Rentetan Letusan Senjata hingga Kemarahan Milisi Uji Kesiapan Pasukan Garuda sebelum Terjun ke Kongo
Endra Kurniawan May 16, 2025 03:31 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rentetan suara letusan senjata terdengar saat satu regu foot patrol (patroli jalan kaki) Pasukan Garuda berjalan di tengah hutan daerah latihan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Sentul, Jawa Barat, pada Kamis (15/5/2025).

Sebanyak sekira 18 personel Kompi C Bogoro Satuan Tugas Indonesia Regional Development Battalion (Satgas INDO RDB) 39G Monusco yang awalnya berjalan dalam dua baris, mendadak berlindung di semak-semak di balik pohon-pohon besar di sekitar.

Mereka berjongkok, bersiaga, mengantisipasi ancaman dari setiap arah dengan senapan SS2-V1 masing-masing.

Sebagian lainnya, melindungi dua wartawan yang dalam skenario latihan pra tugas tersebut berperan sebagai aset Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari Pusat Informasi PBB (UNIC).

Masing-masing wartawan, dilindungi oleh empat prajurit di balik pepohonan dan belukar.

Terdengar teriakan, "UN! UN! (PBB)," dari Komandan Tim sementara letusan senjata berpeluru hampa masih bersahutan.

Rentetan suara letusan senjata kemudian berhenti sebelum regu bergerak kembali.

Setelah ada aba-aba aman, tim meneruskan patroli.

"Jambo!" kata pasukan bila menemui warga sipil yang melintas.

Kata "jambo" sendiri berasal dari bahasa Swahili yang berarti "halo".

Kata jambo digunakan lazim digunakan di medan operasi di Republik Demokratik Kongo (Kongo).

Selain kata "jambo", kata lain yang kerap digunakan Pasukan Garuda selama latihan pra tugas adalah "asante" yang berarti "terima kasih" dalam Bahasa Swahili.

Namun, sekira 500 meter berjalan, rentetan suara letusan senjata kembali terdengar.

Seorang prajurit Pasukan Garuda bergegas memberi instruksi kepada dua wartawan untuk kembali berlindung di balik pohon.

"UN! UN!" teriak prajurit yang berada di depan barisan sambil berlindung.

Rentetan suara letusan senjata masih terdengar sekira 10 menit, sebelum akhirnya berhenti dan Komandan Tim menyatakan situasi aman dan regu kembali bergerak perlahan untuk menuju markas di Bogoro (nama kota di Kongo).

Setelah berada di dalam markas, Komandan Tim memerintahkan pasukan untuk mengeluarkan amunisi hampa dari senapan serbu mereka masing-masing.

"Pastikan kamar kosong," tegas Komandan Tim kepada prajurit untuk memastikan senjata mereka aman sebelum disimpan kembali.

Dalam sesi latihan pra tugas ke Kongo berikutnya, satu pleton dari Kompi C mendapatkan Frago atau perintah fragmentaris dari PBB untuk melaksanakan misi Cordon and Search.

Dua wartawan yang melekat dalam tim, tidak lagi diposisikan menjadi aset dalam operasi penyisiran dan pencarian orang tersebut.

Dua wartawan termasuk dari Tribunnews.com, berperan sebagai selayaknya jurnalis yang tengah menjalankan tugasnya.

Akan tetapi, kedua wartawan tetap mendapat perlindungan masing-masing oleh satu prajurit.

Setelah satu pleton tersebut mendapatkan foto dan nama orang yang dicari, tim bergerak menggunakan dua mobil ke Desa Comiya.

Dua mobil tersebut pun berjalan di lajur kanan selama berada di daerah latihan.

Hal tersebut tak lain untuk membiasakan mereka dengan situasi sebenarnya di medan operasi Republik Demokratik Kongo.

Setelah tiba di depan pos penjagaan, Komandan Tim berkoordinasi dengan seorang prajurit yang berperan sebagai tentara Kongo (FARDC).

Setelah mendapatkan akses dan dukungan, tentara FARDC kemudian mengantarkan pasukan menuju desa yang diduga menjadi lokasi di mana orang yang dicari berada.

