Grid.ID - Arti lampion di hari raya Waisak. Beginilah makna simbolisnya untuk umat Buddha.
Hari Raya Waisak merupakan momen penting bagi umat Buddha yang dirayakan melalui berbagai tradisi sarat makna, salah satunya adalah pelepasan lampion ke langit. Lampion yang diterbangkan saat malam Waisak bukan hanya menjadi bagian dari perayaan visual, tetapi juga mengandung filosofi dan nilai spiritual yang mendalam.
Lalu, apa arti sebenarnya dari lampion di Hari Raya Waisak? Dan bagaimana prosesi perayaan ini dilakukan? Simak pula informasi mengenai rangkaian acara Waisak 2025 di Borobudur berikut ini.
Makna Filosofis Lampion di Waisak
Melansir dari Kompas.com, Pelepasan lampion merupakan momen yang paling dinanti dalam rangkaian hari raya Waisak. Tradisi ini tidak hanya dirayakan oleh umat Buddha, tetapi juga menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah dan negara.
Beberapa makna simbolis dari lampion di Hari Raya Waisak antara lain:
1. Simbol Harapan dan Doa
Lampion yang dilepaskan ke langit menjadi simbol pengharapan umat Buddha kepada Tuhan dan semesta. Ia menjadi representasi doa yang dipanjatkan untuk kedamaian, kebahagiaan, dan pencerahan bagi semua makhluk.
2. Lambang Penerangan dalam Hidup
Berdasarkan kajian dari Jurnal Wisata Religi sebagai Tradisi Masyarakat Buddha (2023) oleh Gebri Margaretha Verbauli Hutagalung dan tim, cahaya lampion mencerminkan terang yang menerangi kehidupan manusia.
3. Makna Pencerahan Batin
Lampion juga mengandung makna pencerahan spiritual yang dialami Siddhartha Gautama saat mencapai kebuddhaan. Sinar lampion melambangkan petunjuk menuju kebijaksanaan dan kedamaian sejati untuk hari raya Waisak.
4. Simbol Cinta Kasih
Dalam ajaran Buddha, cinta kasih kepada sesama menjadi prinsip utama. Lampion menjadi lambang kepedulian dan doa agar energi kasih menjangkau seluruh makhluk di dunia.
5. Pelepasan Energi Negatif dan Rasa Hormat
Tradisi ini juga dimaknai sebagai bentuk melepaskan pikiran buruk dan emosi negatif, seperti amarah dan keserakahan, serta sebagai ungkapan hormat kepada Buddha atas ajaran dan pencerahannya.
Ragam Tradisi Waisak di Indonesia
Perayaan Waisak di tanah air penuh dengan tradisi turun-temurun, antara lain:
- Berdoa dan Meditasi di Wihara
Umat Buddha biasanya mengunjungi wihara untuk berdoa dan melakukan meditasi dalam suasana hening. Wihara besar umumnya menyelenggarakan kegiatan khusus Waisak.
- Memakai Pakaian Putih
Meskipun tidak diwajibkan, busana putih dianjurkan karena melambangkan kesucian dan ketulusan hati.
- Menjalankan Lima Sila
Lima prinsip moral yang dijalankan umat Buddha meliputi tidak membunuh, mencuri, melakukan pelecehan seksual, berbohong, dan mengonsumsi minuman beralkohol.
- Menyalakan Lilin atau Lampu Minyak
Lilin atau pelita menyimbolkan cahaya yang mengusir kegelapan dan memberikan penerangan dalam hidup.
- Menjalani Pola Makan Vegetarian
Banyak wihara menyajikan makanan tanpa daging saat Waisak sebagai bentuk penghormatan terhadap kehidupan makhluk lain.
Waisak 2025 di Indonesia
Menurut SKB Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri PANRB Tahun 2024, Hari Raya Waisak 2025 jatuh pada Senin, 12 Mei dan disusul cuti bersama pada Selasa, 13 Mei 2025. Jadwal ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati libur panjang.
Melansir dari Ditjen Bimas Buddha Kemenag, tema Waisak tahun ini adalah “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia”. Perayaan akan dipusatkan di Candi Borobudur, Jawa Tengah, dengan estimasi kehadiran lebih dari 150.000 orang. Puncak acara Waisak akan ditandai dengan pelepasan lampion yang menakjubkan.