TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengatakan Indonesia memiliki potensi besar menjadi pemain dalam perdagangan karbon internasional. Sebab, Indonesia memiliki luasan hutan yang besar dibanding negara lain.
Misalnya saja luasan lahan gambut Indonesia mencapai 24 juta hektare, sedangkan 4 juta hektare untuk hutan mangrove.
Hal ini disampaikan Hanif dalam acara penandatanganan Perjanjian Saling Pengakuan atau Mutual Recognition Agreement (MRA) antara Kementerian LH dan Gold Standard Foundation, di Four Seasons Hotel, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
"Kita punya potensi yang cukup sangat besar. Ada hutan. Jadi kalau ini konsisten, harga kita cukup besar," kata Hanif.
Hanif pun memproyeksikan bakal ada dana segar dengan nilai besar masuk deras ke Indonesia. Sebab, dunia internasional diklaim sudah lama menanti perdagangan karbon ini dibuka oleh Indonesia.
"Kami proyeksikan akan masuk deras ke Indonesia, maka ini akan digunakan dengan cahaya. Karena ini sudah ditunggu-tunggu lama oleh dunia internasional," ungkapnya.
Kementerian LH berharap ketepatan akselerasi terhadap sektor energi serta kehutanan dan lahan yang memegang persentase paling besar dalam hal penurunan - penyerapan emisi karbon, dapat membuat Indonesia mencapai target emisi Net Zero Emission (NZE) atau emisi nol bersih di tahun 2050.
"Jadi, dua hal ini, kalau ini kita bisa akselerasi dengan sangat sistematik dan strategis, harapan kami apa yang kita cita-citakan, apa yang kita komitmenkan kepada global ini untuk menjadi net zero emission di tahun 2050 atau lebih, mungkin kita bisa sampai," katanya.
Sebagai informasi kesepakatan MRA ini membuka peluang bagi Indonesia untuk meluaskan akses proyek karbon ke pasar internasional, meningkatkan kredibilitas, hingga memberi dukungan dalam pencapaian target iklim Indonesia.
Lewat kesepakatan ini, proyek karbon Indonesia dapat disertifikasi dengan standar yang lebih tinggi, menguatkan konsistensi dan memperkuat integritas pasar karbon Indonesia di level global.