Setelah berada di rumah kepala desa, pasukan kemudian membentuk perimeter pengamanan di sekeliling.

Sementara itu, Komandan Tim didampingi tentara FARDC berbincang dengan Kepala Desa.

Terjadi perdebatan sengit dalam Bahasa Inggris, karena Kepala Desa enggan memberikan akses kepada pasukan Garuda untuk masuk ke desanya.

Kepala Desa tampak marah karena menurutnya desanya adalah tempat yang aman dan kehadiran Pasukan PBB di sana membuatnya gusar.

Namun, dengan kearifan lokal yang dimiliki Pasukan Garuda, akhirnya hati kepala desa luluh.

Kepala desa itu pun memberikan akses dan mengantar Pasukan Garuda "menyisir" kampung tersebut untuk menemukan orang yang mereka cari.

Situasi menegangkan pun terjadi.

Seorang laki-laki dengan tangan terikat dan mulut diplester tengah disandera oleh seorang lelaki menggunakan parang.

Sosok yang tengah disandera tersebut adalah Mr Hanix, orang yang harus dibebaskan oleh Pasukan Garuda dalam misi Cordon and Search.

Sementara itu, kepala desa menyatakan lelaki yang menyandera Mr Hanix tersebut bukan warganya.

Belakangan diketahui, lelaki yang mengacungkan parang itu adalah anggota salah satu kelompok milisi.

Ketegangan terjadi, Pasukan Garuda berulang kali mengajak milisi tersebut menurunkan parangnya.

Namun, milisi tersebut justru mencopot sarung parangnya.

Di tengah situasi tersebut, ketegangan kemudian memuncak setelah terdengar rentetan senjata dari kejauhan.

Pasukan Garuda pun berjongkok dan bersiaga dengan senapan laras panjang di genggamannya.

Sementara Komandan Tim dan tentara FARDC berusaha meyakinkan milisi tersebut bahwa suara rentetan senapan tersebut bukan dari pihaknya.

Perlahan, kepala desa dan tentara FARDC mendekati milis tersebut sambil memintanya tenang.

Sejurus kemudian, kepala desa dan tentara FARDC merenggut parang di tangan milisi tersebut.

Pasukan Garuda pun langsung membebaskan dan mengamankan Mr Hanix.

Sementara itu, milis tersebut diserahkan kepada tentara FARDC.

Setelah melakukan penyisiran, satu peleton Pasukan Garuda tersebut kemudian kembali ke markas dengan berjalan kaki.

Perbedaan Konsep Operasi Jadi Tantangan

PASUKAN PERDAMAIAN PBB - Komandan Kompi (Danki) C Kapten (Mar) Agung Priantoro Satgas Indo RDB 39G Monusco saat ditemui ketika latihan pratugas di area latihan PMPP TNI, Sentul, Bogor Jawa Barat pada Kamis (15/5/2025).
PASUKAN PERDAMAIAN PBB - Komandan Kompi (Danki) C Kapten (Mar) Agung Priantoro Satgas Indo RDB 39G Monusco saat ditemui ketika latihan pratugas di area latihan PMPP TNI, Sentul, Bogor Jawa Barat pada Kamis (15/5/2025). (Gita Irawan/Tribunnews.com)

Komandan Kompi (Danki) C Kapten (Mar) Agung Priantoro, Satgas Indo RDB 39G Monusco menjelaskan sejumlah skenario misi yang diberikan kepada timnya pada hari kedua latihan pratugas aplikasi lapangan di antaranya foot patrol, cordon and search, dan pembajakan (hijack).

Agung yang sehari-hari menjabat sebagai Danki D Yonif 4 Marinir itu menjelaskan hal yang menjadi tantangan dalam penugasan pertamanya ke luar negeri tersebut adalah adanya perbedaan konsep operasi yang biasa dilakukan di dalam negeri.

Penugasan di Pasukan Garuda tersebut, kata Agung, berada di bawah aturan-aturan yang ditetapkan oleh PBB.

Sehingga, kata dia, pasukan membutuhkan waktu untuk menyelaraskan antara aturan yang ditetapkan PBB dengan pengalaman mereka bertugas di dalam negeri.

