ASPEBINDO Jajaki Kerjasama dengan Perhutani Budidayakan Tanaman Energi
Choirul Arifin April 25, 2025 12:31 AM

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pemasok Energi, Mineral dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO) menggelar pertemuan audiensi dengan Perum Perhutani untuk menjajaki kerjasama optimalisasi tanaman energi untuk PLTU dan lingkungan.

Sekjen ASPEBINDO Made Nugraha Jaya Wardana menyatakan, kerja sama ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan meningkatkan ketersediaan energi.

"Kami berharap kerja sama ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan energi, serta mengurangi dampak buruk bagi lingkungan," ujarnya dikutip Kamis, 24 April 2025.

Ketua Bidang 5 Transisi Energi, Lingkungan Hidup dan Kehutanan ASPEBINDO Eka Lestari Sinaga mengatakan, asosiasinya berkomitmen meningkatkan penggunaan energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

"Kami berharap kerja sama ini dapat membantu meningkatkan kualitas lingkungan dan meningkatkan ketersediaan energi," kata Eka Lestari yang juga direktur utama PT  Esa Maha Karya Tunggal.

Dewanto, Kepala Bidang Perencanaan SDH Perum Perhutani menyatakan perusahaannya sangat mendukung kerja sama ini.

"Kami berharap kerja sama ini dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan meningkatkan ketersediaan energi, serta membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

Direktur Pengembangan & Perencanaan Perum Perhutani Endung Trihartaka menambahkan, Perhutani siap meningkatkan penggunaan energi berkelanjutan dan ramah lingkungan.

"Kami berharap nantinya selain meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan energi, bersama ASPEBINDO juga dapat bekerjasama dalam hal ekspor produk industri kayu," kata Endung.

Lima Strategi Jaga Momentum Hilirisasi

Mengutip Kontan, ASPEBINDO sebelumnya telah mengajukan lima strategi untuk menjaga momentum hilirisasi nasional, pertama, diversifikasi mitra strategis. 

Pemerintah disarankan menjajaki kembali kerja sama dengan produsen global seperti Tesla, Eramet, dan Bosch, disertai insentif fiskal yang lebih menarik.

Kedua, reformasi regulasi investasi, penyederhanaan perizinan dan penyediaan lahan industri harus dipercepat. Ini sejalan dengan program Ease of Doing Investment yang diinisiasi Kementerian Investasi dan Hilirisasi.

Ketiga, penguatan sinergi nasional, IBC didorong membentuk joint venture bersama swasta nasional besar. Keempat, pemanfaatan surplus listrik 35 GW. Kelebihan pasokan dari program 35.000 MW diusulkan dialokasikan ke kawasan industri baterai dengan tarif khusus, guna menekan biaya produksi.

Kelima, negosiasi tarif global. Indonesia perlu mendorong negosiasi dagang bilateral untuk menanggapi tarif impor baterai AS yang mencapai 32 persen, sekaligus menawarkan paket investasi hijau berbasis nikel.

Aspebindo juga mendorong alokasi anggaran khusus sebesar 20ri Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Minerba untuk mendukung percepatan hilirisasi, yang nilainya bisa mencapai Rp37 triliun hingga Rp40 triliun per tahun.

Meski kehilangan mitra strategis, Aspebindo menegaskan hilirisasi tetap menjadi prioritas nasional.

Sebagian artikel ini dikutip dari Kontan

 

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.