Petani Banjar Raih Young Ambassador Agriculture 2025, Beras Lokal Jadi Andalan Ida Widiansyah
Hari Widodo May 23, 2025 07:56 AM

BANJARMASINPOST.CO.ID - Di balik kemasan sederhana berlabel “Muda Berkarya”, tersimpan semangat dan perjuangan luar biasa dari seorang perempuan muda asal Kecamatan Karangintan, Kabupaten Banjar.

Adalah Ida Widiansyah, seorang gadis desa asal Karangintan, Kabupaten Banjar berusia 23 tahun.

Dia menjadi finalis yang dinobatkan sebagai Young Ambassador Agriculture (YAA) 2025 oleh Kementerian Pertanian RI pada ajang bergengsi yang digelar di Jawa Barat, Kamis (1/5) malam lalu.

Ida menjadi satu dari 25 finalis terbaik yang terpilih dari total 50 petani milenial perwakilan 19 provinsi se-Indonesia.

Meski mengelola usaha berskala kecil dengan omzet bersih tahunan hanya sekitar Rp 5 juta, Ida mencuri perhatian juri dengan konsistensi dan inovasi dalam mengangkat potensi lokal beras khas Banjar.

Sejak awal 2024, Duta Petani Muda ini resmi memasarkan beras kemasan “Muda Berkarya” setelah mengantongi izin edar Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT).

Sebelumnya, sejak 2018, perempuan dari tiga bersaudara itu telah memulai dari usaha beras curah per liter.

Produk unggulannya, beras lokal Banjar punya karakter unik yang menjadi nilai jual utama: bulir kecil, tekstur pera, rendah glikemik, serta cocok untuk penderita diabetes dan gaya hidup sehat.

Memang, kelihatannya sepele, tapi justru keunikannya itu yang jarang dilirik.

Dan dengan ketekunan dan keberpihakannya pada produk loKal tersebut yang membuatnya mencuri perhatian.

“Saya tidak menyangka bisa terpilih karena finalis lain omzetnya sampai miliaran. Tapi ternyata bukan soal besar kecilnya, tapi dampak dan kebermanfaatan yang dilihat,” ungkapnya haru.

Tak hanya unggul secara rasa dan nutrisi, beras ini juga dikemas secara higienis dengan jaminan mutu dari para ahli.

“Saya bangga bisa mengemas dan memperkenalkannya ke masyarakat luas,” urainya kepada BPost, Rabu (21/5/2025).

Legalitas merek “Muda Berkarya” kini sedang dalam proses Hak Kekayaan Intelektual (HKI), sebagai bagian dari upaya memperkuat branding.

Diakuinya perjalanan hingga ke titik saat ini bukan tanpa tantangan. Tanpa modal dari orangtua, ia memulai dari lahan milik orang lain dan perlahan membangun aset usaha termasuk gudang yang saat ini masih dalam tahap pembangunan.

Untuk mendongkrak pemasaran, Ida menerapkan strategi terpadu. Ia aktif memanfaatkan media sosial, menjalin kemitraan dengan toko lokal seperti Kebonan Mas Untung dan Bakul Banjar, serta mulai menembus ritel modern seperti Indo Grosir.

 Promosi, diskon, serta edukasi mengenai manfaat beras lokal berlisensi menjadi ujung tombak pendekatannya ke konsumen.

Ida pun tak segan menargetkan semua kalangan masyarakat, sambil terus membangun brand yang kuat dan dipercaya.

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Kementan, Idha Widi Asanty, menegaskan bahwa program YAA bertujuan mendorong generasi muda pertanian untuk berprestasi di sektor masing-masing.

 Ida menjadi contoh nyata bahwa swasembada pangan dimulai dari mereka yang berani bermimpi dan bertindak, walau dari skala kecil. (Banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.