Pamer Capaian Pemerintah di Sektor Pangan, Politisi Gerindra Cerita Kemiripan Prabowo dan Erdogan 
Seno Tri Sulistiyono June 01, 2025 03:31 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi Partai Gerindra, Hendarsam Marantoko menyampaikan Presiden Prabowo Subianto mencoba memenuhi kebutuhan primer masyarakat Indonesia, khususnya soal pangan. 

Hendarsam bahkan membandingkan Prabowo dengan Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan.

Awalnya, dia menjelaskan capaian pemerintah di bidang pangan.

"Akselerasi daripada pemerintahan di 6 bulan pertama ini langsung terlihat real. Yang paking dekat di sektor pangan saat ini kita surplus 40 juta beras. Ini memecahkan rekor kurang lebih 67 tahun, itu hanya dalam waktu 6 bulan saja," kata Hendarsama dalam diskusi daring, Sabtu (31/5/2025).

Hendarsam menyebut cara yang dilakukan pemerintah yakni memutus mata rantai tengkulak, dan Bulog mengambil langsung hasil panen petani dengan harga yang sudah ditetapkan.

"Karena hal yang paling mendasar dari sebuah bangsa ini adalah perut," kata dia.

Dia lalu menceritakan bagaimana diskusi dengan mahasiswa Indonesia di Turkiye, khususnya soal inflasi di Turkiye yang mencapai ribuan persen.

"Erdogan tak peduli dengan inflasi. Di sana inflasi sampai 1000 persen, itu gila. Tapi dia tidak peduli, karena dia cadangan pangan cukup, bisa swasembada sendiri, sehingga dia tidak tergantung dengan dolar," kata dia.

"Itu salah satu mungkin karena Pak Prabowo tahu secara holistik bagaimana sejarah-sejarah bangsa di dunia, dan bagaimana bangsa-bangsa di dunia ini bekerja. Itu perbedaan beliau dengan para pemimpin sebelumnya," tandasnya

Sebelumnya, Pemerintah mencatatkan sejarah baru dalam tata kelola pangan nasional. Untuk pertama kalinya stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menembus angka fantastis 4 juta ton.

Berdasarkan laporan real-time pada Kamis, 29 Mei 2025 pukul 21.41 WIB, serapan setara beras oleh Bulog mencapai 2.407.257 ton dan total stok beras nasional resmi tercatat sebesar 4.001.059 ton.

Angka ini menjadi simbol konkret keberhasilan kolaborasi nasional dalam memperkuat ketahanan pangan dan mensejahterakan petani Indonesia.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi terhadap capaian ini.

“Saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh petani Indonesia, Komisi IV DPR RI, TNI, Polri, Kejaksaan, Gubernur, Bupati, Kepala Dinas Pertanian, PIHC, Perum Bulog, para pengamat, akademisi, pelaku usaha penggilingan, penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan para media. Semua pihak telah bekerja bahu-membahu hingga Indonesia mencapai cadangan beras terbesar dalam sejarah,” ungkap Mentan Amran di Jakarta, Jumat (30/5/2025).

Mentan menyebut capaian spektakuler ini tak lepas dari gagasan besar Presiden Prabowo Subianto, yang secara konsisten mendorong berbagai terobosan strategis melalui penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) untuk memperkuat produksi dan memudahkan petani dalam berusaha tani.

“Presiden Prabowo memberi perhatian luar biasa pada pertanian. Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen sebesar Rp6.500/kg dan penghapusan sistem rafaksi menjadi bukti nyata. Petani kini menikmati harga jual yang menguntungkan, bahkan di saat panen raya,” ujarnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional pada Januari–Mei 2025 diperkirakan mencapai 16,55 juta ton, meningkat tajam 11, 95 persen dari tahun sebelumnya.

Capaian tersebut juga sejalan dengan kinerja serapan Bulog yang mencatat rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Hingga akhir Mei 2025, Bulog telah menyerap lebih dari 2,4 juta ton beras lokal, melonjak lebih dari 400 persen dibandingkan rata-rata serapan dalam periode sama 5 tahun terakhir yang hanya berada di kisaran 1,2 juta ton.

“Ini menunjukkan bahwa produksi dalam negeri tidak hanya meningkat, tapi juga diserap secara masif langsung dari petani. Langkah ini efektif memperkuat cadangan nasional dan menjaga kestabilan harga di tingkat petani,” terang Mentan Amran.

Mentan Amran menegaskan bahwa pencapaian 4 juta ton bukan sekadar angka statistik, melainkan simbol kuat dari meningkatnya kesejahteraan petani dan kemandirian bangsa.

“Dulu saat panen raya, harga gabah kerap anjlok dan petani merugi. Kini, mayoritas petani bisa menjual GKP minimal Rp6.500 per kg sesuai HPP, bahkan lebih. Ini buah dari kebijakan yang berpihak pada petani,” katanya.

Ia juga memberikan apresiasi khusus pada strategi agresif jemput bola yang dilakukan oleh Bulog dalam menyerap gabah petani secara langsung.

“Langkah Bulog menjemput hasil panen langsung dari petani sangat efektif. Ini bukan hanya memperkuat cadangan beras pemerintah, tapi juga memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani kita,” jelas Mentan.

Dengan kolaborasi lintas sektor yang kuat dan kebijakan strategis yang tepat sasaran, pemerintah optimistis bahwa ketahanan pangan Indonesia bukan lagi impian, tetapi realitas yang terus dibangun dan dijaga.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.