TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto menunjukkan gestur politik yang dianggap sarat makna saat menghadiri acara halal bihalal purnawirawan TNI AD di Balai Kartini, Jakarta, beberapa hari lalu.
Dalam momen tersebut, Prabowo memilih duduk satu meja dengan mantan Wakil Presiden ke-6 RI, Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno.
Dia juga salah satu tokoh yang sempat menyuarakan dukungan terhadap usulan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai sikap Prabowo sebagai sinyal kuat bahwa dirinya merupakan presiden yang independen dan tidak berada di bawah bayang-bayang Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Kalau Prabowo dikendalikan Jokowi, tentu ia akan menghindar duduk semeja dengan Try Sutrisno. Sebab, Try Sutrisno menyetujui salah satu usulan Forum Purnawirawan TNI untuk melengserkan Wakil Presiden Gibran,” ujar Jamiluddin saat dikonfirmasi, Jumat (9/5/2025).
Menurut Jamiluddin, sikap Prabowo ini juga konsisten dengan pernyataannya beberapa waktu lalu bahwa dirinya bukan presiden boneka.
Ia menilai gestur dan pernyataan itu sebagai bagian dari strategi komunikasi khas Jawa yang menyampaikan pesan secara tidak langsung.
“Pesan-pesan indirect memang khas berkomunikasi suku Jawa. Hal ini kiranya yang dilakukan Prabowo untuk menunjukkan sikap dan tindakannya dalam meminimalkan pengaruh Jokowi,” jelasnya.
Jamiluddin menilai bahwa langkah Prabowo menjaga jarak dengan Jokowi tidak serta merta menimbulkan ketegangan di dalam koalisi pemerintah.
Menurutnya, koalisi tetap solid, bahkan memiliki peluang untuk diperkuat oleh partai baru.
“Bahkan, seandainya Golkar tarik diri dari koalisi, Prabowo akan mendapat tambahan kekuatan dari PDIP. Dukungan terhadap Prabowo justru akan semakin kuat bila PDIP masuk koalisi,” pungkasnya.