TRIBUNNEWS.COM – Kondisi Iran mencekam setelah ledakan dahsyat mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee yang berlokasi di kota Bandar Abbas, Iran, pada Sabtu (26/4/2025).
Rekaman yang diunggah kantor berita semi-resmi Tasnim memperlihatkan suasana mencekam, korban-korban tergeletak di jalan, beberapa di antaranya dirawat darurat di lokasi.
Adapun ledakan terjadi saat Iran sedang menjalani putaran ketiga perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) di Oman.
Pasca insiden ini terjadi, pemerintah Iran mengeluarkan instruksi untuk menutup sekolah dan kantor di sekitar wilayah Bandar Abbas berlaku mulai Minggu (27/4/2025).
Penutupan ini dilakukan sebagai langkah darurat untuk mengurangi paparan terhadap polusi udara berbahaya, seperti amonia, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida, yang dilepaskan akibat ledakan.
Mengingat bahan kimia berbahaya seperti amonium perklorat, dapat mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan anak-anak dan pegawai, di wilayah Bandar Abbas
Selain itu, mengutip Washington Post kebijakan penutupan sekolah dan kantor dilakukan untuk memudahkan petugas dalam melakukan pencarian korban.
Dengan menutup tempat-tempat umum seperti sekolah dan kantor, pemerintah dan lembaga darurat dapat lebih efektif berkomunikasi dan mengorganisir evakuasi atau bantuan ke area-area yang paling terdampak.
Ledakan dahsyat itu terjadi di Pelabuhan Shahid Rajaee di Iran selatan yang merupakan tempat yang digunakan untuk ekspor dan impor barang, termasuk bahan kimia dan bahan bakar.
Ledakan terjadi sekitar pukul 10.00 waktu setempat pada 26 April 2025, ledakan ini begitu kuat sehingga terdengar hingga Pulau Qeshm yang berjarak sekitar 26 kilometer dari Bandar Abbas.
Tak lama setelah itu kebakaran besar juga terjadi sebagai akibat dari ledakan tersebut.
Bahkan, rekaman yang beredar di media sosial memperlihatkan gumpalan awan jamur besar yang membumbung ke udara.
Api yang menjalar kemudian melalap sejumlah kontainer dan fasilitas di sekitar kawasan pelabuhan.
"Seluruh gudang dipenuhi asap, debu, dan abu. Saya tidak ingat apakah saya masuk ke bawah meja atau terlempar ke sana akibat ledakan," kata seseorang yang berada di area tersebut kepada TV pemerintah Iran.
Rekaman udara menunjukkan sedikitnya tiga area terbakar.
Pernyataan tersebut turut dikonfirmasi menteri dalam negeri Iran, menyebutkan bahwa api menyebar dari satu kontainer ke kontainer lainnya.
Sejauh ini sumber yang memiliki hubungan dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran, mengatakan bahwa yang ledakan kemungkinan disebabkan oleh bahan bakar peluru kendali (rudal) padat.
Adapun bahwa bahan yang meledak adalah ammonium perklorat yang disimpan di pelabuhan, dengan spekulasi bahwa bahan tersebut disimpan secara tidak tepat atau mengalami kebocoran.
Terbaru, kantor berita Iran Tasnim, mengutip kepala pengadilan provinsi, memberikan informasi terkini pada hari Minggu, yaitu 25 orang tewas.
Sementara korban luka-luka dilaporkan mencapai lebih dari 800 orang.
Mengutip data BBC International, kebanyakan korban adalah pekerja pelabuhan dan beberapa warga sipil yang berada di sekitar kawasan tersebut.
Sebagai evakuasi awal, TV pemerintah melaporkan bahwa ratusan orang telah dipindahkan ke pusat medis terdekat.
Selain itu pusat transfusi darah provinsi diketahui telah mengeluarkan seruan untuk donasi darah
(Tribunnews.com / Namira)