebanyak 47 persen responden dari sayap tengah meyakininya pula.
Adapun sebagian besar responden dari sayap kiri meyakini pengadilan harus membatalkan pencopotan Bar.