Musim 2024/2025 mencatatkan salah satu periode paling kelam dalam sejarah Manchester United. Harapan untuk meraih trofi dan mengamankan tempat di Eropa lenyap seketika usai kekalahan di partai puncak Liga Europa. Kekalahan tersebut menyempurnakan rangkaian hasil buruk yang menimpa Setan Merah sepanjang musim ini.
Tottenham Hotspur menjadi pihak yang meruntuhkan impian tersebut. Bermain di final, MU tumbang 0-1 lewat gol Brennan Johnson, Kamis (22/5/2025) dini hari WIB. Hasil ini menandai kegagalan total dalam upaya klub untuk menutup musim dengan pencapaian positif.
Yang lebih menyakitkan, kekalahan ini bukan sekadar soal trofi yang hilang. Ini menjadi cermin dari keterpurukan performa yang berlangsung sejak awal musim hingga akhir. Tidak heran bila kritik dari dalam tim pun mulai bermunculan.
Luke Shaw, yang tampil di final, secara gamblang menyebut timnya telah mencapai titik nadir. Pernyataannya menjadi cerminan betapa Manchester United membutuhkan perubahan mendalam untuk bangkit kembali.
Manchester United sebenarnya melaju ke final Liga Europa dengan catatan tak terkalahkan. Namun catatan itu runtuh di laga puncak. Tottenham Hotspur mencetak satu-satunya gol melalui sepakan Brennan Johnson yang sempat membentur Shaw dan mengarah ke gawang sendiri.
Gol tersebut terjadi sesaat sebelum jeda babak pertama dan menjadi penentu hasil akhir. Tak hanya kehilangan peluang meraih trofi, kekalahan ini juga memupus harapan MU untuk kembali ke pentas Eropa musim depan.
"Kami semua kecewa berat, ini bukan akhir yang kami bayangkan," ujar Shaw.
"Tapi bukan hanya soal hasil ini saja, sepanjang musim ini performa kami jauh dari kata layak."
Catatan statistik musim ini menunjukkan performa yang sangat memprihatinkan. Manchester United menelan 20 kekalahan di seluruh ajang, jumlah kekalahan terbanyak sejak musim 1973/1974 saat mereka terdegradasi dari Divisi Satu.
Situasi di Premier League juga tidak lebih baik. Mereka masih tertahan di posisi ke-16 dan hanya berpeluang naik dua tingkat jika menang di laga terakhir kontra Aston Villa.
"Untuk klub sebesar Manchester United, dengan musim seperti ini, jelas sangat tidak bisa diterima. Kami semua tahu itu, saya tahu itu. Ini bukan tempat yang seharusnya bagi Manchester United," tegas Shaw.
“Kami harus melihat sisi positif, dan satu-satunya hal positif saat ini adalah kami hanya bisa naik dari titik ini.
“Kami sedang berada di titik terendah. Kami harus menemukan cara untuk bangkit dan membawa klub ini kembali ke tempat yang layak.”
Meski hasil di lapangan buruk, Shaw tetap memberi dukungan pada sang pelatih, Ruben Amorim. Ia menyebut pelatih asal Portugal itu punya arah yang jelas dan layak diberi kesempatan lebih lama.
Amorim dinilai masih memiliki kepercayaan penuh dari para pemain. Shaw yakin bahwa dengan dukungan yang tepat, Amorim bisa membawa United kembali ke jalur yang semestinya.
"Saya bisa bilang 100 persen sekarang bahwa dia adalah orang yang tepat," kata Shaw.
"Hasil memang belum memuaskan, tapi saya sudah berada di sini cukup lama dan sudah bekerja dengan banyak manajer. Ruben, bagi saya dan bagi semua pemain, dia 100 persen pelatih yang bisa membawa klub ini kembali ke tempat seharusnya."
Lebih lanjut, Shaw menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh dalam tubuh klub. Ia mengakui bahwa para pemain juga punya andil besar dalam keterpurukan ini, bukan semata-mata tanggung jawab pelatih.
Shaw menyerukan perubahan menyeluruh, mulai dari sikap, etos kerja, hingga cara berpikir. Ia percaya proses ini akan sulit, tapi sangat diperlukan jika MU ingin kembali menjadi tim elite.
"Ini akan jadi proses yang sangat sulit, kami para pemain telah mengecewakan banyak pihak, termasuk Ruben," jelas Shaw.
"Saya ulangi lagi, performa kami musim ini benar-benar tidak cukup baik. Banyak hal yang harus diubah dan itu sangat jelas. Karena itu saya katakan, Ruben adalah orang yang tepat. Dia tahu apa yang perlu dilakukan di klub ini dan saya percaya dia akan melakukan semuanya demi membawa Manchester kembali ke puncak."