Kronologi Terpilihnya Kardinal Robert Prevost sebagai Paus Baru
Mia Della Vita May 10, 2025 06:34 AM

Grid.ID- Dunia baru saja menyaksikan terpilihnya Kardinal Robert Prevost sebagai pemimpin umat Katolik sedunia. Pria asal Chicago ini kini dikenal dengan nama Paus Leo XIV. Lantas, bagaimana kronologi terpilihnya Kardinal Robert Prevost sebagai Paus baru?

Kronologi TerpilihnyaKardinal Robert Prevost sebagai Paus Baru

TerpilihnyaKardinal Robert Prevost menjadikannya sebagai paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat. Dengan kepemimpinan barunya, ia membawa harapan bagi masa depan gereja dan umatnya.

Kronologi terpilihnya Kardinal Prevost bermula saat para kardinal elektor berkumpul dalam Konklaf Kepausan 2025 di Kapel Sistina, Vatikan, untuk menentukan penerus Paus Fransiskus. Mengutip CBSnews.com, Jumat (9/5/2025), proses konklaf yang dimulai pada Rabu (7/5/2025) sore waktu setempat.

Sebanyak 133 kardinal elektoral yang berpartisipasi dalam proses ini berdoa bersama dan mengucapkan sumpah kerahasiaan sebelum pintu tertutup dan putaran pertama pemungutan suara dilakukan.Pada malam pertama, asap hitam mengepul dari cerobong kapel sebagai tanda belum tercapainya mufakat.

Pada Kamis pagi, para kardinal melanjutkan proses pemilihan di hari kedua. Sekali lagi, menjelang waktu makan siang di Roma, asap hitam menunjukkan belum ada hasil yang menentukan dari dua putaran pemungutan suara pagi itu. Asap putih akhirnya muncul setelah pemungutan suara lain pada Kamis sore waktu setempat—kurang dari 24 jam setelah konklaf dimulai.

Penggunaan asap sebagai tanda pemilihan paus ini merupakan tradisi yang relatif baru dalam Gereja Katolik. Para kardinal dalam konklaf menggunakan sinyal asap sebagai metode komunikasi dengan dunia luar.

Setelah suara dihitung, surat suara dibakar di tungku Kapel Sistina. Jika asap berwarna hitam menandakan belum ada paus baru, sementara asap putih menunjukkan telah terpilihnya pemimpin baru Gereja Katolik.

Konklaf telah menggunakan cara ini sejak setidaknya tahun 1417, tetapi cerobong pertama baru dipasang di Kapel Sistina pada abad ke-18. Sejak itu, berbagai teknik digunakan untuk memastikan warna asap jelas, termasuk penggunaan bahan kimia sejak 2013 agar hasilnya tidak membingungkan seperti pada konklaf 1958.

Kronologi pemilihan ini mengingatkan kita pada konklaf-konklaf sebelumnya. Prosesnya mengikuti ritual yang sama dan berlangsung dalam waktu singkat, seperti saat Paus Fransiskus terpilih pada 2013. Namun, hal itu tidak berarti prosesnya berjalan tanpa tantangan.

Pemungutan suara dilakukan secara tertutup dan membutuhkan dua pertiga suara mayoritas. Di sinilah internal gereja menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan tradisi dan pembaruan.

Di satu sisi, ada dorongan kuat untuk melanjutkan warisan keterbukaan Paus Fransiskus. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa pendekatan yang terlalu terbuka dapat melemahkan otoritas serta ajaran gereja yang telah lama dijaga.

Mengakhiri perdebatan itu, terpilihnya Kardinal Robert Prevost. Ia berhasil meraih dukungan mayoritas dalam putaran ketiga pemungutan suara pada Kamis.

Kardinal Robert Prevost merupakan seorang figur moderat dan pragmatis. Ia dikenal dekat dengan Vatikan dan memiliki pandangan yang seimbang, dianggap sebagai sosok ideal untuk menjembatani kedua kutub pemikiran ini. Mengutip Time, ia dipercaya mampu menavigasi Gereja melalui gelombang perubahan sosial dan spiritual yang sedang berlangsung.

Lebih dari satu jam setelah asap putih mengepul dari Kapel Sistina, paus baru, mengenakan jubah kepausannya, melangkah ke balkon Basilika Santo Petrus dan menyapa dunia, menandai awal kepemimpinannya yang penuh harapan.

Tepuk tangan dan sorakan memenuhi Lapangan Santo Petrus. Ribuan umat yang berkumpul di sana bersorak saat nama Paus Leo XIV disebut sebagai paus terpilih.

Ia kemudian menyampaikan pidato perdananya. Dengan suara tenang namun penuh makna, ia mengucapkan salam, "Damai sejahtera bagi kalian."

Paus Leo XIV lanjut menyampaikan pesan damai yang mengingatkan umat pada semangat Paus Fransiskus. "Inilah damai dari Kristus yang Bangkit, damai yang tanpa senjata, sekaligus damai yang menggetarkan, rendah hati, dan penuh ketekunan. Damai ini berasal dari Tuhan, Tuhan yang mengasihi kita semua tanpa syarat."

"Kita masih dapat mendengar suara lirih namun selalu penuh keberanian dari Paus Fransiskus saat memberkati Roma. Paus yang memberkati Roma telah memberikan berkatnya kepada dunia, kepada seluruh dunia, pada pagi hari Paskah itu. Izinkan saya meneruskan berkat yang sama ini: Tuhan mengasihi kita, Tuhan mengasihi kalian semua, dan kejahatan tidak akan menang."

Di usia 69 tahun, Paus Leo XIV kini memikul tanggung jawab besar untuk memimpin 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Kronologi pemilihannya menjadi catatan penting dalam sejarah Gereja.

Bukan hanya karena ia adalah paus pertama dari Amerika Serikat, tetapi juga karena ia tampil di saat Gereja tengah menghadapi tantangan kompleks. Ke depannya, dunia akan menyaksikan bagaimana Paus Leo XIV memimpin gereja global dengan visi damai, cinta tanpa syarat, dan harapan akan masa depan yang lebih adil dan inklusif.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.