TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Dalam momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati Kamis (5/6/2025), Pasar Kranggan Yogyakarta tampil beda. Bersih, rapi, dan terorganisir, aksi bersih-bersih pasar ini melibatkan pedagang, mitra bisnis, dan pengunjung membuktikan bahwa pasar rakyat pun bisa menjadi bagian dari solusi lingkungan.
Aksi ini diprakarsai oleh Dinas Perdagangan Pemerintah Kota Yogyakarta bersama The 101 Hotel Yogyakarta Tugu, dengan melibatkan mitra pengelola sampah seperti NGO Persada yang siap membeli sampah anorganik seperti plastik dan kertas dari pedagang.
Kepala Dinas Perdagangan Pemerintah Kota Yogyakarta, Veronica Ambar Ismuwardani mengungkapkan bahwa dari 12 ton sampah yang dihasilkan tiap hari dari 29 pasar rakyat, sekitar 46 persen berupa sampah anorganik dan 54 persen organik.
“Sampah anorganik seperti plastik dan kertas akan dibeli oleh mitra kami, seperti Persada. Ini memberikan insentif langsung bagi para pedagang yang disiplin memilah sampah,” jelas Ambar.
Sampah yang berhasil dipilah akan dibeli, lalu hasil penjualannya dikembalikan ke paguyuban pedagang sebagai bentuk penghargaan atas partisipasi mereka.
Ambar juga menekankan pentingnya inovasi teknologi dalam mengelola sampah organik, terutama sayur dan buah. Saat ini, sebagian besar masih bergantung pada mitra peternak, namun volumenya jauh lebih besar dari yang bisa diolah secara manual.
“Kami sangat terbuka jika ada kampus, startup, atau korporasi yang ingin mengembangkan teknologi untuk mengelola sampah organik. Ini peluang besar untuk kolaborasi berkelanjutan,” imbuh Ambar.
General Manager The 101 Hotel Yogyakarta Tugu, Wahyu Wikan Trispratiwi, menjelaskan bahwa program ini menjadi bagian dari HUT ke-11 hotel mereka, sekaligus kampanye “Sampahku Bernilai Rupiah”.
“Kami ingin mengajak pedagang untuk memilah sampah, bukan sekadar bersih, tapi juga memberi nilai ekonomi. Ketika pasar bersih, pengunjung pun akan semakin nyaman, apalagi Pasar Kranggan juga dikenal sebagai tujuan wisata kuliner,” jelas Wahyu.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Kranggan, Waluyo, menyampaikan rasa syukur atas gerakan ini. Ia berharap program serupa bisa dilakukan secara berkala.
“Pasar jadi lebih bersih, pengunjung jadi betah. Harapannya makin banyak konsumen datang. Kami sangat berterima kasih dan siap terus mendukung program ini,” ujarnya.
Salah satu pengunjung tetap Pasar Kranggan, Nina Ramadhani (34), warga Jetis, mengaku kaget dan senang melihat suasana pasar yang bersih dan tertata.
“Tadi pagi saya belanja sayur, dan jujur kaget pas lihat kondisi pasar yang jauh lebih bersih dari biasanya. Jalannya enggak becek, dan baunya enggak menyengat seperti dulu. Jadi lebih nyaman belanja di sini. Kalau begini terus, pasti saya akan lebih sering ke Kranggan,” ungkapnya.
Pengunjung lain, Rizal (41), wisatawan dari Jakarta yang mampir karena penasaran dengan kuliner pasar tradisional Yogyakarta, juga memberikan kesan positif.
“Saya baru pertama ke Pasar Kranggan. Bersih, rapi, dan pedagangnya ramah. Saya kira pasar tradisional bakal kumuh, tapi ini malah cocok buat destinasi wisata belanja. Salut untuk program bersih-bersihnya,” katanya.
Dengan keterlibatan semua pihak pemerintah, swasta, pedagang, hingga pengunjung Pasar Kranggan telah menunjukkan bahwa pasar rakyat bisa naik kelas lewat pengelolaan sampah yang bijak. Bersih bukan lagi mimpi, tapi jadi identitas baru. (*)