Mahasiswa Tunisia Terpesona Pesona Budaya Nusantara di Zaitunah
GH News May 13, 2025 11:04 PM

TIMESINDONESIA, TUNISIASemangat Nusantara kembali menggema di jantung Tunisia. Dalam gelaran Festival Budaya ke-19 Universitas Zaitunah yang berlangsung pada 5–8 Mei 2025 di Fakultas Ushuluddin, mahasiswa Indonesia berhasil mencuri perhatian dengan semarak budaya khas tanah air.

Acara ini bukan hanya menjadi ruang ekspresi kreatif, tapi juga menjadi panggung diplomasi budaya yang membanggakan.

Kontributor TIMES Indonesia di Tunisia, Arifatun Nasichah (mahasiswi Indonesia di Universitas Ez-Zitouna Tunisia), melaporkan, selama empat hari penuh, festival ini menghadirkan sinergi lintas budaya yang meriah. Pertunjukan seni, diskusi ilmiah, aneka bazar, hingga kompetisi mewarnai hari-hari festival.

Semuanya dirangkai dalam semangat kolaboratif yang membaurkan identitas, membangkitkan kebanggaan, dan menghidupkan nilai-nilai persahabatan antarbangsa.

Mahasiswa Indonesia memanfaatkan momentum ini secara maksimal. Dengan penuh semangat, mereka menyajikan kekayaan budaya Nusantara melalui stan kuliner, busana tradisional, dan berbagai produk etnik khas Indonesia.

Stan mereka langsung menjadi magnet perhatian. Mahasiswa Tunisia berbondong-bondong mencicipi cita rasa Indonesia yang autentik. Dari makanan khas daerah hingga minuman segar yang menggoda lidah.

“Ini pertama kalinya saya mencoba makanan dari Indonesia, rasanya unik dan sangat enak!” ujar salah satu mahasiswa Tunisia dengan senyum lebar. Ia memperlihatkan betapa makanan bisa menjadi jembatan paling ampuh dalam mengenalkan budaya.

Tak hanya soal rasa, visual pun memainkan peran penting. Mahasiswa Indonesia menampilkan busana adat dari Sulawesi Utara dan Lampung, lengkap dengan ornamen etnik, pajangan seni, dan pernak-pernik khas daerah.

Stan mereka seperti oase budaya di tengah hiruk-pikuk bazar, menjadi simbol kuat keberagaman dan kekayaan identitas bangsa Indonesia.

“Festival budaya ini luar biasa dan sangat bermanfaat. Kami bisa saling mengeksplorasi antarbudaya,” kata Ahmad Ash Siddieqy, mahasiswa Indonesia peserta festival.

Ia juga mengaku menemukan banyak literatur penting sejarah Islam dari Tunisia, seperti kitab-kitab sejarah Jami’ Zaitunah yang memperluas cakrawala keilmuan.

Sementara itu, Ketua PPI Tunisia, Anwar Ibrahim Pulungan, menyampaikan rasa bangganya atas kontribusi mahasiswa Indonesia. “Saya merasa sangat bangga bisa memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya makanan khas Nusantara dan pakaian adatnya. Mahasiswa Tunisia pun sangat tertarik, ini modal penting untuk memperkuat relasi budaya,” ungkapnya.

Acara ini juga turut dihadiri Duta Besar Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, beserta jajaran staf KBRI. Keberadaan mereka memberikan dukungan moral dan memperkuat makna simbolik kehadiran Indonesia di ranah akademik internasional.

Tak hanya bazar, festival ini juga dipenuhi dengan seminar dan diskusi ilmiah yang mendalam. Mulai dari isu kemanusiaan seperti Palestina, pertunjukan teater "Aku Adalah Suara Palestina", hingga kajian ilmiah seputar kesehatan, bahasa Arab, dan studi kontemporer Al-Qur'an. Semua seminar dipandu oleh para profesor Universitas Zaitunah dan disambut antusias oleh peserta dari berbagai latar belakang.

Seluruh kegiatan tersebut menegaskan bahwa budaya bukan sekadar tontonan, tetapi juga ruang dialog dan refleksi bersama. Melalui festival ini, mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Indonesia dan Tunisia, berhasil membangun jembatan kesepahaman dalam keberagaman.

Festival ditutup dengan meriah, menandai akhir dari sebuah momen penting dalam peta diplomasi budaya Indonesia. Kesan mendalam yang ditinggalkan mahasiswa Indonesia menjadi bukti nyata bahwa budaya adalah kekuatan lunak (soft power) yang mampu menembus sekat-sekat geografis, bahasa, bahkan ideologi.

Festival Budaya Universitas Zaitunah telah membuktikan bahwa generasi muda punya potensi besar menjadi duta budaya. Di tangan merekalah, identitas bangsa dijaga, dipromosikan, dan diwariskan lintas zaman. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.