UMKM Kalsel: Banyak Pelanggan, Usaha Tempe di Angsau Pelaihari Tala Bertahan Lebih Dua Puluh Tahun
Edi Nugroho April 30, 2025 12:31 PM

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), terus bertumbuh kembang.

Pada sektor tertentu, pelaku usahanya cukup banyak seperti makanan ringan jenis gorengan dan aneka penganan kekinian. Sebaliknya, beberapa di antaranya tergolong sedikit pelaku usahanya seperti produsen tempe dan tahu.

Namun demikian pelaku usaha produksi tahu dan tempe sejak dulu hingga sekarang tetap ada, meski jumlahnya dapat dihitung jari. Ini karena dua jenis makanan khas Nusantara ini memiliki penggemar setia.

Karena itu meski aneka jenis makanan era kekinian makin bertebaran, namun tahu tempe tetap dicari. Pelaku usahanya pun juga tetap eksis seperti usaha produksi tempe Mbah Sum yang beralamat di jalan poros Balerejo di lingkungan RT 18B RW 6, Kelurahan Angsau, Kecamatan Pelaihari.

Catatan media ini Rabu (30/4/205), usaha tersebut merupakan usaha rumahan atau home industry yang dikelola satu keluarga. Tenaga kerjanya juga terbatas pada lingkup anggota keluarga. Tempat produksinya berupa bangunan dapur ukuran sedang di samping kiri rumah.

Sebagian ruang rumah  juga dimanfaatkan untuk tempat membungkus (mengemas) tempe, ruang pengeringan kedelai setelah direbus. Juga ada ruang khusus untuk meletakkan tempe yang telah dikemas ke rak-rak bertingkat pada tahap akhir pembuatan tempe.

"Sejak tahun 2000 silam usaha tempe kami ini mulai berproduksi. Saat awal dirintis oleh orangtua saya," tutur Agus Supranoto.

Kini dirinya bersama istri meneruskan usaha keluarga tersebut. Orangtuanya juga masih tetap membantu. Sang ibu, Sumiati (Mbah Sum), misalnya antara lain membantu mengemas kedelai ke dalam kemasan plastik. Anak Agus pun juga turut membantu.

Ia mengatakan menekuni usaha produksi tempe tetap potensial karena tempe merupakan salah satu makanan khas Indonesia sehingga penyukanya juga selalu ada meski zaman terus bergulir dan berubah.

Lelaki ramah ini menuturkan hal yang membuat gundah yakni ketika harga kedelai naik. Pasalnya, menaikkan harga jual tempe sulit dilakukan lantaran berpotensi sebagian konsumen akan menghilang. 

Dalam kondisi seperti itu, langkah untuk menyiasatinya yakni mengurangi ukuran atau ketebalan tempe. "Kalau kami, ukuran tetap. Tapi ketebalannya saja yang terpaksa dikurangi sedikit supaya tidak merugi," papar Agus.

Pascalebaran kemarin (Idulfitri 1446 Hijriyah), harga kedelai naik dari semula Rp 10.200 per kilogram menjadi Rp 11 ribu. Hal ini juga kembali bikin pusing para pelaku usaha tahu tempe di Tala.

Namun kondisi seperti itu bukan hal baru sehingga mereka tak begitu kaget, tapi tetap saja bikin senyum kecut karena otomatis keuntungan menjadi berkurang. 

Mereka berharap harga kedelai stabil pada kisaran Rp 10 ribu per kilogram agar usaha tetap lancar dan berkembang. Dalam hal ini peran pemerintah sangat diharapkan untuk melakukan intervensi pasar untuk menjamin ketersediaan dan harga kedelai terkendali.

(banjarmasinpost.co.id/banyu langit roynalendra nareswara)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.