TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Komisi I DPRD Kota Probolinggo bersama KONI dan Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispopar) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke basecamp Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) pada Senin (19/5/2025).
Sidak ini merupakan tindak lanjut atas polemik pembongkaran sarana latihan yang terdampak rencana penataan kawasan GOR Ahmad Yani.
Dalam kunjungan tersebut, Komisi I memastikan aktivitas latihan para atlet tetap berjalan dan tidak terganggu proyek pembangunan yang hingga kini belum final.
Komisi I DPRD Kota Probolinggo Sidak ke basecamp FPTI. (FOTO: Sri Hartini/TIMES Indonesia)
Mereka juga mengimbau agar FPTI tetap fokus menghadapi berbagai kejuaraan penting, termasuk Porprov dan event nasional lainnya.
Anggota Komisi I DPRD, Zainul Fatoni, mengungkapkan pembongkaran sebagian fasilitas wall climbing dilakukan secara mandiri oleh FPTI karena kekhawatiran terhadap proyek jalan tembus yang disebut akan melewati area latihan.
“Dari hasil sidak, kami temukan bahwa pembongkaran dilakukan bukan atas instruksi pemerintah, melainkan inisiatif dari pengurus FPTI sendiri karena mereka khawatir rencana jalan tembus mengganggu lokasi latihan,” ungkapnya.
Komisi I menurutnya, turut meminta klarifikasi kepada Dispopar terkait proyek penataan kawasan GOR yang hingga saat ini masih dalam tahap perencanaan dan belum menyentuh pelaksanaan fisik.
“Kami sarankan agar fasilitas wall climbing yang sudah dibongkar bisa dikembalikan dulu seperti semula. Ini penting agar para atlet tidak kehilangan konsentrasi jelang event besar,” tambahnya.
Zainul Fatoni juga menegaskan pentingnya kajian mendalam sebelum melakukan pembongkaran fasilitas olahraga.
Ia menilai, setiap langkah harus mempertimbangkan aspek manfaat, dampak sosial, proses relokasi, hingga kejelasan anggaran dan status aset.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dispopar Kota Probolinggo, Rachmadeta Antariksa, menegaskan rencana penataan kawasan GOR A. Yani memang ada, namun masih berada pada tahap awal.
“Masih sebatas rencana. Jika nanti terealisasi, area yang terdampak kemungkinan adalah lapangan basket,” ungkap Deta.
Namun, menurut Deta, pihaknya terbuka untuk mengintegrasikan fasilitas panjat tebing dalam konsep penataan, agar dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Hasil sidak ini diharapkan menjadi titik awal agar proses penataan kawasan olahraga ke depan dapat berlangsung secara transparan, akuntabel, dan tetap berpihak pada kebutuhan atlet serta pembinaan olahraga prestasi. (*)