Grid.ID - Keracunan makanan MBG atau Makan Bergizi Gratis terjadi di Bogor. Sekitar 200 lebih anak harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.
Keracunan makanan program MBG terjadi di Kota Bogor. Jumlah korban yang mengalami keracunan mengalami kenaikan setiap harinya.
Kasus pertama dilaporkan pada Rabu (7/5/2025). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) korban keracunan ini telah berkembang menjadi 223 orang dan penambahan tersebut telah terjadi sejak hari Senin (12/5/2025).
Kadinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno mencatat terdapat sembilan sekolah yang terindikasi keracunan MBG.
“Secara kumulatif total korban yang tercatat sebanyak 223 orang, dengan rincian 45 orang menjalani rawat inap, 49 orang menjalani rawat jalan, dan 129 orang mengalami keluhan ringan,” kata Retno dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/5/2025).
Sebaran 45 korban yang menjalani rawat inap selama kasus ini tersebar di RS Hermina sebanyak 11 orang, RS Islam sembilan orang. Mayapada lima orang, RS Azra empat orang, dan RSUD Kota Bogor ada empat orang. Lalu, ada juga di RS PMI sebanyak tiga orang, RS EMC dua orang, RS Graha Medika dua orang, RS Juliana dua orang, RS Salak dua orang, serta RS Siloam satu orang.
Diketahui, semua korban itu berasal dari sembilan sekolah. Sri Nowo Retno pun membeberkan daftar sekolah yang mengalami keracunan.
“TK Bina Insani 28 orang, SD Bina Insani 13 orang, SMP Bina Insani 96 orang, SMA Bina Insani satu orang, SDN Kukupu 3 delapan orang, SDN Kedung Waringin tujuh orang, SMP Bina Greha delapan orang, SDN Kedung Jaya 1 16 orang, dan SDN Kedung Jaya 2 46 orang,” ujarnya seperti dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com.
Dinkes Kota Bogor selanjutnya melakukan pemeriksaan terhadap kasus ini. Diketahui, insiden ini mencuat setelah dapur milik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bosowa Bina Insani turut mendistribusikan paket makanan ke 12 sekolah.
Hasil uji laboratorium sampel makanan MBG keluar dan hasilnya menyatakan adanya bakteri dalam dua menu makanan. Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bogor menemukan adanya dua jenis bakteri berbahaya dalam menu makanan yaitu E.coli dan Salmonella.
Wali Kota Bogor, Dedie Rachim menjelaskan bahwa bakteri tersebut ditemukan dalam dua jenis makanan yang dikonsumsi para siswa.
"Bakteri ini muncul dari ceplok telor yang dipakai bumbu barbeque," kata Dedie Rachim saat memberikan keterangan di Rumah Dinas Wali Kota Bogor, Senin (12/5/2025).
"Ada juga tumis toge dan tahu yang terindikasi mengandung Salmonella. Ada dua bakteri E.coli dan Salmonella ini kita peroleh dari dua jenis makanan yang kita periksa," ucap Dedie Rachim
Dedie Rachim menyampaikan bahwa sampel yang diuji berasal dari sisa makanan para siswa setelah mereka menunjukkan adanya gejala keracunan makanan MBG.
"Saya menerima laporan hasil uji lab dari Labkesda, hasilnya menunjukkan beberapa bahan makanan mengandung bakteri," ujarnya.
Rudi Hartono, Kepala SD Negeri kedung jaya 1, mengatakan sejumlah siswanya mengalami gejala mual, muntah, dan pusing setelah menyantap menu MBG pada Selasa (6/5/2025). Diketahui menu MBG saat itu yaitu telur, tahu, sayur toge dan pisang.
Rudi menyebutkan bahwa keluhan mulai muncul pada keesokan harinya yaitu hari Rabu (7/5/2025). Setelah menerima laporan siswa sakit, sekolah segera berkoordinasi dengan puskesmas, dinkes, serta pihak MBG untuk melakukan penanganan.
"Kami menerima MBG hanya khusus kelas enam saja, pada saat kejadian, saya juga eggak tahu apa itu makanan di hari Selasa atau yang Rabu, karena kami mendapatkan laporan ada anak yang sakit," kata dia.
Adapun dari badan Gizi Nasional (BGN), mereka akan lakukan evaluasi menyeluruh terhadap alur penyajian makanan dalam program MBG. Evaluasi ini akan dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan, proses memasak, hingga pendistribusian ke sekolah.
BGN juga akan memperketat uji organoleptik yaitu penilaian kualitas makanan dengan indera manusia. Selain itu, akan ada pelatihan rutin setiap tiga bulan di dapur-dapur SPPG untuk meningkatkan standar keamanan pangan.
"Kami juga bekerja sama dengan BPOM, Dinkes, dan para profesional yang terlibat dalam tata boga food and beverage. Itu langkah-langkah yang akan kami lakukan ke para SPPG, dan kami meminta mereka untuk meningkatkan lagi kewaspadaan," jelas Kepala BGN Dadan Hindayana.
Pemerintah Bogor kemudian menetapkan kejadian ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena banyaknya korban. Pemerintah kemudian akan memastikan untuk mengambil langkah penanganan mulai dari pengobatan korban, upaya pencegahan, penyelidikan epidemiologi, hingga melakukan koordinasi dengan BGN.
Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, BGN memastikan korban keracunan makanan MBG di Kota Bogor mendapatkan jaminan kesehatan. Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN Tigor Pangaribuan mengatakan, lembaganya bekerja sama dengan puskesmas untuk menanggung seluruh biaya pengobatan korban.
“Yang menjadi korban, diberikan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya. Kita bekerja sama dengan puskesmas (menanggung) seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN," kata Tigor, pada Selasa (13/5/2025).