TRIBUNNEWS.COM - Menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriyah, umat Islam perlu mewaspadai ciri-ciri sapi gelonggongan yang mungkin diperjualbelikan sebagai hewan kurban.

Hari Raya Idul Adha akan dirayakan pada 10 Dzulhijjah 1446 H yang bertepatan dengan hari Jumat, 6 Juni 2025.

Bagi umat Islam yang ingin membeli hewan kurban seperti sapi, sebaiknya mencermati ciri-ciri fisik sapi dan jangan sampai keliru memilih sapi gelonggongan.

Sapi gelonggongan adalah istilah untuk sapi yang diberi minum air secara berlebihan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, sesaat sebelum sapi tersebut disembelih.

Tujuannya yaitu untuk menambah berat badan secara instan agar tampak lebih besar dan berat saat dijual.

Berikut ini ciri-ciri fisik sapi gelonggongan yang mungkin diperjualbelikan untuk menjadi hewan kurban saat Idul Adha, menurut Dr drh Denny Widaya Lukman, dosen IPB University dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB), dikutip dari ipb.ac.id.

Ciri-ciri Sapi Gelonggongan

1. Bobot daging sapi gelonggongan pun bisa meningkat hingga 20–40 persen
2. Perut sapi terlihat membesar 
3. Sapi tampak lemah, bahkan tidak bisa berdiri
4. Apabila telah disembelih, daging sapi gelonggongan biasanya terlihat basah di permukaan
5. Daging sapi gelonggongan jika digantung dapat meneteskan sedikit air, meski sulit dikenali secara kasat mata
6. Daging sapi gelonggongan, jika disentuh, tekstur daging terasa lebih lembek dan warnanya lebih pucat.

Kriteria Hewan Kurban

Berikut ini ciri-ciri fisik hewan yang diperbolehkan untuk dijadikan hewan kurban, dikutip dari bali.kemenag.go.id.

1. Harus hewan ternak, yaitu unta, sapi, kambing, atau domba.
2. Harus mencapai usia minimal yang ditentukan syariat, yaitu:
   
   • Unta minimal berumur 5 tahun dan telah masuk tahun ke-6.
   • Sapi minimal berumur 2 tahun dan telah masuk tahun ke-3.
   • Domba usia 1 tahun atau minimal berumur 6 bulan bagi yang sulit mendapatkan domba yang berumur 1 tahun.
   • Kambing minimal berumur 1 tahun dan telah masuk tahun ke-2.
3. Harus sehat, tidak cacat, dan tidak berpenyakit.

(Yunita Rahmayanti)