TIMESINDONESIA, CILACAP – Direktur RSUD Cilacap, dr Moch Ichlas Riyanto mengatakan, alur atau proses yang terjadi di IGD sebuah rumah sakit tidak serumit yang disangka orang.
"Pasien masuk IGD langsung dilayani di ruang Tiase dengan 23 tempat tidur," kata dr Moch Ichlas Riyanto, Sabtu (17/5/202).
Di situ (IGD), sambungnya, dilakukan pemisahan pasien sesuai penyakitnya. Kemudian didistribusikan ke kamar masing-masing.
"Alur ini sudah kita jalankan sebelumnya," imbuhnya sambil tersenyum.
Ichlas juga tak menafikan bahwa di IGD juga terjadi penumpukan pasien.
Menurutnya, terkait penumpukan pasien disebabkan pasien yang datang berbarengan. "Pasien yang datang saat pelayan medis sedang di dalam menangani pasien, sehingga terjadi penumpukan," ujar Ichlas.
Namun, ungkapnya, di RS Cilacap intinya ingin mempercepat pelayanan. "Ketika pasien datang tidak langsung bruk, ditumpuk dan disatukan dalam satu ruangan, sehingga menjadi sumpek. Kita gunakan alur yang selalu digunakan sebelumnya," kata dia.
Bukan hanya itu, bahwa bed (tempat tidur) yang digunakan ketika tidak terlihat di tempatnya, berarti sedang dipakai di tempat lain, namun bed yang tidak mungkin digunakan di ruangan yaitu untuk anak, untuk penyakit jiwa.
Saat ditanya jumlah bed di RSUD ini, totalnya 30 bed dengan bed cadangan, dan di RSUD ini tidak tergantung jumlah maksimal, tapi tergantung kapasitas, ucap Ichlas.
Terang Ichlas, bahwa pasien dinyatakan bisa masuk ruangan kamar setelah dari ruangan Tiase (pemilahan pasien).
"Di Tiase itu banyak berbagai penyakit dan kadar kesembuhan pasien. Di IGD ada prosesnya, dan tidak begitu datang langasung masuk kamar," katanya.
Ichlas juga menyatakan, bahwa dokternya di IGD tentu yang spesialis, karena langsung tahu apa penyakit pasien, sehingga pasien masuk ruangan sesuai kondisi pasien.
"Di IGD juga sudah tersedia peralatan yang disiapkan untuk pasien, seperti infus. Sehingga ketika di ruangan, tidak repot dengan infus dan lain-lain.
Dan ketika keluar IGD pasien sudah stabil," tutup dr Moch Ichlas Riyanto. (*)