Masalah Kejiwaan Sering Dialami Jemaah Haji saat di Tanah Suci, Lansia Rentan Stres
Endra Kurniawan May 12, 2025 05:31 AM

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Bukan hanya penyakit fisik, masalah kejiwaan juga bisa dihadapi jemaah haji.

Misalnya reaksi stress akut dan gangguan penyesuaian diri sejak tiba di tanah suci.

Kondisi ini perlu mendapat perhatian serius sebagai permasalahan kesehatan yang seringkali ditangani oleh para petugas kesehatan haji.

Dokter spesialis jiwa di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, dr. Kusufia Mirantri, Sp.KJ mengungkapkan, penyebab masalah kejiwaan itu.

Ada tekanan fisik, perubahan lingkungan drastis, kelelahan, serta perpisahan sementara dan/atau tanpa pendampingan dari keluarga dapat menjadi pemicu stres signifikan bagi jemaah.

“Banyak jemaah, terutama lansia atau mereka yang memiliki kerentanan sebelumnya, mengalami kesulitan beradaptasi. Stres dan gangguan penyesuaian ini dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, mulai dari gangguan tidur, kecemasan berlebih, hingga gejala psikosomatis,” ujarnya, kepada Tribunnews.com, Minggu (12/5/2025).

Oleh karena itu,  deteksi dini adalah kunci untuk penanganan yang efektif, sehingga tidak mengganggu kekhusyukan ibadah jamaah.

Tanda-tanda seorang jemaah mengalami masalah kejiwaan diantaranya dengan pertama, adanya perubahan perilaku yang mencolok.

“Coba perhatikan, jika ada jemaah yang biasanya ceria dan mudah bergaul tiba-tiba menjadi mudah tersinggung, atau sebaliknya, menarik diri secara ekstrem, lebih suka menyendiri, dan enggan berinteraksi dengan orang lain,” ujar dr. Upi.

Yang kedua, kesulitan tidur atau insomnia. Gangguan tidur yang persisten, seperti sulit untuk memulai tidur, sering terbangun di malam hari, atau merasa tidak segar setelah tidur, bisa menjadi pertanda adanya tekanan mental.

Kurang tidur dapat memperburuk kondisi emosional dan kognitif jamaah.

Ketiga, adanya kecemasan atau ketakutan yang berlebihan. Seperti takut keluar kamar, takut ke masjid meski ditemani, atau panik berlebihan saat berada di keramaian.

Keempat, kebingungan terhadap tempat, waktu, dan orang (disorientasi).

“Mereka bisa jadi tidak tahu sedang berada di mana, lupa hari atau tanggal, bahkan kesulitan mengenali teman serombongan atau pendampingnya,” jelas dr. Upi.

Terakhir, perubahan mood yang cepat dan tidak terduga. Perhatikan fluktuasi suasana hati yang ekstrem dan cepat.

Tiba-tiba menjadi sangat mudah marah karena hal sepele, atau sebaliknya, mendadak menjadi sangat sedih, menangis tanpa alasan yang jelas.

Jika tanda-tanda tersebut teramati maka langkah awal yang bisa dilakukan adalah mendekati jamaah tersebut dengan empati, mencoba mendengarkan apa yang dirasakan, dan membantu penyesuaian diri jamaah, misalnya membantu cara menggunakan kamar mandi atau cara menggunakan lift.

“Jangan ragu untuk segera melaporkan kondisi tersebut kepada ketua rombongan atau Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) yang mendampingi. Mereka lebih kompeten untuk melakukan penilaian awal dan memberikan intervensi yang tepat, termasuk merujuk ke KKHI jika diperlukan,” tegas dr. Upi.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.