Kerajaan Siak Sri Indrapura, Kerajaan Islam di Riau yang Pernah Menguasai Pantai Timur Sumatera
Moh. Habib Asyhad May 22, 2025 07:34 PM

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Siak Sri Indrapura alias Kesultanan Siak, menjadi kerajaan Islam yang menguasai pantai timur Sumatera. Bahkan sampai ke Semenanjung Malaya.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Berbicara tentang Kerajaan Siak Sri Inderapura alias Kesultanan Siak, berarti berbicara tentang wilayah pantai timur Sumatera yang dikuasainya.

Kerajaan Siak berdiri pada 1723 dan berakhir pada 1945 setelah bergabung dengan Nekara Kesatuan Republik Indonesia. Kerajaan Islam ini didirikan olehRaja Kecil atau Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah, putra Sultan Mahmud Syah dari Kesultanan Johor.

Benar, Kerajaan Siak atau Kesultanan Siak masih punya "hubungan darah" dengan Kesultanan Johor. Pusat pemerintahan Kerajaan Siak berada di Buantan, sekarang masuk wilayah Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Masa kejayaan Kerajaan Siak terjadi pada abad ke-19 ketika dipimpin oleh Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908). Ketika berkuasa, Sultan Syarif Hasyim membangun Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Siak dan kemajuan pesat kerajaannya dapat dilihat pada bidang ekonomi.

Menjelang abad ke-20, Kerajaan Siak mulai mengalami kemunduran setelah diganggu oleh pemerintah kolonial Belanda. Setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, sultan terakhir Siak, Sultan Syarif Kasim II, menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.

Sebelum jadi kerajaan, wilayah Siak adalah bawahan Kesultanan Johor. Penguasa di sini awalnya ditunjuk langsung oleh Sultan Johor. Tapi ketika Kesultanan Johor runtuh, di wilayah Siak terjadi kekosongan kekuasaan selama hampir 100 tahun.

Raja Kecik, yang pernah terlibat perang saudara di Johor kemudian menetap di Bintan, lalu mendirikan kerajaan di pinggir Sungai Buantan, anak Sungai Siak. Negeri baru yang berpusat di Buantan ini dinamai Kerajaan Siak.

Meskipun begitu, pusat kerajaan sempat beberapa kali mengalami pemindahan. Barulah pada masa pemerintahan Sultan Ismail (1827-1864), pusat kerajaan akhirnya menetap di Kota Siak Sri Indrapura sampai akhir pemerintahannya.

Setelah mendirikan Kerajaan Siak, Sultan Abdul Jalil atau Raja Kecik melakukan perluasan wilayah dan membangun pertahanan armada laut. Dalam perkembangannya, Siak terus menunjukkan dominasinya di kawasan perairan timur Sumatera, dengan mengontrol perdagangan timah di Pulau Bangka dan menaklukkan Mempawah di Kalimantan Barat.

Pada masanya, kerajaan ini juga menjadi salah satu pusat penyebaran dakwah Islam. Pada masa sultan Siak ke-11, yaitu Sultan Syarif Hasyim, dibangunlah istana megah yang diberi nama Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Siak.

Puncak kejayaan Kerajaan Siak juga berlangsung pada pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Kebesaran kerajaan ini dapat dilihat dari pesatnya perkembangan ekonomi kerajaan. Selain itu, Sultan Syarif Hasyum bahkan berkesempatan untuk berkunjung ke Eropa, yaitu Jerman dan Belanda.

Penguasa pantai timur Sumatera

Seperti disinggung di awal, ketika memasuki masa kejayaannya, Kerajaan Siak adalah penguasa pantai timur Sumatera -- bahkan sampai Semenanjung Malaya. Kerajaan ini punya armada laut yang sangat kuat. Jangkauan terjauh Kerajaan Siak adalah Rupat.

Pada 1780, Kerajaan Siak berhasilkan menaklukkan Kesultanan Langkat lalu menjadikan wilayah tersebut dalam pengawasannya. Tak hanya Langkat, Deli dan Serdang juga mereka taklukkan. Siak juga pernah membantu VOC menaklukkan Selangor pada 1784 dan sebelumnya mereka bersama-sama memadamkan pemberontakan Raja Haji Fisabilillah di Pulau Penyengat.

Sebagai "penguasa" Selat Malaka, tentu Kerajaan Siak mendapatkan banyak keuntungan. Mereka juga bisa mengendalikan para perompak yang berkeliaran di wilayah perairan tersebut. Siak juga menjadi kawasan segitiga perdagangan dengan Belanda di Malaka dan Inggris di Pulau Pinang.

Yang juga penting, Kerajaan Siak berhasil menggantikan dan menghilangkan pengaruh Kesultanan Johor yang sebelumnya memang begitu kuat di sana. Lebih dari itu, Kerajaan Siak adalah pemegang kunci ke dataran tinggi Minangkabau, melalui tiga sungai utama yaitu Siak, Kampar, dan Kuantan, yang mana sebelumnya telah menjadi kunci bagi kejayaan Malaka.

Tapi sayang, pada pertengahan abad ke-19, kejayaan itu perlahan memudar. Juga kena imbas dariekspansi Belanda di kawasan pantai timur Sumatera.

Pada 1840, Sultan Siak dipaksa untuk menandatangani perjanjian dengan Inggris, yang menyebabkan wilayahnya menjadi semakin sempit lagi. Kemudian pada 1858, Kesultanan Siak benar-benar kehilangan kedaulatannya setelah menandatangani perjanjian dengan Belanda.

Perubahan ini juga membuat pengaruh hegemoni Siak atas wilayah-wilayah yang pernah dikuasainya lenyap. Kendati demikian, Kesultanan Siak masih mampu bertahan sampai masa kemerdekaan Indonesia.

Barulah setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, sultan terakhir Siak, Sultan Syarif Kasim II, menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.