TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Penyanyi senior Irianti Erningpraja meninggal dunia pada Selasa (27/5/2025).
Perempuan berusia 59 tahun ini menghembuskan terakhir setelah berjuang melawan kanker serviks.
Irianti diketahui menderita kanker serviks stadium 4B.
Kanker serviks atau kanker rahim ini tak boleh disepelekan.
Semakin cepat terdeteksi maka kesempatan memiliki kualitas hidup yang baik akan lebih tinggi.
Merujuk data BPJS Kesehatan, kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua yang dialami perempuan di Indonesia.
Menyedihkan, ada lebih dari 70 persen kasus kanker serviks terdiagnosis saat sudah memasuki stadium lanjut.
Kondisi ini mulai mengganggu aktivitas dan pilihan pengobatan menjadi lebih terbatas.
Perempuan Indonesia menghadapi tantangan kesehatan berupa kanker serviks.
Meski demikian penyakit ini sangat bisa dicegah dan ditangani jika dilakukan sejak awal.
Perempuan harus peka pada kondisi tubuh mereka.
Jika mengalami tanda-tanda dibawah ini, segera konsultasikan ke dokter.
Gejala ini dikhawatirkan mengarah pada kanker serviks.
Seperti perdarahan di luar siklus menstruasi atau setelah hubungan seksual, keputihan yang tidak normal, berbau menyengat, atau bercampur darah, nyeri pada panggul atau saat buang air kecil.
Serta kelelahan berlebihan dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Kanker serviks jika cepat terdeteksi secara dini akan berpeluang besar untuk sembuh, apalagi jika masih dalam stadium awal dan segera ditangani.
Studi WHO menunjukkan bahwa deteksi dini berperan signifikan dalam menurunkan angka kematian akibat kanker hingga 30–50 persen, terutama ketika disertai dengan intervensi tepat waktu dan pengobatan yang sesuai.
Menurut Global Cancer Observatory, tanpa upaya pencegahan dan deteksi dini yang lebih luas, angka kejadian kanker di Indonesia diperkirakan akan meningkat hingga 63 persen pada tahun 2040.
Berikut beberapa langkah pencegahan kanker serviks, yaitu:
1. Vaksinasi HPV: Vaksin seperti Gardasil 9 dapat melindungi dari sejumlah tipe HPV penyebab kanker serviks. Disarankan untuk diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual.
2. Skrining rutin: Tes Pap smear atau HPV secara berkala dapat mendeteksi perubahan sel sebelum berkembang menjadi kanker.
3. Pola hidup sehat: Menerapkan gaya hidup aktif, konsumsi makanan bergizi, dan menghindari kebiasaan merokok dapat membantu memperkuat daya tahan tubuh dalam melawan infeksi.
Menguras Biaya Tak Sedikit
Mengenai kanker, penyakit ini bukan hanya menggerogoti fisik dan juga emosional semata saja.
Melainkan tekanan finansial yang besar pula.
Berdasarkan studi dari Kementerian Kesehatan dalam Rencana Kanker Nasional 2024–2034, 79 persen pasien kanker mengalami toksisitas finansial, yakni kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar akibat tingginya biaya pengobatan biaya tersebut melebihi 30 persen dari pendapatan rumah tangga.
Besarnya beban ini tidak hanya disebabkan oleh biaya pengobatan langsung, tetapi juga biaya tidak langsung, seperti transportasi, akomodasi, hingga kehilangan penghasilan selama pasien menjalani perawatan.
Biaya pengobatan kanker serviks contohnya, dapat mencapai biaya hingga Rp120 juta per pasien.
Tanpa dukungan keuangan yang memadai, kondisi ini dapat mengguncang stabilitas ekonomi keluarga.
Dalam momentum International Day of Action for Women’s Health yang diperingati setiap 28 Mei, saatnya kini kembali memperhatikan dan menjaga kesehatan perempuan secara menyeluruh.