Apa yang Harus Dilakukan Komdigi Ketika Worldcoin Sudah Rekam Retina WNI?
kumparanNEWS May 05, 2025 02:22 PM
Worldcoin dan WorldID ramai menjadi perbincangan. Terlebih usai seorang warga Bekasi mengaku menerima bayaran Rp 800 ribu setelah data retinanya direkam. Kekhawatiran penyalahgunaan data pribadi pun mencuat.
Di samping itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) saat ini membekukan sementara operasi Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) layanan Worldcoin dan WorldID.
PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara, merupakan entitas yang menaungi kedua layanan digital tersebut.
Penyebab pembekuan karena PT Terang Bulan Abadi belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan tidak memiliki Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE). Adapun layanan Worldcoin tercatat memakai TDPSE atas nama perusahaan lain, yaitu PT Sandina Abadi Nusantara.
"Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Kami juga akan memanggil PT. Terang Bulan Abadi untuk klarifikasi resmi dalam waktu dekat,” kata Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, dalam keterangan tertulis, Minggu (4/5).
Warga mendatangi cabang E world Kota Bekasi di Jalan Ir. H. Juanda, samping stasiun Bekasi Timur, Minggu (4/5/2025). Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga mendatangi cabang E world Kota Bekasi di Jalan Ir. H. Juanda, samping stasiun Bekasi Timur, Minggu (4/5/2025). Foto: kumparan
Lantas apakah WorldID ini membahayakan?
"Harusnya kalau dikelola dengan baik world.id akan sangat berguna," kata ahli keamanan siber, Alfons Tanujaya, saat dihubungi, Senin (5/5).
"Kalau pengelolaan datanya transparan dan di audit oleh lembaga independen dan memenuhi standar kaidah keamanan yah harus diberi kesempatan," sambungnya.
Hal tersebut bukan tanpa sebab. Alfons menyebut, WorldID bisa sangat membantu memecahkan banyak masalah di Indonesia. Terlebih dengan bantuan untuk mengidentifikasi.
"Seperti war tiket, selama ini kalau ada war tiket PSSI yang menang adalah yang memiliki koneksi kencang dan menggunakan banyak bot yang akan mendapatkan banyak tiket," kata dia.
"Dengan sistem world.id ini bot-bot tidak akan bisa menjalankan aksinya karena akan terdeteksi dan dihentikan sebelum beraksi," sambungnya.
Demikian pula dengan sistem WorldID, Alfons menyatakan, dapat membantu menghadapi masalah-masalah akun bot buzzer yang banyak disalahgunakan untuk kepentingan negatif.
"Akun-akun bot akan bisa dicegah melakukan posting atau memberikan kesan seakan-akan semua bot itu mewakili banyak individu pemilik akun padahal itu adalah bot yang dikendalikan oleh beberapa orang saja," ucapnya.
"Bahkan jika di implementasikan dengan baik, sistem world.id ini bisa membantu mencegah penyalahgunaan identitas di mana 1 individu akan terdeteksi jika membuat KTP, SIM atau paspor lebih dari 1 kali karena meskipun orangnya bisa ganti nama dan identitasnya tetapi biometriknya akan tetap sama dan terdeteksi oleh sistem," lanjutnya.

Kelola Data dengan Baik

Menurut Alfons, WorldID memang masih punya potensi kebocoran data. Namun jika dikelola dengan baik akan bisa ditanggulangi.
"Soal data bocor, kalau dikelola dengan baik dan di enkripsi dengan baik. Lalu di audit oleh institusi terpercaya, yah harusnya cukup terjamin yah," ucapnya.
Dia menyebut, data pribadi yang dikelola oleh negara lain, sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Sebenarnya, kata dia, sudah banyak data pribadi orang Indonesia yang dikelola oleh asing. "Dan Komdigi tenang-tenang saja," ujarnya.
Dia pun memberikan contohnya:
"Data pengguna google maps dan Waze itu sangat berharga dan berbahaya kalau bocor dan disalahgunakan. Tapi kita tenang-tenang saja karena apa? Karena manfaatnya besar dan dikelola oleh perusahaan yang cukup bertanggung jawab. Apakah ada risiko bocor ? Yah ada. Apakah ada risiko dieksploitasi? Ya ada," ucapnya.
"Demikian pula dengan data kita di cloud, Microsoft apps, WhatsApp, meta itu semua data berharga. Jadi agak memprihatinkan kalau pemerintah kurang menyadari hal ini," sambungnya.
Alfons menilai, WorldID harus diberikan kesempatan. Di sisi lain, Komdigi juga harus bisa memanfaatkannya.
"Harusnya diberikan kesempatan. Atau kalau mau menurut saya Komdigi justru memanfaatkan sistem world.id dan meminta mereka comply misalnya : minta data biometrik orang Indonesia disimpan di Indonesia dan bisa diawasi," kata dia.
"Kalau mereka comply komdigi berikan dukungan. Jadi justru Indonesia bisa dapat teknologi yang baik dan data masyarakat tetap aman," pungkasnya.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.