Bisa Jatuhkan Rafale India, Jet J-10C Vigorous Dragon Buatan China Ternyata Dibuat untuk Saingi F-16 Terbaru AS
TRIBUNNEWS.COM - Jet tempur Chengdu J-10C milik Tiongkok, yang juga dikenal sebagai Vigorous Dragon alias "Naga Tangguh", menjadi terkenal setelah keterlibatannya dalam konflik bulan ini antara India dan Pakistan .
Pesawat multiperan bermesin tunggal yang diterbangkan oleh angkatan udara Pakistan terlibat dalam penembakan jatuh beberapa jet tempur India minggu ini, kata menteri luar negeri Pakistan pada Rabu pekan lalu.
Beberapa pesawat India yang jatuh termasuk pesawat tempur Rafale buatan Prancis, menurut kantor berita pemerintah Pakistan.
Presiden Donald Trump mengatakan pada Sabtu, kalau India dan Pakistan telah menyetujui " gencatan senjata penuh dan segera " menyusul mediasi AS.
Untuk diketahui, sekitar 80 persen perlengkapan militer Pakistan dibuat oleh China.
Negara tersebut menerima gelombang pertama jet tempur tersebut — versi yang di-upgrade dari J-10 asli — pada tahun 2022.
Jet tempur tersebut dapat membawa bom, rudal udara-ke-udara, dan roket.
Kemampuan jet China ini rupanya sudah diprediksi oleh kalangan penerbangan tempur mengingat latar belakangan pembuatannya oleh China.
Di-upgrade tanpa henti sejak debutnya pada tahun 2000-an, jet J-10 adalah jawaban Beijing terhadap pesawat tempur ringan Barat seperti F-16 Amerika dan Saab Gripen Swedia.
Jet yang dirancang dan diproduksi China ini dapat terbukti menjadi pengubah permainan di pasar senjata global.
David Jordan, dosen senior studi pertahanan di King's College London, mengatakan:
"Anggap saja J-10C setara dengan F-16 model akhir, tetapi dengan beberapa fitur — seperti rangkaian rudal jarak jauhnya — yang dapat memberinya keunggulan dalam skenario tertentu."
Jet J-10 merupakan upaya besar pertama Tiongkok untuk memproduksi pesawat tempur modern buatan dalam negeri.
Pesawat ini mulai beroperasi pada tahun 2004 sebagai J-10A, pesawat tempur multiperan bermesin tunggal dengan konfigurasi sayap canard-delta — pilihan desain yang mengutamakan kelincahan daripada stabilitas, sehingga memberikan kemampuan manuver dalam pertempuran udara.
J-10 dirancang agar fleksibel dan mampu melakukan pertempuran udara-ke-udara dan misi serangan darat.
Pesawat ini dapat membawa campuran bom berpemandu presisi, rudal antikapal, dan senjata udara-ke-udara jarak menengah.
Meski pada akhirnya merupakan proyek lokal China, proyek ini mendapat inspirasi dari luar negeri, termasuk masukan dari desainer Israel dan teknisi mesin Rusia.
Pada tahun 2008, J-10B yang ditingkatkan telah diberi intake yang didesain ulang untuk mengurangi visibilitas radar, penambahan sensor pencarian dan pelacakan inframerah pasif, penerima peringatan radar digital, dan kokpit baru yang menampilkan layar multifungsi penuh warna dan tampilan head-up sudut lebar.
J-10C, yang mulai diproduksi sekitar tahun 2015, menandai langkah maju yang besar.
Versi ini memperkenalkan radar AESA — lompatan signifikan yang meningkatkan jangkauan deteksi, ketepatan penargetan, dan ketahanan elektronik.
Pesawat ini juga dilengkapi sistem tautan data, komunikasi satelit, peringatan pendekatan rudal, dan penyempurnaan untuk mengurangi tanda radar lebih jauh.
Pesawat tempur ini masih menggunakan mesin AL-31F buatan Rusia, yang dianggap sebagai faktor pembatas, tetapi versi yang lebih baru dilaporkan menguji mesin WS-10 buatan China.
Konflik Pakistan-India adalah kali pertama jet tersebut digunakan dalam pertempuran langsung.
Saham Chengdu Aircraft Company melonjak lebih dari sepertiga minggu ini di pasar saham Shenzhen, menunjukkan kepercayaan investor terhadap J-10C.
Jordan berkata: "Anda mungkin melihat pesaing yang sangat tangguh bagi produk-produk Barat memasuki kontes untuk pembelian pesawat tempur baru," tambah Jordan.
Hal itu dapat menimbulkan tantangan bagi produsen pertahanan Barat, tambahnya.
Meskipun J-10C bukan jet tempur tercanggih milik Tiongkok — keistimewaan itu hanya dimiliki oleh jet tempur siluman generasi kelima J-20 — jet tempur itu mungkin yang paling layak secara komersial.
(oln/Bi/*)