Utang Numpuk-Kinerja Keuangan 'Berdarah', Begini Nasib BUMN Karya
GH News May 05, 2025 09:03 AM

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya berhasil menurunkan utang atau liabilitas sepanjang kuartal I 2025. Namun begitu, kinerja keuangan sejumlah BUMN Karya tersebut tercatat ikut menyusut pada periode yang sama.

Adapun beberapa perusahaan plat merah tersebut di antaranya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).

Pengamat BUMN sekaligus Direktur NEXT Indonesia Herry Gunawan mengatakan, perusahaan plat merah bidang infrastruktur tersebut masih 'gali lubang-tutup lubang'. Pasalnya, arus kas yang tercatat defisit memaksa BUMN Karya melakukan pinjaman untuk mengakomodir biaya operasional perusahaan.

Dikutip dari laporan keuangan yang dirilis keempat BUMN Karya tersebut pada laman Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), PTPP, ADHI, WIKA, dan WSKT masih memiliki tingkat utang yang cukup besar.

PTPP misalnya, membukukan utang sebesar Rp 41,1 triliun sepanjang kuartal I 2025. Dari sisi penjualan dan pendapatan usaha, PTPP juga mencatatkan kinerja negatif dengan penyusutan perolehan dari Rp 4,6 triliun pada kuartal I 2024 menjadi Rp 3,5 triliun di kuartal I 2025.

Adapun PTPP mencatatkan kontrak baru senilai Rp 6,275 di kuartal I 2025 atau naik 32% secara tahunan. Akan tetapi, laba bersih PTPP tercatat menyusut menjadi Rp 59,38 miliar pada kuartal I dari Rp 94,6 miliar di kuartal I 2024.

Kinerja serupa juga dialami ADHI, di mana utang perseroan masih tercatat sebesar Rp 24,8 triliun pada kuartal I 2025. Namun, utang perseroan tercatat menurun dibandingkan periode di tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 25,3 triliun.

Akan tetapi, perseroan mencatat penyusutan penjualan dan pendapatan usaha, di mana pada kuartal I 2025 mencapai Rp 1,6 triliun dari Rp 2,6 triliun di periode yang sama di tahun sebelumnya. Sehingga laba bersih perseroan ikut menyusut dari Rp 10,15 miliar menjadi Rp 316 juta di kuartal I 2025.

"Dengan demikian, kegiatan operasional mereka dibiayai oleh utang. Gali lubang-tutup lubang," kata Herry saat dihubungi detikcom, Jumat (2/5/2025).

Selain daripada ADHI dan PTPP, BUMN Karya lainnya juga masih mencatatkan kinerja keuangan negatif. WIKA misalnya, kendati mencatat penyusutan utang menjadi Rp 50,04 triliun dari Rp 51,6 triliun di periode tahun sebelumnya. WIKA juga mengalami penyusutan kontrak baru di kuartal I 2025 menjadi Rp 2,16 triliun.

Emiten plat merah ini mencatat penyusutan laba kotor, dari Rp 284 miliar di kuartal I 2024, menjadi Rp 231 miliar.
Sehingga, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 780,1 miliar atau sekitar Rp 19,57 per saham.

Sedangkan WSKT, mencatat utang sebesar Rp 68,1 triliun di kuartal I 2025. Angka tersebut menyusut dari kuartal sebelumnya sebesar Rp 69,2 triliun. Sementara itu, pendapatan usaha perseroan juga tercatat menyusut, dari Rp 2,1 triliun menjadi Rp 1,3 triliun di kuartal I 2025.

WSKT mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,24 triliun di kuartal pertama 2025. Angka tersebut kian membengkak jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 939,55 miliar.

Herry mengatakan, BUMN Karya saat ini berada dalam kondisi sakit dari sisi keuangan. Namun begitu, ia menilai kondisi ini bisa diselamatkan melalui peran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Herry mengatakan, Danantara harus mampu menjembatani negosiasi BUMN Karya dengan para debiturnya untuk melakukan restrukturisasi utang. Ia menilai, ini peran sentral BUMN Karya dalam memperkuat kinerja.

