Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut resisten antibiotik sudah tidak lagi 'silent pandemic' atau pandemi yang tersembunyi. Tren yang terus mengkhawatirkan membuat resistensi antimikroba (AMR) kini masuk ka fase 'Grand Pandemic'.
"Sudah jadi besar, tidak senyap lagi," tegas Prof Tjandra, kepada detikcom Sabtu (3/5/2025).
Ada beberapa alasan di balik kasus AMR kini sudah masuk Grand Pandemic. Pertama, kematian akibat AMR kini sudah mencapai lima juta orang setiap tahun. Angka tersebut menurut Prof Tjandra sudah melampaui catatan kematian akibat HIV-AIDS hingga malaria.
"Angka lima juta itu juga membuat AMR menjadi penyebab kematian ketiga di dunia," tandasnya.
Kedua, AMR kini tidak hanya berdampak pada satu atau dua patogen penyebab penyakit, tetapi mulai 'merambah' sejumlah penyakit infeksi.
"AMR ternyata punya dampak luas pada aspek sosial dan ekonomi pula. Karena berbagai hal itu, maka Bank Dunia pada 2024 yang lalu meluncurkan berbagai program dan kegiatan, yang semuanya terangkum dalam dokumen "Stopping the Grand Pandemic: A Framework for Action Addressing Antimicrobial Resistance through World Bank Operations," katanya.
Prof Tjandra menilai Indonesia perlu memiliki upaya dan skema yang kurang lebih sejalan dengan kegiatan Bank Dunia untuk menanggulangi AMR. Hal ini menjadi salah satu strategi penting untuk juga mencapai kesehatan generasi di era Indonesia Emas.