TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 300 tentara Israel telah tewas selama 12 bulan terakhir perang di Gaza, menurut data Kementerian Pertahanan Israel, Jumat (25/4/2025).
Surat kabar Israel Haaretz melaporkan, 316 tentara dan anggota dari lembaga keamanan dan militer telah tewas sejak April 2024.
Tambahan 79 warga sipil Israel juga tewas dalam periode yang sama.
Namun, di sisi lain terdapat data yang berbeda, sumbernya padahal sama-sama dari Kementerian Pertahanan.
Data tersebut menyebutkan hampir 6.000 keluarga baru berduka sejak awal perang di Gaza pada Oktober 2023.
Istilah 'keluarga yang berduka' biasanya mengacu pada kerabat dekat individu yang tewas dalam dinas militer atau dalam perang.
Kesenjangan data dari Kementerian Pertahanan Israel itu pun menimbulkan pertanyaan besar, terkait proses pendataan.
Juga, apakah ada potensi korban tewas dari pasukan Israel yang tidak dilaporkan.
Secara total, Kementerian Pertahanan Israel sekarang mencatat total 58.617 keluarga yang berduka di Israel, termasuk 5.944 yang ditambahkan sejak perang dimulai.
Menurut surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, perselisihan tajam telah muncul antara Angkatan Udara Israel dan Komando Selatan atas tingginya jumlah korban sipil di Gaza.
Seorang pejabat keamanan senior dilaporkan mengatakan kepada surat kabar itu, pilot Angkatan Udara tidak puas dengan biaya serangan manusia pada target yang dipilih oleh Komando Selatan, juga menyatakan korban tewas sipil sering melebihi perkiraan awal.
Sementara itu, sentimen publik terus berubah.
Dalam editorial baru-baru ini, surat kabar Israel Ma’ariv berpendapat Israel "tenggelam dalam rawa Gaza" dan mendesak pemerintah untuk mencapai kesepakatan pertukaran sandera serta gencatan senjata.
Yair Golan, pemimpin Partai Buruh Israel, menggemakan seruan ini, memperingatkan bahwa Israel tidak mampu melakukan perang lebih lama lagi.
Dia mengadvokasi perjanjian politik dan keamanan regional untuk mengakhiri perang dan mengembalikan sandera yang tersisa.
(Garudea Prabawati)