TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai upaya memperkuat kerja sama internasional dan mempercepat transisi energi bersih di Indonesia, EESA Summit Indonesia 2025 resmi diselenggarakan pada Selasa, 29 April 2025, bertempat di Hotel Sari Pacific Jakarta.
Acara ini diprakarsai oleh EESA China, serta mendapat dukungan penuh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau dan populasi sekitar 280 juta jiwa, memiliki potensi luar biasa dalam sektor energi terbarukan, mulai dari tenaga surya, angin, hingga panas bumi. Potensi tenaga surya Indonesia mencapai 3294 GW dan tenaga angin sebesar 155 GW. Saat ini, Indonesia berada dalam fase transisi energi, bergerak dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menuju sumber energi bersih.
Pada tahun 2023, sekitar 60 persen energi Indonesia masih berasal dari batu bara, sementara kontribusi energi terbarukan diperkirakan mencapai sekitar 15 persen.
Pemerintah Indonesia menargetkan kontribusi energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 dan 30 persen pada tahun 2030 dalam bauran energi nasional. Komitmen ini juga ditegaskan melalui janji global Indonesia untuk mencapai net-zero emissions dan dekarbonisasi ekonomi pada tahun 2060.
Untuk mendukung transisi ini, Indonesia perlu mulai merencanakan jaringan listrik yang modern dan mampu menyerap porsi besar energi terbaharukan yang variatif. Teknologi penyimpanan energi kini menjadi elemen kunci dalam menciptakan sistem energi yang stabil, efisien, dan berkelanjutan, mendukung pengelolaan puncak beban serta meningkatkan fleksibilitas sistem secara keseluruhan.
Sementara itu, China sebagai pemimpin global dalam industri penyimpanan energi, memiliki rantai industri yang terintegrasi dan pengalaman pasar yang luas. Kehadiran perusahaan-perusahaan besar dari China seperti Suzhou Inovance Technology Co., Ltd., Guangzhou Sanjing Electric Co., Ltd., Sungrow Power Supply Co., Ltd., Zhejiang Hangtai Shuzhi Energy Development Co., Ltd., dan Sienergys Co., Ltd. di EESA Summit Indonesia 2025 semakin mempertegas komitmen kedua negara dalam memajukan sektor penyimpanan energi.
Direktur Energi Baru Terbarukan, Kementerian ESDM Andriah Feby Misna, menyambut baik terselenggaranya EESA Summit 2025.
“Pemerintah terus mendorong pengembangan energi terbarukan melalui pengembangan kebijakan, regulasi, standar nasional, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitator. Kami juga sangat menyambut baik kolaborasi dengan China di masa depan untuk mendukung penyimpanan energi di Indonesia karena kami memahami bahwa China sudah maju dalam sistem penyimpanan energi,” ujar Feby, kemarin.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan dari asosiasi penggiat transisi energi dan pengembangan energi berkelanjutan di Indonesia juga menyampaikan antusiasme mereka terhadap terselenggaranya EESA Summit 2025, dengan saling berbagi informasi dan ide seputar pengembangan energi terbarukan dan teknologi penyimpanan energi.
Zainal Arifin dari Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) menyoroti pentingnya penyimpanan energi dalam perencanaan jaringan untuk masa depan berkelanjutan. “Sumber energi terbarukan utama seperti tenaga surya dan angin memiliki sifat intermiten yang menjadi tantangan signifikan dalam integrasinya ke dalam jaringan listrik. Sistem penyimpanan energi (ESS) memegang peranan krusial dalam memungkinkan penetrasi energi terbarukan yang lebih tinggi,” ujar Zainal.
Para pembicara yang hadir menggarisbawahi satu hal yang sama yaitu pentingnya kegunaan Energy Storage System dalam mendukung energi terbarukan dan konservasi energi, dan melalui penyelenggaraan EESA Summit Indonesia 2025, diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi Indonesia untuk menghadapi era kelistrikan yang lebih bersih, berkelanjutan, dan berbasis teknologi terbaru.