Ikhtiar Menyuguhkan Kota Bandung Menyerupai Masa Keemasannya
GH News June 08, 2025 10:03 AM
-

Jalan Braga di Kota Bandung menjadi primadona wisatawan. Hotel, restoran, kafe, hingga mal, bukan hanya sekarang, namun sejak dulu.

Selain sebagai pelepas penat dan juga tujuan wisata, Braga istimewa dengan sejarah panjang sebagai pusat hiburan di masa kolonial. Hingga kini, citra itu melekat erat. Braga masih menjadi kawasan belanja, wisata, juga berkumpul kaum tua dan skena.

Selain berbagai hotel, restoran, kafe, dan mal, bangunan bergaya bergaya arsitektur Art Deco, kolonial Belanda, dan Indische, seperti Gedung Landmark dan Gedung Merdeka, yang masih berdiri kokoh menjadi daya pikat.

Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heritage Society mengisahkan perjalanan Jalan Braga dulu hingga kini.

Salah satu anggota paguyuban itu, Tubagus Adhi, menceritakan usai kemerdekaan Indonesia, Jalan Braga mulai kembali dihidupkan, yakni sekitar 2000-an. Sebelumnya, pada 1990-an, kawasan tersebut bak hidup segan mati tak mau.

"Jadi orang di tahun 90-an tuh kesulitan datang ke Braga tuh karena hanya toko saja kan gitu. Nah persepsinya dari zaman Belanda perpindahan atau nge-link yang bagus. Kadang-kadang berubah-ubah kebijakan kota ini," ujarnya di Jalan Braga kepada detiktravel, pada Jumat (30/5/2025).

Dari banyaknya cagar budaya di Kota Bandung (dalam hal ini bangunan heritage di Jalan Braga) Adhi dan juga komunitasnya begitu mendambakan Jalan Braga seperti kota-kota di luar negeri, yang juga menonjolkan bangunan heritage-nya sebagai daya tarik.

"Karena kita melihat beberapa kota-kota besar di dunia, misal di negara lain saat jalan-jalan misalnya di London, ke Paris, ke Roma itu kan menggunakan bangunan lama. Bahkan Singapura yang paling deket, kan bangunan lama juga," kata Adhi.

Kawasan ramai turis di Jalan Braga Bandung dan juga daya tarik bangunan heritagenya

"Lantas kalau kita punya bangunan lama kenapa nggak kita buka juga? toh ternyata mereka juga berhasil membuat, ngegenjot tourism gitu. Dengan bangunan (heritage) ini, tugas kita yang pertama adalah melestarikan budayanya dong," kata dia.

Dalam banyangan idealnya, Adhi menuturkan, keinginannya untuk melihat Jalan Braga menyerupai zaman keemasannya Kota Bandung, yaitu sekitar 1930-an. Karena Adhi mengatakan di Kota Bandung sendiri memiliki sekitar 1770 bangunan cagar budaya.

Jadi jika merujuk pada beberapa kota di Indonesia yang hanya punya kawasan terbatas terkait kawasan kota tua, bagi Adhi, Bandung punya lebih besar dari manapun.

"Jadi kalau di Jakarta mah seuprit (sekecil) Kota Tua segitu ya atau ke Menteng gitu, ke Surabaya di pinggir-pinggir itu atau ke Semarang di daerah Semarang kota. Nah di Bandung itu satu kota jadi gede banget lah kan," ujar dia.

Dalam percakapan dengan detiktravel di salah satu coffeshop di Jalan Braga itu, Adhi menceritakan bahwa kafe tersebut adalah toko fesyen di zaman dahulu. Toko bernama Au Bon Marche yang merupakan toko fesyen dengan busana-busana mengikuti tren di Paris.

"Sekarang kan jadi kafe, udah nggak jadi toko fesyen lagi. Tapi pada 90-an ini udah pernah jadi gudang dan tidak jadi apa-apa kan gitu, nah pengembangan berikutnya inilah jadi tempat kopi," ujar dia.




© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.