Tradisi Sedekah Desa Lumpangkuwik Nganjuk, Wujud Syukur dan Pelestarian Budaya
GH News May 30, 2025 09:04 PM

TIMESINDONESIA, NGANJUK – Suasana meriah dan penuh kekeluargaan menyelimuti Desa Lumpangkuwik, Kecamatan Jatikalen, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur saat digelarnya tradisi tahunan Sedekah Desa.

Acara yang telah berlangsung secara turun-temurun ini menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk mengekspresikan rasa syukur atas hasil panen serta menjaga kelestarian warisan budaya leluhur.

Menurut Sugito, Kamituwo (perangkat desa) Lumpangkuwik, tradisi Sedekah Desa telah ada sejak zaman para leluhur yang membabat atau membuka wilayah desa tersebut.

“Tradisi ini turun temurun. Biasanya diadakan setelah panen raya sebagai bentuk rasa syukur, dan selalu ada hiburan seperti langen bekso atau tayub, juga arak-arakan hasil bumi yang dibentuk seperti gunungan,” jelasnya.

Sedekah Desa tahun ini dimulai dengan acara kenduren atau doa bersama di rumah Kepala Desa pada sore hari. Keesokan paginya dilanjutkan dengan arak-arakan gunungan hasil bumi yang dibawa dari rumah Kepala Desa menuju punden atau sumber mata air Suko, sebagai simbol persembahan kepada alam dan leluhur.

Acara kemudian ditutup dengan pentas hiburan tayub yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

“Semua unsur masyarakat terlibat, mulai dari perangkat desa, RT/RW, tokoh masyarakat, hingga seluruh warga. Semuanya bergotong royong demi kelancaran acara ini,” tambah Sugito.

Antusiasme warga terlihat jelas. Yuni, salah satu warga asli Lumpangkuwik, mengaku selalu ikut serta dalam tradisi ini.

“Setiap tahun saya selalu ikut, mbak. Apalagi saya juga bikin ambengan buat dibawa kenduren. Udah jadi tradisi. Saya paling suka bagian arak-arakan gunungan, apalagi baru dua tahun terakhir ini diadakan lagi. Seru banget bisa ngambilin hasil bumi dari gunungan itu,” ungkapnya penuh semangat.

Yuni juga menekankan pentingnya pelestarian tradisi ini untuk generasi muda. “Masih relevan mbak, dan justru gak boleh putus sampai kapanpun karena ini warisan budaya desa kita,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Dita, perwakilan dari kalangan pemuda desa. Ia merasa bangga dengan adanya tradisi Sedekah Desa.

“Bangga. Soalnya acara seperti ini cuma ada di desa-desa yang masih melestarikan budaya. Dan ini kan di desa saya sendiri, jadi lebih terasa nilai kebanggaannya,” tuturnya.

Sedekah Desa di Lumpangkuwik bukan hanya seremonial semata, tetapi juga menjadi simbol ikatan sosial yang kuat antarwarga serta bentuk nyata penghargaan terhadap alam dan warisan budaya. Harapannya, tradisi ini akan terus terjaga dan semakin meriah di tahun-tahun mendatang. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.