TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak lima orang menjadi korban ledakan petasan yang sedang dirakit di Kelurahan Kepatihan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Kamis (29/5/2025) dini hari.
Tiga orang diperbolehkan menjalani rawat jalan di rumah, sedangkan dua pelajar berinisial Y (14) serta D (14) dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Harjono Ponorogo.
Humas RSUD dr Harjono Ponorogo, Sugiyanto, mengatakan Y mengalami luka di kelopak mata, tangan, serta kaki.
"Luka bakar untuk korban berinisial Y itu 19 persen," bebernya, Kamis, dikutip dari TribunJatim.com.
Sementara, korban D mengalami luka bakar 9 persen dan sudah dapat diajak berkomunikasi.
"Rencana hari ini dilakukan tes laboratorium, juga pemeriksaan radiologi, jam 9 akan kita rencanakan dibersihkan luka bekas ledakan, dibuka dan dibersihkan," lanjutnya.
Diketahui, ledakan terjadi di rumah warga bernama Ismi yang menjadi lokasi merakit petasan.
Diduga, para korban hendak meledakkan petasan saat perayaan Idul Adha besok.
Kasatreskrim Polres Ponorogo, AKP Rudy Hidajanto, menyatakan proses olah TKP dilakukan untuk menelusuri asal bahan petasan.
"Kami menemukan 9 mercon yang telah dibuang oleh mungkin pelaku, mungkin keluarga anak-anak ini ke sungai," tuturnya.
Penyidik masih mendalami penyebab ledakan petasan.
"Kami masih menyelidiki apakah mercon itu sengaja dibuang untuk menghilangkan barang bukti," tukasnya.
Ketua RT setempat, Langgeng Widodo, membenarkan dua warganya mengalami luka-luka terkena ledakan.
"Ya warga cuma tahu banyak orang kumpul di rumah Ismi ini. Tapi tidak tahu jika buat mercon," tandasnya.
Menurutnya, suara ledakan terdengar cukup keras dan membangunkan para warga.
Warga berkerumun mendatangi sumber suara ledakan di rumah Ismi.
"Saat ke lokasi, korban sudah dilarikan ke rumah sakit. Korban ada dua orang yang saya tahu," sambungnya.
Selama ini, Langgeng tak mengetahui adanya aktivitas pembuatan petasan di rumah Ismi.
Ia hanya sering melihat para pelajar SMP berkumpul di sana.
"Karena biasanya mereka main layangan, kalau petasan tidak tahu," tandasnya.
Langgeng menambahkan rumah Ismi dijadikan basecamp oleh para pelajar dan mereka kumpul di sana setelah pulang sekolah.
"Di rumah ini yang menghuni tujuh orang. Ada nenek, ibu, kakak perempuan, kakak laki-laki, korban, dan dua adik. Yang mengalami luka dan satu lagi warga luar sini," sambungnya.
(Mohay) (TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum)