TRIBUNNEWS.COM - Ahli digital forensik sekaligus mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Sianipar, tak gentar meski dilaporkan kepada Polda Metro Jaya oleh mantan presiden Joko Widodo (Jokowi).
Jokowi sendiri turun tangan melaporkan kasus tuduhan ijazah palsu kepada Polda Metro Jaya pada Rabu (30/4/2025).
Ada lima orang yang menjadi terlapor, yakni inisial RS, RS, ES, T, dan K. Beberapa inisial nama merujuk kepada Roy Suryo, Rismon Sianipar, dan dokter Tifa.
Meski Jokowi sudah turun tangan, Rismon pun mengaku tak gentar dengan ancaman apa pun.
Rismon menyebut pendukung Jokowi terlena karena cinta buta hingga mudah dibohongi,
"Jokowi bisa berbohong dengan pendukungnya karena cinta buta atau segala macem, tetapi Jokowi tidak bisa menipu teknologi," tegas Rismon Sianipar dikutip dari YouTube Sentana TV yang tayang Rabu (30/4/2025).
Menurut Rismon, 10 tahun Indonesia dipimpin oleh Joko Widodo menjadikan generasi tanah air sebagai pengecut hingga penjilat.
"Negara ini sudah lama, 10 tahun dipimpin Joko Widodo itu kita jadi generasi pengecut. Generasi yang penjilat."
"Maka saatnya kita sekarang menjadi generasi sesuai para pahlawan kita," katanya.
Rismon pun tak gentar jika nyawanya akan terancam dalam mempertanggungjawabkan ucapannya.
"Jangankan penjara, hei, Joko Widodo, ancaman nyawa pun saya hadapi!" tegasnya.
"Karena saya pegang keilmiahan. Anda boleh berbohong di Indonesia, orang-orang yang mendukung Anda," lanjut Rismon.
"Tetapi Anda tidak bisa berbohong tentang teknologi evolution dan catatannya terdokumentasi dengan baik," tambahnya.
Rismon masih yakin ijazah Joko Widodo adalah ijazah palsu.
Rismon menegaskan bahwa pendapatnya tentang ijazah Jokowi palsu itu berdasarkan kajian ilmiah. Kajian ilmiah itu merupakan ilmu forensik.
Maka dari itu, dia mengaku heran kajian ilmiahnya dituduh sebagai hasutan.
"Kajian ilmiah kok dituduh hasutan," kata Rismon saat dimintai tanggapannya saat menghadiri acara di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (30/4/2025), dikutip dari TribunJakarta.com.
"Kajian kan itu ilmu forensik. Analisis dokumen palsu ya outputnya antara palsu dengan asli dan hasil kajian ilmiah saya hasilnya palsu," lanjutnya.
Saat membeberkan soal dugaan ijazah palsu Jokowi itu, Rismon mengaku pernah juga mendapatkan teror atau intimidasi.
Rismon mengatakan mobilnya di kampung dirusak, bagian kaca kirinya rusak.
Selang beberapa minggu, kaca sebelah kanan dan pintu tengahnya juga dirusak.
"Mobil saya di kampung dirusak. Pertama, kaca depan sebelah kiri. Terus yang kedua sekitar berapa minggu setelahnya, itu kaca pintu depan sebelah kanan dan pintu tengah," kata Rismon.
Tak hanya itu saja, Rismon menyampaikan bahwa ban mobilnya juga disayat orang tak bertanggung jawab.
"Terus mobil saya, ban depan belakang sebelah kanan itu disayat. Sampai tidak bisa dipakai lagi," ungkapnya.
Peristiwa itu, kata Rismon, terjadi hingga dua kali di tahun ini.
"Dua kali (Kejadian) tahun ini semua di Bali," terangnya.
Selain Rismon, Roy Suryo dan dokter Tifa juga mengaku pernah mendapatkan intimidasi imbas mengusut dugaan ijazah palsu Jokowi itu.
Sebelumnya, tudingan soal ijazah palsu Jokowi ini muncul lagi setelah Rismon mengaku menyangsikan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi.
Alasan Rismon mengatakan demikian adalah karena lembar pengesahan dan sampul skripsi menggunakan font Times New Roman.
Font itu, menurutnya, belum ada pada era tahun 1980-an hingga 1990-an.
Sampul dan lembar pengesahan skripsi Jokowi saat itu dicetak di percetakan, tetapi seluruh isi tulisan skripsinya setebal 91 halaman tersebut masih menggunakan mesin ketik.
Selain hal tersebut, ijazah Jokowi disebut palsu juga karena nomor seri ijazahnya yang dianggap berbeda atau tidak menggunakan klaster dan hanya angka saja.
Terlebih lagi, dari pihak Jokowi sampai sekarang juga belum pernah menunjukkan ijazah asli tersebut kepada publik, apalagi semenjak isu ini mencuat. (*)
( Siti N) (TribunJakarta.com/Elga Hakim)