Lembaga keuangan Moody's menurunkan peringkat utang untuk Amerika Serikat (AS). Hal ini memperburuk kekhawatiran investor tentang bom waktu utang yang mengancam keuangan AS. Pasar, khususnya, para investor pemegang obligasi AS menuntut lebih banyak pengekangan fiskal dari Washington.
Dilansir dari Reuters, Minggu (18/5/2025), Moody's memangkas peringkat utang Amerika hingga satu tingkat pada pengumuman di hari Jumat kemarin. Moody's menjadi badan pemeringkat besar terakhir yang menurunkan peringkat utang Negeri Paman Sam.
Kekhawatiran mengenai tumpukan utang negara yang terus bertambah sebesar US$ 36 triliun di AS jadi biang kerok utama turunnya peringkat utang.
Penurunan peringkat dilakukan saat Partai Republik yang mengendalikan DPR dan Senat berupaya menyetujui paket besar pemotongan pajak, kenaikan belanja, dan pengurangan jaring pengaman, yang dapat menambah beban triliunan dolar ke pemerintah AS.
Ketidakpastian atas bentuk akhir dari apa yang disebut "Big Beautiful Bill" membuat para investor gelisah bahkan ketika optimisme muncul atas perdagangan. Paket kebijakan itu gagal melewati rintangan utama pada hari Jumat bahkan saat Presiden AS Donald Trump menyerukan persatuan dalam legislasi tersebut.
"Penurunan peringkat Moody's dapat membuat investor lebih berhati-hati. Pasar obligasi terus mencermati apa yang terjadi di Washington tahun ini khususnya," kata Carol Schleif, kepala strategi pasar di BMO Private Wealth.
Penurunan peringkat dari Moody's, yang mengikuti langkah serupa dari Fitch pada tahun 2023 dan Standard & Poor pada tahun 2011 pada akhirnya akan menyebabkan biaya pinjaman yang lebih tinggi bagi sektor publik dan swasta di Amerika Serikat.
Gennadiy Goldberg, Kepala Strategi Suku Bunga AS di TD Securities menyatakan kemungkinan besar pemangkasan peringkat tersebut tidak mungkin memicu penjualan paksa dari dana yang hanya dapat berinvestasi pada sekuritas berperingkat teratas, karena sebagian besar dana merevisi pedoman setelah penurunan peringkat S&P.
"Tetapi kami berharap hal itu akan memfokuskan kembali perhatian pasar pada kebijakan fiskal dan rancangan undang-undang yang saat ini sedang dinegosiasikan di Kongres," kata Goldberg.