Ada Seruan Matikan Aplikasi, Driver Ojol di Banjarmasin Tetap Beroperasi 
Edi Nugroho May 21, 2025 08:31 PM

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Di tengah seruan aksi mematikan aplikasi alias offbid oleh para driver ojek online (ojol) secara nasional pada Selasa (20/5/2025), sebagian besar pengemudi di Banjarmasin memilih tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. 

Bukan tanpa alasan, mereka mengaku sudah terlalu lelah berharap pada aksi-aksi yang tak kunjung membuahkan hasil nyata.

Salah satunya adalah Muhammad Ilmi (44), driver Grab yang sehari-hari mangkal di kawasan Pasar Kalindo, Banjarmasin Barat. Selain menarik penumpang, Ilmi juga mengelola lapak kecil berisi teh dan kue yang ia kelola bersama dua karyawan lamanya.

“Awalnya ojol ini cuma sampingan dari berdagang. Tapi lama-lama malah jadi pendapatan utama. Pernah suatu waktu hasil narik lebih besar daripada jualan,” tuturnya, Rabu (21/5/2025).

Namun, menurut Ilmi, itu cerita dulu. Belakangan, kondisi lapangan semakin sulit. Jumlah orderan turun drastis, sementara beban kerja dan ongkos operasional makin tinggi.

“Sekarang susah, cape sekali. Banyak promo dari aplikator yang merugikan kami sebagai mitra. Mereka bilang ini win-win, tapi kami yang di jalan merasa nggak adil,” ucapnya.

Ilmi tidak ikut mematikan aplikasi saat aksi kemarin. Namun, bukan berarti hasilnya lebih baik. “Orderan tetap sepi. Isunya sih sengaja diperlambat sistem karena ada aksi. Entahlah,” tambahnya.

Ilmi menyebut penghasilannya dari narik ojol kini hanya berkisar Rp100 ribu per hari, itu pun masih kotor, belum dipotong bensin dan kebutuhan lainnya. Sementara warung kecil yang ia jalankan juga tidak lagi seramai dulu.

“Kadang cuma cukup buat mutar modal dan bayar dua karyawan saya. Kalau lebih ya alhamdulillah. Kadang juga saya berbagi hasil sama mereka, biar sama-sama jalan,” katanya dengan nada lirih.

Cerita serupa datang dari Amat (36), driver Gojek. Ia juga mengaku tak lagi antusias mengikuti aksi-aksi kolektif karena merasa perjuangan mereka tidak banyak membawa perubahan.

“Sudah terlalu sering aksi, tapi hasilnya nihil. Sementara kebutuhan jalan terus. Jadi saya tetap onbid saja, meskipun ya… hasilnya makin berat,” ucap Amat saat ditemui di kawasan Kayutangi Banjarmasin.

Bagi para driver ini, hidup harus tetap berjalan. Meski sistem yang mereka hadapi kian keras dan tidak berpihak, mereka memilih bertahan dengan segala keterbatasan.

“Yang penting anak bisa makan, motor bisa jalan. Itu dulu aja,” ujar Amat singkat.

(Banjarmasinpost.co.id/rifki soelaiman)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.