"BUMN Karya masuk ke Danantara, karena itu, situasi yang dialami oleh BUMN Karya harus diselesaikan oleh Danantara juga. Misalnya, Danantara ikut terlibat dalam negosiasi restrukturisasi utang. Ini obat jangka pendek buat BUMN Karya," jelasnya.

Adapun saat ini, hanya ada dua BUMN Karya yang masih aktif dalam perdagangan bursa saham di BEI, yakni PTPP dan ADHI. Sementara perdagangan WIKA dan WSKT masih dalam kondisi suspensi atau dihentikan sementara dari aktivitas pasar modal.

Berdasarkan data penutupan perdagangan Stockbit hari ini (2/5/2025), diketahui saham PTPP mengalami penurunan sebesar 4,41% ke harga Rp 390 per saham. Namun secara mingguan, saham PTPP terpantau naik 9,55% dengan pergerakan harga di rentang Rp 356 ke Rp 390 per saham.

Nasib serupa juga dialami saham ADHI yang hari ini terkoreksi sebesar 5,48% ke harga Rp 276 per saham. Namun saham ADHI menguat 7,81% sepekan terakhir dengan pergerakan harga di rentang Rp 256 ke Rp 276 per saham.

Head Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata, kinerja empat saham BUMN Karya ini menunjukkan bahwa proses pemulihan sedang berjalan, namun masih jauh dari kata stabil. Menurutnya, pembentukan Danantara sebagai untuk BUMN Karya menjadi tonggak penting dalam upaya transformasi sektor konstruksi BUMN.

Ia menyampaikan, ada beberapa potensi strategis dari pembentukan Danantara sebagai holding, yakni efisiensi sinergi, di mana penggabungan fungsi yang tumpang tindih seperti alat berat, manajemen SDM, logistik bisa menghasilkan efisiensi biaya skala besar.

"Dengan struktur holding yang terintegrasi, pengelolaan proyek dan prioritas investasi bisa lebih terarah," kata Liza saat dihubungi detikcom.

Selain itu, Danantara dapat mendorong akses pendanaan lebih murah dan stabil. Dengan begitu, neraca keuangan kolektif di bawah Danantara berpotensi meningkatkan rating kredit grup, sehingga mampu membuka peluang pendanaan lebih murah dari pasar modal, perbankan, maupun mitra strategis.

Liza juga mengatakan, Danantara dapat menjadi katalis positif bagi investor. Dengan portofolio proyek strategis nasional, Danantara bisa menjadi kendaraan untuk menarik investor jangka panjang.

"Baik dari dalam maupun luar negeri, ke proyek-proyek infrastruktur Indonesia yang semula sulit diakses oleh swasta," jelasnya.

Menurutnya, BUMN Karya saat ini masih berada dalam masa transisi dari kontraktor volume-driven menuju entitas value-driven. Liza mengatakan, proses ini memerlukan waktu, konsistensi, dan dukungan fiskal yang bijak.

Jika Danantara mampu menjalankan fungsinya sebagai true orchestrator atau mengelola dan pemerintah berkomitmen menjaga stimulus infrastruktur yang sehat, kendala semacam kebiasaan koruptif dalam tubuh perseroan dapat dimigitasi dengan baik.

"Maka sektor ini memiliki peluang untuk bangkit kembali - bukan dalam 1-2 kuartal, tapi dalam jangka menengah 2-3 tahun ke depan," ungkapnya.

Nasib Saham BUMN Karya, Layak Koleksi?

Liza menilai, saham BUMN Karya masih membutuhkan waktu yang panjang untuk pemulihan, sehingga layak untuk dikoleksi investor. Untuk menopang hal tersebut, ia menilai pemulihan bergantung pada stimulus fiskal.

