Sejarah Kerajaan Gowa Tallo, VOC sampai Minta Bantuan Pihak Lain untuk Mengalahkan Kerajaan Islam Ini
Moh. Habib Asyhad May 01, 2025 07:34 PM

Kerajaan Gowa Tallo dikenal sebagai kerajaan Islam yang gigih melawan VOC. Rajanya, saking beraninya, dijuluki Ayam Jantan Dari Timur.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Berbicara tentang kerajaan Islam terbesar di Sulawesi Selatan, artinya berbicara tentang Kerajaan Gowa Taloo. Ini adalah kerajaan yang dikenal gigih melawan VOC pada abad ke-17.

Kejayaan Kerajaan Gola Tallo terjadi pada abad ke-17, saat kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangandan mengembangkan berbagai inovasi di bidang pemerintahan, ekonomi, militer, dan sosial-budaya. Raja terbesarnya adalah Sultan Hasanuddin yang dikenal sebagai Ayam Jantan dari Timur karena keberaniannya.

Mengutip Kompas.com, sejarah Kerajaan Gowa Tallo terdiri atas dua periode. Pertama periode pra-Islam, kedua periode Islam.Kerajaan Gowa-Tallo merupakan gabungan dari dua kerajaan yang berasal dari keturunan sama, yakni Kerajaan Gowa.

Awalnya di wilayah Gowa terdapat sembilan komunitas yang dikenal dengan nama Bate Salapang atau Sembilan Bendera. Sembilan komunitas tersebut adalah Tambolo, Lakiung, Saumata, Parang-parang, Data, Agangjene, Bisei, Kalili, dan Sero. Dengan berbagai cara, baik damai ataupun paksaan, sembilan komunitas tersebut membentuk Kerajaan Gowa.

Tomanurung kemudian diangkat menjadi raja dan mewariskan Kerajaan Gowa kepada putranya, Tumassalangga. Bukti genealogis dan arkeologis mengisyaratkan bahwa pembentukan Kerajaan Gowa terjadi pada sekitar tahun 1300, sebelum Islam masuk.

Setelah masa pemerintahan Tonatangka Lopi pada abad 15, Kerajaan Gowa terbelah menjadi dua. Dua putra Tonatangka Lopi, Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero, berebut takhta sehingga terjadilah perang saudara.

Dalam perang tersebut, Batara Gowa yang menang. Sementara saudaranya, Karaeng Lae ri Sero, turun ke muara Sungai Tallo dan mendirikan Kerajaan Tallo. Setelah berseteru selama bertahun-tahun, Gowa dan Tallo bersatu dalam kesepakatan "dua raja tetapi satu rakyat", pada 1565.

Setelah bersatu kembali, kerajaan ini disebut Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar dengan sistem pembagian kekuasaan. Raja dipilih dari garis keturunan Gowa, sedangkan perdana menterinya dari keturunan Tallo.

Raja Kerajaan Gowa-Tallo resmi memeluk Islam pada 22 September 1605, seiring berkembangnya kerajaan menjadi pusat perdagangan di kawasan timur Nusantara dan ramainya kunjungan para saudagar Muslim.

Menurut catatan, penguasa pertama kerajaan Gowa Tallo yang masuk Islam adalah I Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639), yang kemudian bergelar Sultan Alauddin I.

Kerajaan Gowa Tallo kemudian mengalami masa kejayaannya setelah dipimpin oleh Sultan Hasanuddin, raja Kerajaan Gowa Tallo yang ke-16. Dia naik takhta pada1653.

Pada masa Sultan Hasanuddin, Kerajaan Gowa Tallo dikenal sebagainegara maritim yang menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur. Di bidang sosial, masa pemerintahan Sultan Hasanudin menandai majunya pendidikan dan kebudayaan Islam.

Yang juga dikenal dari Sultan Hasanuddin adalah kegigihannya menentangkehadiran VOC, yang kala itu telah berkuasa di Ambon. Perjuangan melawan penjajah di daerah Makassar dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.

Peperangan antara Sultan Hasanuddin dan VOC pun berlangsung sengit. Karena keberaniannya, kelak Sultan Hasanuddin dijuluki Ayam Jantan dari Timur oleh VOC.

Ketika menyadari kekuatan dan kegigihan Sultan Hasanuddin, VOC berupaya mengakhiri peperangan dengan mengajak Kerajaan Bone bersekutu. Siasat VOC berhasil, Raja Bone, yakni Aru Palaka, mau bersekutu untuk menghancurkan Kerajaan Gowa-Tallo.

Setelah bertahun-tahun berperang, Kerajaan Gowa-Tallo terpaksa mengakui kekalahannya dan menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi Perjanjian Bongaya yang sangat merugikan pihaknya, membuat Sultan Hasanuddin kembali melemparkan serangan.