Alumni Akademi Angkatan Laut tahun 2015 itu menjelaskan terdapat tiga tugas yang menjadi tanggung jawabnya yakni melindungi masyarakat sipil, pelucutan senjata dan stabilisasi situasi keamanan, dan pengamanan aset PBB di Kongo.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Satgas yang akan digantikan oleh timnya, Kompi C Bogoro bertanggung jawab kepada wilayah seluas sekira 60 desa dengan jumlah penduduk diperkirakan lebih dari 10 ribu jiwa.

Sejumlah persiapan yang dilakukan pasukannya sejauh ini meliputi fisik, mental, dan pengetahuan.

Total prajurit yang dipimpinnya di Kompi C Bogoro mencapai 149 orang yang terdiri dari 7 perwira, 31 bintara, dan 111 tamtama gabungan TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara.

"Tentunya harapan saya sebagai seorang Komandan Kompi dalam melaksanakan tugas ke depan yang pertama kami mampu melaksanakan seluruh tugas yang diberikan satuan atas kepada kami," harap Agung di sela-sela latihan.

"Dengan catatan kami berangkat lengkap 850 (orang) seluruhnya (Satgas Indo RDB 39G Monusco), dan kembali (pulang) lengkap 850 (orang) seluruhnya tanpa kekurangan apapun," pungkasnya.

Informasi dihimpun, sejumlah hal yang menjadi tantangan penugasan di Kongo adalah banyaknya kelompok milisi di sana.

Konflik-konflik yang terjadi di Kongo, juga informasi dihimpun, kerap didasari oleh motif ekonomi khususnya terkait penguasaan sumber daya alam.

Kesempatan Melihat dari Dekat

PASUKAN PERDAMAIAN PBB - Para prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Indo RDB 39G Monusco tengah melaksanakan latihan pratugas di area latihan PMPP TNI, Sentul, Bogor Jawa Barat pada Kamis (15/5/2025). Mereka melaksanakan latihan berbasis skenario yang dibuat semirip mungkin dengan situasi aslinya di Kongo
PASUKAN PERDAMAIAN PBB - Para prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Indo RDB 39G Monusco tengah melaksanakan latihan pratugas di area latihan PMPP TNI, Sentul, Bogor Jawa Barat pada Kamis (15/5/2025). Mereka melaksanakan latihan berbasis skenario yang dibuat semirip mungkin dengan situasi aslinya di Kongo (Gita Irawan/Tribunnews.com)

Sebanyak 10 jurnalis dari berbagai media massa nasional maupun internasional termasuk Tribunnews.com berhasil lolos seleksi dan mengikuti Journalist Boot Camp: Experiencing Indonesia’s Peacekeeping Mission pertama, yang digelar UNIC dan PMPP TNI pada 14 sampai 15 Mei 2025 di Sentul, Bogor.

Indonesia sendiri merupakan salah satu kontributor terbesar dalam misi penjaga perdamaian PBB di mana saat ini menempati peringkat kelima dunia dengan 2.559 personel militer yang ditempatkan dalam 8 misi PBB. 

Direktur UNIC Jakarta, Miklos Gaspar mengatakan inisiatif tersebut menjembatani pemahaman antara publik dan pasukan penjaga perdamaian dengan cara memberikan pengalaman langsung kepada para jurnalis. 

"Ini mendorong peliputan yang akurat, etis, dan berdasarkan pemahaman mendalam atas kontribusi penting Indonesia terhadap perdamaian dan keamanan global," kata Miklos usai kegiatan.

Sementara itu, Komandan PMPP TNI, Mayor Jenderal Taufik Budi Santoso menambahkan melalui kegiatan itu, PMPP TNI tidak hanya menunjukkan kesiapan dan komitmen Indonesia dalam misi perdamaian, tetapi juga membangun hubungan yang lebih kuat dengan media yang menjadi mitra penting dalam menyampaikan kisah perdamaian dan pre latihan pratugas tersebut.

"Kami mencoba untuk mengembangkan latihan berbasis skenario untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kepada para prajurit tentang tugas-tugas di daerah misi nantinya," pungkasnya. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.