Hadirkan Abdi Dalem Keraton Solo, MA Salafiyah Kajen Pati Ajak Siswa Kenali Budaya Mitoni
muslimah May 15, 2025 02:30 PM

TRIBUNJATENG.COM PATI - Nuansa kearifan lokal mengemuka ketika peserta didik MA Salafiyah Kajen, Margoyoso, Pati menggelar kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil'alamin (P5RA).

Kegiatan tersebut berlangsung di halaman madrasah setempat, Rabu (14/5/2025) dan diikuti oleh siswa kelas X.

Tema yang mereka usung adalah kearifan lokal yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. 

Di antaranya budaya mitoni atau tingkeban, yakni tradisi adat Jawa yang dilakukan untuk merayakan usia kehamilan tujuh bulan.

Dalam prosesi ini, masyarakat Jawa memohon keselamatan bagi ibu dan janin.

Dalam kegiatan P5RA tersebut, MA Salafiyah Kajen menghadirkan K.R.T. Meggi Hannusa, seorang Abdi Dalem dari Keraton Surakarta, sebagai narasumber. 

“Banyak sekali tradisi adat istiadat Jawa yang harus diketahui bersama, di antaranya mapati, mitoni, tedhak siten, ruwatan, bancaan ketika akan berangkat kerja, bancaan setelah menikah, bancaan akan membangun rumah, selametan (syukuran), dan sebagainya. Budaya-budaya tersebut harus kita jaga dan kita wariskan kepada generasi selanjutnya,” ujar K.R.T. Meggi Hannusa, dalam keterangan yang diterima TribunJateng.com, Kamis (15/5/2025).

Dia menegaskan, adat istiadat harus  diwariskan kepada generasi penerus. 

Dalam hal ini, Gen-Z dan Gen Alpha merupakan generasi melek digital yang berjabat erat dengan modernitas, sehingga budaya yang telah lama hidup di masyarakat harus dikenalkan sejak dini agar tidak punah.

Wakil Kepala Bidang Humas MA Salafiyah Kajen, Arif Sutoyo, mengungkapkan bahwa tema kearifan lokal yang dipilih oleh tim fasilitator bertujuan untuk memperkenalkan praktik kebudayaan yang menjadi identitas masyarakat Jawa. 

"Antusiasme peserta didik MA Salafiyah menunjukkan bahwa generasi Z tidak menutup diri untuk mengenal budaya mereka sendiri. Mereka bahkan ikut berpartisipasi dengan menghias tampah dengan daun pisang dan jajanan pasar yang menjadi ciri khas ketika prosesi bancakan," kata dia.

Selain jajanan pasar, ketika prosesi mitoni juga terdapat kelapa dan janur yang menjadi pelengkap prosesi adat tersebut. 

"Jika kita telisik lebih dalam, setiap tradisi adat istiadat yang dilakukan bukan hanya sekadar ritual belaka, melainkan juga mengandung nilai filosofis, budaya, serta spiritual yang mendalam. Tradisi Jawa juga berkaitan erat dengan nilai-nilai sosial yang mengatur kehidupan sehari-hari," jelas dia.

Arif menambahkan, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Jawa adalah nilai persatuan dan kebersamaan, rasa syukur, dan saling menghormati. 

"Tradisi Jawa bukan sekadar mengenal kearifan lokal, melainkan juga tentang bagaimana nilai-nilai budaya tersebut membentuk karakter dan identitas masyarakat Jawa" ucap Arif. 

Sementara itu Setyo Gunawan, koordinator P5RA, menjelaskan bahwa kegiatan ini juga mengandung harapan agar generasi muda mewarisi karakter, identitas, serta nilai-nilai yang diajarkan dalam budaya Jawa.

Menurut dia, masyarakat Jawa harus bangga dengan tradisi dan adat istiadatnya. 

“Kami berharap, peserta didik memahami esensi budaya Jawa dan mengetahui tata cara prosesi adat Jawa di kemudian hari. Selain itu, harapannya acara ini dapat membangkitkan rasa cinta terhadap budaya kita sendiri dan memahami dengan baik nilai serta makna yang terkandung dalam budaya Jawa," tandas dia. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.