TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (USD) menggelar International Conference on Sustainable Natural Products in Healthcare (ICSNPH) 2025 di The Alana Hotel & Convention Center Yogyakarta.
Konferensi internasional ini mengusung tema "Interdisciplinary Approaches from Lab to Clinical Breakthroughs" untuk mendorong kolaborasi global dalam inovasi produk alami berkelanjutan.
Konferensi yang dihadiri 300 peserta dari 15 negara ini bertujuan mengakselerasi pemanfaatan bahan alami seperti tanaman obat dan senyawa bioaktif dalam terapi modern.
cara ini mempertemukan akademisi, peneliti, praktisi klinis, dan pelaku industri farmasi internasional.
Terkait hal tersebut Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dra. L. Rizka Andalusia mengatakan pentingnya sinergi antara peneliti, praktisi, dan regulator untuk mempercepat inovasi produk bahan alam.
"Kolaborasi ini krusial agar produk herbal Indonesia dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan nasional secara lebih luas dan efektif," ujar Rizka dalam pernyataannya, Jumat(13/6/2025).
Sementara itu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Dr Apt. Dewi Setyaningsih menjelaskan salah satu fokus utama adalah memperkuat kemandirian sektor kesehatan nasional dengan memanfaatkan potensi lokal melalui standar ilmiah internasional. "Indonesia memiliki 40.000 spesies tanaman, dengan 9.600 spesies berkhasiat obat yang berpotensi dikembangkan menjadi produk farmasi," ujarnya.
"Kami ingin menjadikan USD sebagai pusat pertukaran gagasan inovatif dalam pemanfaatan produk alami untuk kesehatan," tambahnya.
Dosen Fakultas Farmasi USD, Apt. Agustina Setiawati mengakui masih ada tantangan dalam aspek regulasi dan uji klinis produk herbal. "Diperlukan kerja sama erat antara peneliti, industri, dan pemerintah untuk mengatasi hambatan ini," katanya.
Konferensi juga membahas peluang ekspor produk herbal Indonesia yang saat ini baru mencapai nilai US$ 180 juta per tahun, jauh di bawah potensi yang ada.
Hasil konferensi akan dituangkan dalam prosiding ilmiah yang dapat diakses komunitas global dan diharapkan menjadi landasan penelitian lanjutan serta kebijakan publik.