Kopi dan Ketan: Sepiring Rindu di Tebuireng
GH News April 26, 2025 02:04 PM

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Pagi itu, aroma ketan hangat berpadu dengan wangi kopi hitam menyeruak di pelataran Pondok Putri Pesantren Tebuireng, Jombang. 

Sambil duduk bersila dan tertawa ringan, para alumni Pesantren Tebuireng larut dalam suasana hangat penuh nostalgia. Hari itu, Sabtu (26/4/2025), menjadi momen yang bukan sekadar temu alumni, melainkan juga pertemuan dengan kenangan lama yang disimpan dalam sepiring ketan.

Festival Pesantren Tebuireng 2025 mencapai puncaknya. Di tengah beragam acara meriah yang digelar sejak 23 April, terselip sebuah tradisi yang tak pernah absen: sarapan ketan dan kopi. Bagi sebagian orang mungkin ini sekadar menu sederhana, tapi bagi alumni Tebuireng, ini adalah pengikat rasa, pengobat rindu akan masa-masa mondok yang telah berlalu.

Ketan Cukir, Lebih dari Sekadar Makanan

Tak lengkap rasanya pulang ke Tebuireng tanpa menyantap ketan khas Cukir. Diolah dari beras ketan pilihan, disajikan dengan parutan kelapa dan bubuk kedelai manis, ketan ini bukan hanya memanjakan lidah tapi juga menggugah kenangan.

“Insya Allah, kalau ke pondok, pasti menyempatkan menikmati ketan. Alhamdulillah, disediakan di sini. Sambil berkumpul dengan teman-teman alumni, menikmati rindu ketan sekaligus rindu masa mondok dulu,” ungkap Hanif, alumni asal Semarang yang hadir di momen halal bihalal nasional tahun ini. 

Hanif bukan satu-satunya. Agus Wahyu, alumni lain asal Madiun, pun mengaku bahwa kombinasi ketan dan kopi adalah menu wajib setiap kali ia kembali ke Jombang. 

“Ngopi sambil makan ketan itu bukan soal rasa saja, tapi soal suasana. Rasanya khas, suasananya luar biasa. Seolah kita kembali jadi santri,” katanya sambil tersenyum.

Jejak Panjang Ketan Cukir

Ketan Cukir bukan barang baru. Kuliner ini sudah puluhan tahun menjadi bagian dari denyut kehidupan warga Tebuireng dan para santri. Salah satu warung legendaris yang lokasinya yang tidak jauh dari kompleks pesantren membuatnya menjadi langganan para santri. 

Menjadi saksi diam perjalanan waktu, ketan Cukir hadir dalam suka dan duka para perindu Tebuireng. Menemani pagi-pagi sunyi para santri, menjadi kudapan usai mengaji, dan kini menjelma sebagai simbol kerinduan alumni saat kembali pulang.

*Mengenang Lewat Rasa*

Festival Pesantren Tebuireng bukan hanya tentang lomba, seminar, atau diskusi. Bagi para alumni, yang paling dirindukan adalah suasana: lantunan doa pagi, canda tawa di serambi, dan tentu saja, kopi dan ketan di pagi hari.

Dalam piring-piring ketan yang tersaji, ada cerita tentang kebersamaan, perjuangan menuntut ilmu, dan ikatan persaudaraan yang tak lekang oleh waktu. Di setiap gigitannya, tersembunyi kenangan yang tak bisa digantikan oleh kemewahan manapun.

Karena bagi mereka yang pernah mondok di Tebuireng, pulang tak harus dengan membawa oleh-oleh. Cukup secangkir kopi dan sepiring ketan rindu pun lunas dibayar tuntas.(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.