Harga Komoditas: Batu Bara Turun 0,21 Persen, CPO Naik 1,71 Persen
kumparanBISNIS April 24, 2025 12:00 PM
Harga minyak mentah turun 2 persen pada penutupan perdagagan Rabu (23/4), setelah adanya rencana kenaikan produksi minyak OPEC+. Harga batu bara dan nikel juga menurun karena kondisi kelebihan pasokan.
Sementara CPO menguat karena potensi kenaikan permintaan dari pembeli utama China dan India. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.

Minyak Mentah

Harga minyak mentah merosot pada Rabu, karena OPEC+ akan mempertimbangkan untuk mempercepat peningkatan produksi minyaknya pada Juni, tetapi kerugian tersebut tertahan menyusul laporan bahwa Presiden AS Donald Trump mungkin akan memangkas tarif impor China.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 1,96 persen, menjadi USD 66,12 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berakhir 2,2 persen lebih rendah pada USD 62,27 per barel.
Berita tentang tarif membantu menahan penurunan harga minyak. Trump akan mempertimbangkan penurunan tarif pada barang-barang impor China sambil menunggu pembicaraan dengan Beijing. Tarif China kemungkinan akan turun antara 50 dan 65 persen.

Batu Bara

Sedangkan harga batu bara menurun pada penutupan perdagangan Rabu. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga batu bara turun 0,21 persen menjadi USD 93.70 per ton.
Harga batu bara Newcastle jatuh di bawah USD 94 per ton, turun 25 persen tahun ini ke level terendah dalam empat tahun, di tengah permintaan yang rendah dan pasokan yang cukup dari produsen-produsen utama dunia. Musim dingin yang lebih hangat di China dan importir utama Asia lainnya mendorong permintaan untuk pembangkit listrik turun tajam.
Namun, produksi batu bara tetap kuat. Produksi Indonesia mencapai rekor 836 juta ton tahun lalu, melampaui target awalnya sebesar 18 persen. Selain itu, China berencana meningkatkan produksi sebesar 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton tahun ini setelah jumlah produksi rekor pada tahun 2024.

CPO

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menguat pada penutupan perdagangan Rabu. Harga CPO berdasarkan tradingeconomics naik 1,71 persen menjadi MYR 4.035 per ton.
Kenaikan harga CPO berjangka Malaysia terjadi setelah Dewan Minyak Sawit Malaysia mengatakan permintaan dari pembeli utama India dan China diperkirakan akan meningkat. Di sisi ekspor, surveyor kargo melaporkan pengiriman Malaysia sampai 20 April naik antara 11,9-18,5 persen dari periode yang sama di Maret. Sementara ekspor Indonesia turun hampir 2 persen.
Sementara itu, China akan mengurangi impor kedelai AS di tengah risiko perdagangan yang sedang berlangsung, berpotensi meningkatkan permintaan CPO. Di AS, Trump menegaskan kembali bahwa ia menginginkan kesepakatan dengan Cina di mana tarif tidak akan mendekati 145 persen, meredakan volatilitas pasar yang lebih luas, termasuk dalam CPO.

Nikel

Harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Rabu. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics melemah 1,39 persen menjadi USD 15.570 per ton.
Harga nikel berjangka bangkit dari level terendah lebih dari empat tahun di USD 14.150 pada 8 April, karena pasar menilai kembali permintaan manufaktur global. Trump telah mengumumkan tarif agresif terhadap mitra dagang utama untuk memerangi defisit perdagangannya, yang memicu aksi jual logam dasar, hanya untuk berbalik arah setelah AS menunda sebagian besar pungutan tersebut.
Sementara itu, ekspektasi penurunan produksi dari Indonesia melunakkan kekhawatiran kelebihan pasokan yang telah menekan harga sejak awal tahun. Pemerintah mempertimbangkan untuk mengurangi kuota pertambangan sebesar 120 juta ton tahun ini setelah larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020 mendorong China untuk membuka lebih dari 40 smelter di Indonesia.

Timah

Sementara itu, harga timah terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Rabu. Harga timah berdasarkan situs London Metal Exchange (LME) naik tipis 0,59 persen dan menetap di USD 31.314 per ton.
Harga timah berjangka sempat anjlok di bawah USD 30.000, mengikuti penurunan tajam pada logam dasar karena eskalasi perang dagang antara AS dan China menghambat prospek permintaan manufaktur. Pergerakan tersebut mendorong pasar untuk menjual logam dasar karena risiko terhadap konsumsi China.
Namun, kekhawatiran pasokan yang masih ada membatasi penurunan harga yang lebih tajam. Gempa bumi di Myanmar membahayakan pembukaan kembali tambang Man Maw yang dipulihkan untuk memasok peleburan China. Selain itu, kelompok militan pemberontak di DR Kongo memajukan wilayah mereka dan mendorong Alphamin Resources untuk mengevakuasi tambangnya di wilayah tersebut, salah satu tambang timah terbesar di dunia.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.