Serangan Besar-besaran Ratusan Drone Ukraina Sasar Bryansk Rusia, Moskow: Kiev Ogah Berdamai
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, militer Ukraina melancarkan serangan pesawat nirawak (UAV) besar-besaran pada malam hari terhadap Rusia.
Pihak Moskow mengklaim, sebagian besar UAV Ukraina dicegat di atas Wilayah Bryansk, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.
"Pertahanan udara Rusia mencegat total 115 pesawat nirawak antara pukul 20.30 Minggu dan pukul 04.35 Senin, termasuk sepuluh di atas Krimea dan Laut Hitam, dua di atas Wilayah Kursk, dan satu di atas Wilayah Belgorod," kata laporan RT, Senin (28/4/2025).
Laporan menyebut, sekitar 102 pesawat nirawak ditembak jatuh di atas Wilayah Bryansk.
Menurut Gubernur Bryansk, Aleksandr Bogomaz, serangan tersebut merusak infrastruktur sipil dan menewaskan sedikitnya satu orang.
“Rezim Kiev melakukan aksi terorisme lagi malam ini. Sayangnya, serangan Ukraina di kota Bryansk menewaskan seorang warga sipil dan melukai seorang wanita. Dia segera dibawa ke rumah sakit tempat dia menerima bantuan medis yang diperlukan,” tulis Bogomaz di Telegram.
Bryansk juga menjadi sasaran serangan pesawat nirawak besar-besaran minggu lalu, meskipun pada tingkat yang jauh lebih rendah dan tanpa korban jiwa.
Kamis lalu, militer Rusia menembak jatuh total 87 UAV Ukraina – setengahnya di atas Semenanjung Krimea.
Akhir pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan penangguhan permusuhan sepihak sebagai bagian dari gencatan senjata Paskah selama 30 jam, memerintahkan pasukan negaranya untuk hanya menyerang pasukan Ukraina sebagai tanggapan atas serangan.
Meskipun intensitas operasi Ukraina menurun drastis, Kementerian Pertahanan Rusia mencatat sekitar 4.900 pelanggaran selama periode ini.
Vladimir Zelensky, pada gilirannya, menuduh Moskow melakukan ribuan pelanggaran.
Setelah jeda pertempuran singkat, militer Rusia melakukan beberapa serangan jarak jauh terhadap target militer dan industri Ukraina selama seminggu terakhir.
Pejabat Ukraina mengklaim kalau 12 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka dalam serangan itu, dengan Kiev menanggung beban kerusakan terbesar.
Moskow menegaskan bahwa mereka hanya menargetkan instalasi dan fasilitas militer yang digunakan oleh pasukan Kiev, menolak tuduhan sengaja menyerang lokasi sipil.
Terkait pertempuran yang terus berlangsung, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut kalau Ukraina gagal mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulai negosiasi langsung dengan Rusia.
"Sementara Moskow tetap siap untuk terlibat kapan saja," katanya.
Media Rusia, RT, melansir, Vladimir Zelensky telah melarang perundingan bilateral langsung pada Oktober 2022 saat Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan kalau moratorium diperlukan untuk "menghentikan separatisme" yang konon berasal dari komunikasi jalur belakang dengan Moskow yang tidak dikendalikan oleh pemerintahannya.
"Paling tidak, Kiev perlu bertindak, mengingat larangan yudisialnya" terhadap perundingan," Peskov mengingatkan wartawan selama pengarahan pada Senin.
Putin telah berulang kali menyatakan kalau Rusia siap untuk memulai perundingan dengan Ukraina "tanpa prasyarat apa pun, yang bertujuan untuk membuka jalan bagi perdamaian," pejabat itu menambahkan.
Kontak tidak langsung antara Kiev dan Moskow yang disponsori Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump terus berlanjut pada beberapa masalah, seperti pertukaran tahanan dan pemulangan tentara yang gugur.
Trump belakangan mengkritik Zelensky karena merusak upaya mediasinya dengan secara terbuka menentang ide-ide, yang dilaporkan termasuk dalam rencana perdamaian yang diusulkan Washington.
Kedua pemimpin itu mengadakan pertemuan tatap muka di sela-sela pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada hari Sabtu.
"Ia mengatakan kepada saya bahwa ia membutuhkan lebih banyak senjata, tetapi ia telah mengatakan itu selama tiga tahun," kata Trump, mengenang pertemuan dengan Zelensky itu.
"Saya ingin mereka (Rusia-Ukraina) berhenti menembak, duduk dan menandatangani kesepakatan," kata Trump
Meskipun Moskow telah mempertanyakan legitimasi Zelensky sejak berakhirnya masa jabatan presidennya tahun lalu, Moskow tidak melihat pencopotannya dari kekuasaan sebagai tujuan dalam konflik tersebut.
Namun, Rusia memiliki kekhawatiran kalau "Jika kesepakatan ditandatangani dengan Zelensky hari ini, orang-orang dapat maju di kemudian hari di Ukraina dan secara hukum menentangnya," kata Peskov kepada media Prancis minggu lalu.
Zelensky mengklaim kekuasaan kepresidenannya masih sah, dengan mengutip darurat militer yang pertama kali diberlakukannya pada tahun 2022.
(oln/RT/*)