TRIBUNNEWS.COM - Standar hidup suatu negara dapat dilihat melalui Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita dalam Purchasing Power Parity (PPP) atau Paritas Daya Beli.
Karena disesuaikan dengan harga lokal, PPP menyoroti rendahnya daya beli warga negara di sejumlah negara termiskin di dunia, bahkan setelah memperhitungkan biaya hidup yang lebih murah.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh World Atlas, setidaknya ada daftar 10 teratas negara termiskin di dunia.
Selain itu, menurut data tersebut, Indonesia berada di urutan nomor 83.
Di bawah ini, daftar 10 negara termiskin di dunia menurut data World Atlas.
Sudan Selatan sangat bergantung pada minyak, tetapi konflik sipil dan infrastruktur buruk telah menghancurkan ekonominya.
Sebagian besar penduduk hidup dalam kemiskinan ekstrem dan sangat tergantung pada bantuan kemanusiaan.
Sudan Selatan yang merdeka sejak 2011, berada di peringkat terakhir di dunia dalam PDB per kapita, hanya $716 PPP pada 2025.
Mayoritas warga Burundi hidup dari pertanian kecil yang rentan terhadap iklim dan kekurangan sumber daya.
Negara ini mengalami inflasi tinggi, krisis energi, dan keterbatasan infrastruktur dasar seperti listrik.
Burundi tetap berada di antara yang termiskin di dunia, dengan PDB per kapita tahun 2025 hanya $1.015 PPP dan pendapatan nominal di bawah $500.
Mayoritas penduduk Burundi bertahan hidup di pertanian kecil dengan rata-rata satu hektar, membuat ekonomi rentan terhadap guncangan iklim dan erosi tanah.
Republik Afrika Tengah (CAR), dengan PDB per kapita 2025 hanya $1.330 PPP, tetap menjadi salah satu negara termiskin di dunia.
Negara ini sangat bergantung dengan pertanian subsisten dan perdagangan informal, dengan ekspor berlian yang sebagian besar tidak diatur.
Selain itu, negara ini masih memiliki infrastruktur yang sangat terbelakang, dengan jalan yang minim, pasokan bahan bakar yang tidak dapat diandalkan, dan listrik yang terbatas.
Meski memiliki sumber daya seperti emas dan uranium yang belum dimanfaatkan, negara ini terkekang oleh ketidakamanan, pemerintahan yang lemah, dan ketergantungan pada bantuan asing.
Perang berkepanjangan telah melumpuhkan ekonomi Yaman dan memperburuk krisis kemanusiaan.
Minyak dan pertanian yang dulu menopang perekonomian hingga 90 persen kini tak lagi menjadi penopang karena infrastruktur hancur dan sumber daya menyusut.
Dengan GDB per kapita tahun 2025 hanya $1.675, Yaman berada di peringkat hampir terbawah secara global.
Mozambik tetap menjadi salah satu negara termiskin di dunia, dengan PDB per kapita tahun 2025 hanya $663 nominal dan $1.730 PPP.
Ketimpangan ekonomi di negara ini masih tinggi, dengan lebih dari 75 persen penduduknya bergantung pada pertanian.
Malawi adalah salah satu negara termiskin di dunia, dengan PDB per kapita tahun 2025 sebesar $1.778 (PPP).
Perekonomian Malawi sangat bergantung pada pertanian, mempekerjakan hampir 77 persen dari angkatan kerja dan menyumbang sekitar 30 persen dari PDB.
Negara ini mengandalkan ekspor utama meliputi tembakau, teh, gula, dan kopi, yang membuat negara tersebut rentan terhadap perubahan harga global.
Republik Demokratik Kongo (DRC) masih menjadi salah satu negara termiskin di dunia, dengan PDB per kapita pada tahun 2025 diperkirakan sebesar $1.884 (PPP).
Konflik, korupsi, dan tata kelola yang buruk selama beberapa dekade telah menghambat pembangunan, meski negara tersebut memiliki sumber daya yang melimpah.
Somalia berada di urutan kedelapan sebagai salah satu negara termiskin di dunia, dengan lebih dari 63 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.
Kemiskinan tinggi, pekerjaan informal, dan ketergantungan pada bantuan tetap membayangi.
Liberia tetap menjadi salah satu negara termiskin di dunia, dengan 26,4 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2024.
Negara ini sedang memulihkan diri dari konflik sipil selama beberapa dekade yang menghancurkan infrastruktur dan ekonominya.
Kemiskinan ekstrem dan infrastruktur lemah masih menjadi hambatan besar.
Madagaskar berada di urutan kesepuluh sebagai salah satu negara termiskin di dunia meskipun memiliki sumber daya alam dan potensi pertanian yang melimpah.
Dengan PDB per kapita hanya $2.043 (PPP) pada tahun 2025 dan lebih dari 75 persen penduduk terlibat dalam pertanian subsisten, kemiskinan dan keterbelakangan tersebar luas.
Ketidakstabilan politik, terutama kudeta 2009, telah lama menghalangi investasi asing dan memperlambat reformasi ekonomi.
(Yunita Rahmayanti)