Pada 1668, Sultan Hasanuddin memimpin perlawanan Makassar terhadap VOC untuk yang kedua kalinya. Namun, perlawanan ini segera dipadamkan, bahkan benteng pertahanan rakyat Gowa, yang kemudian diberi nama Benteng Rotterdam, jatuh dan dikuasai oleh VOC.

Kekalahan Sultan Hasanuddin menjadi awal keruntuhan Kesultanan Gowa-Tallo. Pasalnya, raja-raja setelah Sultan Hasanuddin bukanlah raja yang merdeka dalam penentuan politik kenegaraan.

HubunganKerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Bone yang panas-dingin

Hubungan Kerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Bone sendiri memang sering panas-dingin, sering mengalami pasang surut. Salah satu sebab utamanya adalah ambisi Kerajaan Gowa untuk menguasai Bone.

Berbagai upaya dilakukan Bone untuk melawan Gowa Tallo alias Makassar. Salah satunya adalah membuat Persekutuan Tellumpoccoe, yaitu sebuah aliansi yang dibentuk oleh Kerajaan Bone bersama Wajo dan Soppeng.

Aliansi ini dibentuk pada 1582 dengan tujuan untuk membendung ekspansi Makassar.

Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan di Sulawesi Selatan yang masih memiliki hubungan kekerabatan, tetapi selalu bersaing sengit. Pada 1565, dua kerajaan ini akhirnya bersatu menjadi kerajaan kembar bernama Gowa-Tallo, atau juga dikenal sebagai Kerajaan Makassar.

Setelah bersatu, kekuatan kerajaan kembar tersebut semakin besar dan berambisi mengembangkan kekuasaan ke daerah di sekitarnya. Target utamanya adalah kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan, seperti Kerajaan Bone, Luwu, Wajo, dan Soppeng.

Luwu dan Wajo sempat ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa-Tallo. Ternyata, Kerajaan Gowa-Tallo gemar berlaku keras terhadap negeri Bugis bawahannya. Alhasil, Kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng sepakat membentuk aliansi yang disebut Persekutuan Tellumpoccoe pada 1582 M.

Persekutuan yang dibentuk diam-diam ini bertujuan untuk meraih kembali kedaulatan tanah Bugis dan menghentikan laju ekspansi Kerajaan Gowa-Tallo.

Pertemuan untuk meresmikan Persekutuan Tellumpoccoe diprakarsai oleh Kerajaan Bone dan dilakukan di Timurung, Bone utara. Dalam pertemuan tersebut lahirlah kesepakatan yang dikenal sebagai Perjanjian Timurung atau Perjanjian Tellumpoccoe.

Berikut ini adalah beberapa isi dari perjanjian atau Persekutuan Tellumpoccoe.

- Hubungan antara negeri-negeri Bugis yang menjadi anggota persekutuan digambarkan seperti kakak-beradik, di mana Bone sebagai saudara tua, Wajo sebagai saudara tengah, dan Soppeng sebagai bungsunya.

- Bone, Wajo, dan Soppeng akan saling melindungi dan ekspansi mereka hanya dilakukan ke luar wilayah tiga kerajaan tersebut.

- Wajo akan dibela apabila Gowa-Tallo memperlakukannya sebagai budak.

Upaya ketiga negeri Bugis ini pun sempat mematahkan serangan Gowa-Tallo ke Wajo (1582), begitu pula dengan serangan ke Bone (1585 dan 1588). Dalam perkembangannya, Kerajaan Gowa-Tallo mengetahui bahwa Kerajaan Wajo membentuk aliansi Tellumpoccoe.

Raja Gowa-Tallo pun murka dan mempersiapkan serangan untuk menghukum Wajo. Akan tetapi, serangan yang dilancarkan pada 1590 itu gagal, karena dalam perjalanan Raja Gowa-Tallo diamuk oleh anak buahnya sendiri hingga meninggal.

Memasuki abad ke-17, sektor perdagangan Kerajaan Gowa-Tallo berkembang pesat hingga menjadi kekuatan utama di semenanjung Sulawesi Selatan. Selain itu, kerajaan ini resmi bercorak Islam pada 1605, dan sejak saat itu aktif menyebarkan agama Islam.

Secara berturut-turut, Gowa-Tallo berhasil mengislamkan Soppeng (1690), Wajo (1610), dan Bone (1611). Meskipun begitu, Gowa-Tallo tetap mengizinkan ketiga kerajaan tersebut untuk mempertahankan Persekutuan Tellumpoccoe. Kerajaan Gowa-Tallo bahkan menyarankan agar Persekutuan Tellumpoccoe dipelihara untuk menghadapi musuh yang merugikan agama mereka.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.