Ukraina tak Percaya Rusia, Sebut Gencatan Senjata Usulan Putin sebagai Lelucon
Dodi Esvandi May 09, 2025 07:35 PM

TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Pasukan Rusia menyerang delapan pemukiman Ukraina sebanyak 220 kali di dekat garis depan antara pasukan Rusia dan Ukraina.

Serangan itu dilakukan di tengah masa gencatan senjata tiga hari yang diusulkan oleh pihak Rusia.

Informasi mengenai serangan dari pasukan Rusia itu disampaikan oleh Gubernur wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, Ivan Fedorov, melalui platform Telegramnya pada Jumat (9/5/2025) pagi.

Seperti dilansir oleh Reuters, menurut Ivan Fedorov, dalam 24 jam terakhir desa-desa di Zaporizhzhia dihantam oleh 150 serangan drone dan 70 tembakan artileri Rusia.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, pada Kamis (8/5/2025) mengatakan bahwa Rusia telah berulang kali melanggar usulan gencatan senjata sepihak yang mereka umumkan sendiri dari 8 sampai 11 Mei.

Melalui akun X pribadinya, Sybiha menyebut inisiatif tersebut sebagai "lelucon" yang dapat diprediksi.

“Sudah bisa ditebak, 'Gencatan Senjata Parade' Putin terbukti hanya sebuah lelucon,” tulis Sybiha.

“Pasukan Rusia terus menyerang di seluruh garis depan.

Dari tengah malam hingga tengah hari, Rusia melakukan 734 pelanggaran gencatan senjata dan 63 penyerangan, 23 di antaranya masih berlangsung," lanjutnya.

Sybiha menambahkan bahwa Ukraina sedang memberitahukan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa mengenai tindakan Rusia ini.

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip dari berita Interfax, mengklaim bahwa Ukraina justru melakukan 488 serangan terhadap target-target Rusia dan dua kali mencoba menembus perbatasan di wilayah Kursk.

Kendati demikian, laporan penyerangan di medan perang ini belum dapat diverifikasi secara independen oleh Reuters karena belum adanya komentar resmi dari kedua belah pihak.

Staf Umum Militer Ukraina melaporkan bahwa 154 bentrokan terjadi setelah hampir 24 jam gencatan senjata diproklamasikan.

Pasukan Rusia, katanya, telah meluncurkan satu serangan rudal dan 15 serangan udara.

Gubernur wilayah Zaporizhzhia mengatakan sebuah drone Rusia telah menghantam sebuah mobil di bagian selatan wilayah tersebut sehingga menewaskan seorang penumpang.

Sementara itu di Poltava, Kepala Administrasi Militer setempat mengatakan bahwa unit pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh sebuah rudal yang diluncurkan oleh pasukan Rusia.

Rudal itu merusak rumah-rumah warga, namun tidak menimbulkan korban jiwa.

Ukraina tak Percaya Gencatan Senjata Kremlin

Ukraina sendiri menegaskan ketidakpercayaannya terhadap gencatan senjata yang diumumkan Kremlin.

Mereka menilai inisiatif Kremlin adalah tipu muslihat Putin untuk menciptakan kesan bahwa ia ingin mengakhiri perang.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelumnya menyatakan komitmennya untuk mencapai perdamaian setelah invasinya ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.

Namun, hingga kini perdamaian tampaknya belum berhasil dicapai.

Wartawan Reuters yang berada di dekat garis depan Ukraina Timur pada Kamis, menyaksikan langsung upaya sekelompok kecil infanteri Rusia mencoba maju melewati garis depan, namun aksi itu langsung digagalkan oleh drone yang dioperasikan Ukraina.

Tentara Ukraina memantau jalannya pertempuran melalui siaran langsung di bunker mereka.

Seorang tentara Ukraina dengan nama panggilan Mikha menuturkan bahwa infanteri Rusia terus berdatangan.

Nazar, tentara lainnya, menambahkan bahwa dalam enam jam pertama gencatan senjata Rusia, terjadi tiga serangan di bagian front mereka.

Ketika ditanya wartawan Reuters apakah gencatan senjata itu berlaku, ia menjawab: "Fakta berbicara sendiri."

Seorang juru bicara militer Ukraina sebelumnya melaporkan bahwa Rusia melanjutkan serangan di wilayah-wilayah front timur.

Selain itu, seorang jaksa penuntut menginformasikan bahwa dua orang terluka dan seorang wanita berusia 55 tahun tewas akibat bom yang ditembakkan ke wilayah Sumy.(Grace Sanny Vania)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.