Ahli: Pasien Harus Kritis ke Dokter Bila Diberi Antibiotik
kumparanNEWS May 03, 2025 10:44 AM
Tahukah kamu bahwa menimum antibiotik sembarangan bisa berbahaya dan menimbulkan penyakit Resistensi Anti Mikroba?
Sebagai pembuka, mari kita bahas lebih dalam soal apa sih antibiotik itu. Ia adalah obat untuk membunuh bakteri. Obat ini tidak dapat digunakan untuk infeksi virus (penyebab 80-90 % batuk pilek dan diare) atau pun jamur.
"Sejatinya antibiotik tidak bisa diberikan tanpa resep dokter juga karena jika tidak tepat jenis, dosis, dan kuman penyebab infeksi akan segera muncul resistensi atau kekebalan bakteri terhadap antibiotik tersebut," kata praktisi kesehatan masyarakat UI sekaligus Staf Khusus Kemenkes dr Ngabila Salama pada Sabtu (3/5).
Ia menjelaskan, dampak resistensi, jika orang terkena infeksi pernapasan/pencernaan berulang, membutuhkan jenis antibiotik dengan tingkat lebih tinggi untuk membunuh bakteri. Ssampai kemungkinan terburuk semua jenis antibiotik sudah resisten (total drug resistence) terjadi.
"Coba bayangkan kalau ini terjadi pada pasien terinfeksi bakteri tuberkulosis? Seperti antibiotik golongan macrolide adalah obat tuberkulosis resisten obat yang sehari-hari saat ini sudah marak digunakan untuk kasus batuk pilek biasa."
Selain untuk mengatasi infeksi bakteri, antibiotik juga bisa diberikan untuk mencegah infeksi bakteri (profilaksis). Antibiotik profilaksis hanya boleh diberikan pada kondisi tertentu dengan pemantauan ketat dokter, misalnya luka terbuka yang parah, daya tahan tubuh yang sangat lemah, atau sebelum operasi.
"Beberapa dokter sangat teliti melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (baik sederhana/expert) sebelum memberikan antibiotik, untuk menapis kemungkinan besar apa infeksi virus yang dapat sembuh sendiri (self limiting disease) tanpa antibiotik/obat apa pun atau memang infeksi bakteri yang membutuhkan antibiotik," urainya.
"Beberapa pemeriksaan expert dilakukan seperti swab PCR multiplex & panel virus untuk tahu kuman spesifik penyebab infeksi, bahkan pemeriksaan resistensi antibiotik pada kasus yang sulit sembuh untuk tahu sudah seberapa banyak jenis antibiotik yang resisten," sambung dia.
Ilustrasi Resistensi Antibiotik Foto: nobeastsofierce/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Resistensi Antibiotik Foto: nobeastsofierce/Shutterstock
Mengapa resistensi antibiotik membahayakan?
"Karena bakteri yang sudah resisten berbagai macam antibiotik tersebut jika menginfeksi orang sehat, maka orang sehat tersebut pun juga sulit sembuh karena untuk membunuh bakterinya dibutuhkan antibiotik yang lebih tinggi lagi kemampuannya," jelasnya.
"Atau seburuknya, kata dia, tidak ada lagi antibiotik yang bisa membunuhnya," sambung lulusan Universitas Indonesia itu.
Walaupun orang sehat tersebut jarang sakit, jarang minum obat (antibiotik) selama ini. Efek ke depan membahayakan & katastropik.
Lantas apakah pasien bisa menolak bila dokter memberikan antibiotik?
"Pasien boleh menolak pengobatan yang diberikan, apalagi dalam konteks sakit berat perlu informed consent tanda tangan tertulis jika menolak advice obat-obatan dokter karena jika ada perburukan dokter tidak disalahkan," kata Ngabila.
Pengobatan itu menurutnya seni dari seorang dokter. Tidak ada pakem yangg pasti walau sudah ada teori/Standar Operasional Prosedur (SOP)
"Semua bisa berdasarkan keyakinan dari dokter yang menangani," ujarnya.
"Sebaiknya komunikasi aktif pasien dan pasien kritis bertanya alasan dokter memberikan antibiotik apa misalnya gejala, ciri khas infeksi bakteri, update keilmuan atau guideline pengobatan, lama onset sakit sudah berlangsung berapa lama dan lain-lain," imbuh dia.
Kata BPOM
Kepala BPOM Taruna Ikrar mengungkap hampir 80 persen warga Indonesia pada 2021-2024 mengkonsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Katanya, hal ini menyalahi prosedur.
“Dari 2021, 2022, 2023, 2024 Hampir 80% penduduk kita tidak menggunakan resep dokter untuk menggunakan antibiotik,” ujarnya di Puskesmas Cakung, Jakarta Timur, pada Jumat (2/5).
“Itu kesalahan prosedur dan menimbulkan resistensi antimikroba yang luar biasa. Dan dampaknya kita tidak mau, kita mau cegah terjadinya silent pandemic,” tambah Taruna yang juga ahli farmakologi ini.
Taruna akan bertindak tegas terhadap toko farmasi di Indonesia. Dia bertekad mencegah adanya silent pandemic yang terjadi imbas kebiasaan ini.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.