TIMESINDONESIA, JOMBANG – Kinerja komunikasi politik Tim Percepatan Pembangunan Kabupaten Jombang menuai kritik. Dinilai masih lamban dan kurang agresif, hal ini membuat berbagai program unggulan Bupati dan Wakil Bupati Jombang belum tersampaikan secara utuh kepada masyarakat.
Yusron Aminulloh, praktisi komunikasi sekaligus wartawan senior Jombang, mengungkapkan keprihatinannya saat menerima kunjungan Koordinator Tim Percepatan Pembangunan, Dr. (c) Irfan Kharisma Putra pada Jumat malam (16/5/2025).
“Saya melihat program-program Bupati sangat futuristik dan punya visi ke depan. Tapi sayangnya, yang sampai ke masyarakat hanya sepotong-potong. Tidak sampai pada substansi,” ungkap Yusron yang juga CEO Saieda Green View Wonosalam.
Akibat kurangnya komunikasi strategis, informasi yang beredar di media sosial cenderung liar, simpang siur, bahkan bernada negatif. Yusron menekankan pentingnya tata kelola komunikasi publik yang baik agar iklim informasi di Jombang lebih positif dan kondusif.
“Saya sering menyimak diskusi di media sosial Jombang. Banyak yang saling menyalahkan. Ini tidak sehat bagi pembangunan daerah. Harus segera dibenahi agar semangat positif bisa menular,” lanjutnya.
Yusron juga menyoroti minimnya kolaborasi dengan media lokal. Menurutnya, wartawan dan influencer lokal seharusnya dirangkul untuk menyuarakan program-program pembangunan Pemkab Jombang.
“Terkait isu perubahan logo dan tagline daerah, atau rencana kehadiran PTN di Wonosalam, itu semua masukan konstruktif. Jika dikelola dengan baik, bisa memperkuat langkah strategis Bupati,” tambahnya.
Saat ini Yusron bersama tiga profesor dan sejumlah pengusaha tengah merintis Akademi Buah Nusantara di Jombang sebagai kontribusi nyata untuk daerah. Menanggapi hal tersebut, Irfan Kharisma menyambut baik kritik dan masukan yang disampaikan.
“Kami sangat menghargai masukan dari para tokoh, apalagi dari senior sekaligus orang tua kami. Saat ini kami sedang menyusun strategi komunikasi bersama pakar komunikasi dari Unair, Irfan Wahyudi, yang juga tergabung dalam tim percepatan,” ujarnya.
Irfan mengakui, tim percepatan baru dua bulan berjalan, sehingga butuh waktu untuk adaptasi. Ia juga menegaskan bahwa aspirasi masyarakat, tokoh agama, budayawan hingga pengusaha akan selalu menjadi perhatian.
“Pintu kami selalu terbuka. Banyak kiai dan bu nyai sudah menjalin komunikasi dengan kami. Semua masukan pasti kami sampaikan dan diskusikan langsung dengan Abah Bupati,” ujarnya.
Yusron mengakhiri dengan mengajak semua pihak membangun komunikasi publik yang sehat. Ia menyebut perlunya mengukur radius of trust atau tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah.
“Apakah kepercayaan publik hari demi hari makin luas atau malah menyempit? Di sinilah peran besar media dan influencer lokal untuk menjaga narasi yang sehat dan positif,” pungkasnya. (*)