7 Fakta Heat Stroke: Serangan Panas yang Bisa Mengancam Jemaah Haji!
Content Writer June 04, 2025 04:33 PM

TRIBUNNEWS.COM - Ibadah haji merupakan puncak perjalanan spiritual umat Muslim, namun juga menjadi ujian fisik yang berat di tengah suhu ekstrem yang dapat melampaui 45°C.

Di balik kekhusyukan prosesi wukuf, tawaf, hingga lempar jumrah, terselip satu ancaman kesehatan serius yang sering luput dari perhatian, yaitu heat stroke.

Serangan panas ini bukan sekadar rasa lelah atau dehidrasi, melainkan kondisi medis darurat yang dapat menyebabkan kolaps bahkan kematian jika tidak segera ditangani.

Agar lebih waspada, simak tujuh fakta penting mengenai heat stroke yang wajib diketahui—terutama bagi jemaah haji dan keluarganya.

Bukan Sekadar Kelelahan karena Panas

Heat stroke adalah kondisi serius yang ditandai oleh kenaikan suhu tubuh inti yang lebih dari 40°C disertai gangguan pada sistem saraf pusat, seperti pusing, kejang, hingga koma. Faktanya, gejala ini bukan sekadar panas di dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan biasa.

Menurut British Medical Journal (BMJ), heat stroke dibedakan menjadi dua jenis: classic heat stroke, yang terjadi akibat paparan panas lingkungan secara pasif, dan exertional heat stroke, yang terjadi akibat aktivitas fisik berat di bawah suhu tinggi. Keduanya membutuhkan penanganan segera karena berisiko fatal.

Menyerang dalam Waktu Singkat

Dalam kondisi ekstrem, heat stroke bisa terjadi hanya dalam waktu 15 hingga 30 menit. Aktivitas fisik di bawah matahari terik tanpa asupan cairan yang cukup mempercepat dan memperparah heat stroke. Banyak kasus menunjukkan bahwa pekerja di luar ruangan, atlet maraton, hingga siswa sekolah bisa tiba-tiba kolaps saat terpapar panas intens tanpa perlindungan yang memadai.

Gejalanya Sering Diabaikan

Gejala heat stroke kerap tidak dikenali sejak awal. Melansir Healthline, heat stroke adalah keadaan darurat medis yang serius, yang terjadi ketika tubuh tidak lagi mampu mengendalikan suhu internalnya.

Biasanya, kondisi ini diperparah dengan adanya heat exhaustion yang terjadi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak air dan garam, biasanya akibat keringat berlebih.

Awalnya, kamu mungkin hanya merasa pusing, mual, atau lemas, padahal suhu tubuhmu sudah naik drastis. Lalu, tanda-tanda serius meliputi kulit yang panas dan kering, denyut jantung, serta hilangnya kesadaran. Bahkan jika dibiarkan, kondisi ini bisa merusak organ vital secara permanen.

Anak-anak dan Lansia Paling Rentan

Kelompok usia sangat muda dan sangat tua memiliki mekanisme pengatur suhu tubuh yang tidak seefisien orang dewasa sehat. Anak-anak belum mampu mengatur suhu tubuh secara optimal, sementara lansia cenderung kehilangan kemampuan untuk mendeteksi rasa haus atau perubahan suhu lingkungan. 

Jadi, keduanya perlu pengawasan ekstra saat berada di lingkungan panas, terutama saat menjalankan kegiatan di luar ruangan, seperti bekerja, sekolah, atau bahkan kegiatan keagamaan seperti haji.

Minuman Manis Bisa Memperparah Dehidrasi

Ketika merasa haus, banyak orang tergoda untuk mengonsumsi minuman manis. Melansir Healthdirect Australia, minuman beralkohol, berkafein, panas dan mengandung gula justru dapat memperburuk keadaan tubuhmu. Pasalnya, jenis minuman mempercepat dehidrasi karena bersifat diuretik. 

Dalam kondisi panas ekstrem, air putih tetap menjadi pilihan terbaik. Jika diperlukan, cairan elektrolit bisa menjadi tambahan, namun tidak seharusnya menggantikan peran air putih sebagai sumber utama hidrasi.

Harus Cepat Ditangani

Heat stroke tidak bisa ditunda penanganannya. Korban harus segera dipindahkan ke tempat yang sejuk, melonggarkan pakaian ketat, dan harus didinginkan secepat mungkin. 

Jika masih sadar, korban bisa diberi minum sedikit demi sedikit. Namun jika menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran, bantuan medis harus segera dihubungi. 

Menurut penelitian, penanganan heat stroke akibat aktivitas fisik memiliki golden hour yang sangat sempit, yaitu hanya 30 menit sejak gejala pertama muncul. Jadi, waktu sangat menentukan dan setiap menit keterlambatan dapat memperbesar risiko kematian atau kerusakan organ.

Jemaah Haji Rentan Terserang

Setiap tahun ketika memasuki musim haji, jutaan jemaah menjalani rangkaian ibadah di tengah suhu yang bisa mencapai 45°C di Arab Saudi. Aktivitas seperti wukuf di Arafah, berjalan kaki saat lempar jumrah, atau tawaf di bawah terik matahari berisiko tinggi menimbulkan heat stroke—terutama bagi jamaah lansia dan yang memiliki riwayat penyakit kronis.

Mencegah hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) RI mengimbau jemaah untuk mengenakan topi atau payung, menggunakan pakaian terang, memperbanyak minum, serta menghindari aktivitas fisik berat di siang hari. Kesadaran terhadap bahaya heat stroke menjadi kunci keselamatan selama menjalankan ibadah.

Heat stroke bukan hanya isu medis, tapi juga persoalan keselamatan publik dalam berbagai konteks kehidupan, termasuk ibadah. 

Mengenali gejala, memahami cara mencegah, serta siap mengambil tindakan saat darurat adalah langkah nyata untuk menjaga diri dan orang sekitar tetap sehat di tengah cuaca ekstrem agar terhindar dari heat stroke.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.