Giant sea wall adalah solusi paling cepat bagi negara atau wilayah yang berisiko mengalami banjir besar dan tsunami dengan banyak korban. Tanggul laut raksasa diharapkan bisa menahan aliran air untuk meminimalisir dampaknya pada manusia.
Tidak berlebihan jika dikatakan giant sea wall adalah perkara hidup dan mati bagi negara tersebut. Karena itu, negara ini tak segan mengeluarkan banyak uang untuk melindungi warganya dengan membangun giant sea wall.
Sejumlah negara ternyata memiliki wilayah yang sangat dekat dengan permukaan laut, sehingga mudah mengalami banjir. Berikut beberapa negara dengan pertahanan terbesar menghadapi banjir yang berisiko makan korban.
Tanggul laut raksasa Belanda dikenal dengan nama Afsluitdijk yang membentang sejauh 32 kilometer dengan lebar 90 meter. Benteng laut ini bermula di Den Oever wilayah utara Belanda hingga desa Zurich di Provinsi Friesland. Ketinggian tanggul berkisar 6,7 meter di site sepanjang Friesland dan 7,4 meter saat melewati saluran Vlieter.
Dikutip dari situs Interesting Engineering, benteng raksasa ini dibangun dengan biaya USD 2,5 miliar atau Rp 40,8 triliun (kurs Rp 16.293) pada 1927-1932. Hingga saat ini, pemerintah Belanda masih terus memperbaiki dan meningkatkan fungsi giant sea wall seiring dengan tingginya air laut dan kebutuhan warga.
Giant sea wall Belanda berbentuk seperti gerbang dengan banyak pilar yang menggabungkan fungsi bendungan dan pintu air. Ketika air masuk, pintu air menahan alirannya. Sehingga air tertahan di spot tersebut dan terbentuk benteng yang melindung semua warga Belanda dari banjir.
Negara ini sebetulnya leader seputar teknologi perlindungan menghadapi tsunami dan dampaknya bagi kehidupan. Jepang pernah punya giant sea wall yang mampu menahan tsunami hingga 8 meter. Namun, tinggi gelombang tsunami ternyata mencapai 12-15 meter seperti pada gempa 2011.
Gempa Tohoku di pesisir timur Jepang tersebut menewaskan 20 ribu orang, melumpuhkan kota, dan memicu bencana nuklir pada reaktor Fukushima. Jepang bergerak cepat melindungi bangsanya dengan membangun dan memperbaiki giant sea wall.
Dikutip dari situs TheB1M, Jepang mengucurkan dana hingga USD 12 miliar atau sekitar Rp 195,6 triliun. Giant sea wall di pesisir timur laut Jepang ini dibangun sepanjang 400 km dengan tinggi mencapai 14,7 meter di beberapa spot.
Fondasi bangunan tertanam hingga kedalaman 25 meter. Dengan dasar bangunan yang lebih lebar serta teknologi geotekstil, benteng laut ini diharapkan bisa menyerap energi tsunami dan tidak mudah kolaps. Hasilnya, warga Jepang punya lebih banyak waktu menyelamatkan diri.
Giant sea wall terbesar selanjutnya adalah milik Korea Selatan yang disebut saemangeum. Benteng ini terbentang 33,9 km meliputi dataran berlumpur pasang surut seluas 401 km2. Luas dataran ini setara 2/3 luas Seoul, ibu kota Korea Selatan.
Saemangeum tidak dibangun untuk melindungi warga dari sapuan air laut atau tsunami. Pemerintah Korsel berharap bisa meningkatkan perekonomian negara lewat dunia industri, hiburan, dan pertanian ramah lingkungan.
Dikutip dari Global Times, infrastruktur ini dibangun dengan total biaya USD 2,6 miliar atau Rp 42,84 triliun saat diresmikan pada 2010. Korsel mengucurkan kembali dana sebesar USD 18.92 miliar atau Rp 308,4 triliun untuk pembangunan sarana, reklamasi lahan, dan penampungan air segar.
Giant sea wall di China sebetulnya adalah bagian dari sejarah negara ini menghadapi banjir dan bajak laut. Dikutip dari situs Jaap Grolleman, tanggul laut China berlokasi di Fengxian, Shanghai, sepanjang 3,9 kilometer.
Data lain mengatakan, panjang tanggul laut laut Fengxian mencapai 47,5-300 km seperti garis pantai Shanghai. Tanggul dari batu ini dibangun pemerintahan China selama berabad-abad lalu. Saat ini, giant sea wall dengan nama Huating tersebut telah menjadi bagian dari sejarah.
Sebagai negara kepulauan dengan luas laut lebih besar daripada darat, tanggul laut raksasa jadi alternatif Indonesia menghadapi banjir. Termasuk banjir rob di Jakarta akibat terjangan air laut. Salah satu peristiwa banjir rob paling parah terjadi pada 2024 dengan tinggi air mencapai 30-50 cm di Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Dikutip dari situs Kementerian Pekerjaan Umum, Indonesia memiliki proyeksi pembangunan tanggul laut sepanjang 946 km dari Cilegon, Jawa Barat hingga Gresik, Jawa Timur. Pembangunan dilakukan bertahap melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, swasta, dan luar negeri.
Giant sea wall Tahap A sepanjang 12,66 km untuk pengaman pantai utara Jakarta disebut telah dibangun. Kemudian tahun 2020 sepanjang 33,54 km melalui kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jakarta. Pembangunan selanjutnya adalah giant sea wall tahap B Jakarta untuk melindungi warga dari banjir rob. Selain di Jakarta, giant sea wall juga sedang dibangun di Jawa Tengah terintegrasi dengan Tol Semarang-Demak dan Tol Semarang Harbour.
Tanggul laut raksasa milik Italia dikenal dengan nama MOSE kependekan dari Modulo Sperimentale Elettromeccanico. Giant sea wall ini terdiri dari gerbang yang bisa bergerak naik turun untuk melindungi Venesia dari banjir.
Venesia adalah spot pariwisata terbaik Italia dengan jutaan pengunjung tiap tahunnya. Venesia yang terkenal dengan gondola dan dibangun di bawah laut ini harus berjuang menghadapi permukaan air yang makin tinggi.
Seperti proyek benteng laut raksasa lain, MOSE adalah infrastruktur yang sangat rumit. Gerbang MOSE bisa naik saat terjadi gelombang tinggi di laut, sehingga tidak masuk ke dalam kota. Tanpa giant sea wall, Venesia mungkin makin kepayahan menghadapi banjir dan gelombang tinggi yang artinya ancaman bagi perekonomian Italia.