Ia menjelaskan, keberlangsungan proyek-proyek seperti IKN tahap lanjutan, tol Sumatera dan Sulawesi, serta proyek pembangkit listrik dan pelabuhan akan menjadi kunci utama untuk menjaga backlog dan utilisasi emiten konstruksi ini.

"Jika pemerintah menahan stimulus, maka pemulihan bisa molor atau bahkan gagal total," jelasnya.

Selain itu, Liza menilai perlunya disiplin dalam tender dan eksekusi lantaran salah satu penyakit lama BUMN Karya adalah mengejar proyek besar dengan margin kecil, bahkan tak jarang negatif, hanya untuk menjaga eksistensi portofolio.

Ke depan, Liza menilai strategi ini harus ditinggalkan. Ia menilai, tender harus diseleksi ketat, dengan mempertimbangkan rate of return (IRR), cashflow, dan risiko keterlambatan pembayaran dari pemilik proyek. Tak lupa mengedepankan transparansi dan praktek anti-korupsi tingkat tinggi.

Ia menekankan, Danantara diharapkan tidak sekadar menjadi payung administratif. Ia menilai, Danantara harus memiliki otoritas strategis, bukan sekadar entitas koordinatif.

"Tanpa kendali nyata terhadap anak usaha, holding ini hanya akan menjadi simbol semata," tutupnya.

Dihubungi terpisah, Senior Technical Analyst di Sucor Sekuritas Reyhan Pratama mengatakan, prospek saham BUMN Karya ke depan masih cukup terbuka di bawah kelolaan Danantara. Namun begitu, ia menekankan pentingnya tata kelola dan efisiensi yang menjadi modal untuk meningkatkan kepercayaan investor di pasar modal.

"Kuncinya ada di perbaikan tata kelola, efisiensi dan eksekusi proyek di lapangan. Kalau berhasil, kepercayaan investor bisa pulih dan kinerja juga berpeluang membaik," kata Reyhan saat dihubungi kepada detikcom.

Reyhan menambahkan, saat ini saham ADHI dan PTPP masih sangat rawan terkoreksi. Kala saham masuk dalam area support atau tidak lagi bergerak, baik naik maupun turun.

"Kalau mau koleksi bisa tunggu harga koreksi ke area support. Support sementara untuk ADHI di Rp 240 dan PTPP di Rp 342," jelasnya.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, harga saham ADHI dan PTPP sebelumnya sempat menyentuh harga tertinggi kala pemerintah pengumuman rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Menurutnya, pergerakan harga saham keduanya dapat diprediksi seiring dengan berlanjutnya pembangunan proyek strategis nasional (PNS). Bahkan kala pengumuman pembukaan kembali alokasi dana pembangunan IKN yang sebelumnya diblokir pemerintahan, Nafan menyebut harga saham keduanya kembali menguat.

"Sudah ter-price-in pembangunan proyek strategis nasional (PSN), terutama dan khususnya IKN," kata Nafan saat dihubungi detikcom.

Namun begitu, harga saham PTPP dan ADHI mengalami koreksi seiring dengan pengumuman kinerja kuartalan, di mana laba kedua emiten tersebut menyusut. Nafan menilai, kinerja PTPP dan ADHI masih terpantau positif lantaran mampu menekan utang.

Nafan juga menyebut, kebijakan pemerintah yang bersifat populis juga turut berdampak pada perolehan laba bersih perseroan. Namun begitu, ia menilai kehadiran Danantara dapat mendorong kembali kinerja keuangan dan saham BUMN Karya tersebut.

"Memang harusnya program pembangunan infrastruktur atau proyek strategis nasional itu esensial ya dalam menunjang penciptaan lapangan kerja baru, khususnya agar bisa merangsang pertumbuhan ekonomi daerah yang tidak hanya memberikan pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.

"Emiten BUMN ini bisa menyerap perolehan kontrak baru dari pemerintah, dalam hal ini pengerjaan proyek strategis nasional. Jadi ini diharapkan bisa mampu menopang kinerja ke depannya," pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.