Rusia dan Ukraina Setujui Pertukaran Tahanan Perang Terbesar 2022
timtribunsolo May 17, 2025 07:34 PM

TRIBUNNEWS.COM - Rusia dan Ukraina baru-baru ini mencapai kesepakatan untuk melakukan pertukaran besar-besaran tahanan perang, yang mencakup sebanyak 1.000 tawanan.

Kesepakatan ini menjadi yang terbesar sejak dimulainya invasi Rusia terhadap Ukraina pada tahun 2022 dan terjadi setelah pertemuan diplomatik di Istanbul, Turki.

Apa yang Terjadi dalam Pertemuan di Istanbul?

Pada Jumat, 16 Mei 2025, delegasi dari Rusia dan Ukraina mengadakan pembicaraan damai.

Meskipun Presiden Rusia, Vladimir Putin, semula direncanakan untuk hadir secara langsung, ia mengirimkan Presiden Rusia Medinsky untuk melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov.

Pertemuan ini tidak hanya membahas pertukaran tahanan, tetapi juga gencatan senjata yang diusulkan oleh Ukraina.

"Pertukaran tahanan ini akan terjadi dalam beberapa hari mendatang. Ini adalah hasil pertemuan kami," ujar Umerov dalam jumpa pers, seperti yang dilaporkan oleh Time.com.

Mengapa Gencatan Senjata Gagal?

Meskipun tercapainya kesepakatan untuk pertukaran tahanan, upaya untuk mencapai gencatan senjata tidak membuahkan hasil.

Ukraina mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari, namun Rusia menolak dengan mengajukan tuntutan yang dianggap melanggar kedaulatan Ukraina, seperti penarikan pasukan dari wilayah timur yang diduduki.

Presiden Zelenskyy juga mengkritik Rusia karena mengirim delegasi tingkat rendah, yang menurutnya menunjukkan ketidaksungguhan Rusia dalam mencari solusi damai.

Meskipun demikian, kedua belah pihak sepakat untuk menyusun proposal tertulis mengenai syarat-syarat gencatan senjata sebagai langkah awal untuk perundingan selanjutnya.

Bagaimana Tanggapan Eropa Terhadap Gagalnya Gencatan Senjata?

Gagalnya kesepakatan gencatan senjata ini memicu respons dari para pemimpin Barat.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan bahwa Uni Eropa sedang menyusun paket sanksi baru terhadap Rusia.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang menegaskan bahwa negara-negara Eropa akan memberlakukan sanksi baru dalam beberapa hari ke depan jika Rusia tidak setuju dengan gencatan senjata.

"Tujuan kami adalah untuk menjatuhkan sanksi jika Rusia gagal mematuhi gencatan senjata yang diusulkan oleh sekutu-sekutu Eropa," ujar Macron dalam wawancaranya dengan saluran televisi TF1.

Sejak invasi pada Februari 2022, Uni Eropa telah memberlakukan 16 putaran sanksi terhadap Rusia, dan putaran ke-17 direncanakan akan diadopsi dalam waktu dekat.

Apa Dampak dari Pertukaran Tahanan Ini?

Pertukaran tahanan ini merupakan langkah penting dalam upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun.

Meski gencatan senjata tidak tercapai, kesepakatan pertukaran tahanan dapat menjadi fondasi untuk negosiasi lebih lanjut dan menciptakan momentum menuju penyelesaian damai dari konflik yang berkepanjangan.

Dalam situasi yang sulit ini, baik Rusia maupun Ukraina menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi, yang merupakan langkah awal yang positif dalam mencari solusi jangka panjang bagi kedua negara.

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.