Kerjaan Mossad 8 Bulan, Pejabat Israel: Kami Dapat Lampu Hijau Amerika Sebelum Serang Iran
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat disebut-sebut mengetahui serangan besar-besaran Israel terhadap target nuklir dan militer Iran pada Jumat (13/6/2025).
AS disebut sudah mengetahui Israel akan menyerang Iran beberapa hari sebelum operasi dimulai.
"Meskipun belakangan Gedung Putih membantahnya secara terbuka," demikian laporan pers Anadolu, pada Jumat.
Pejabat pemerintahan Presiden AS, Donald Trump dilaporkan sudah diberi pengarahan sebelum operasi Israel ke Iran.
"Pejabat AS tidak menentangnya secara pribadi, meskipun belakangan membuat pernyataan publik yang terkesan kalau AS tidak terlibat apapun dalam serangan Israel ke Iran tersebut, situs web berita Amerika, Axios melaporkan, mengutip narasumber dari pasukan Israel.
"Kami mendapat lampu hijau yang jelas dari AS," Axios mengutip seorang pejabat Israel.
Presiden Donald Trump, yang berbicara beberapa jam sebelum serangan, menyatakan AS tidak akan berpartisipasi secara militer tetapi kemudian mengakui bahwa ia memiliki pengetahuan sebelumnya.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio menekankan bahwa Israel bertindak "secara sepihak."
Pasukan Israel menyerang Iran pada dini hari Jumat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkannya sebagai upaya untuk "menghilangkan" kemampuan nuklir dan rudal Teheran, yang menyebabkan peningkatan dramatis dalam ketegangan regional.
"Ini bukan operasi berjam-jam atau berhari-hari," kata Netanyahu.
"Ini akan terus berlanjut sampai tujuan kami tercapai."
Menurut laporan Axios, agen badan intelijen Israel, Mossad telah mengerjakan rencana serangan itu selama delapan bulan.
Operasi itu meliputi pengeboman udara, pembunuhan terarah, dan misi sabotase rahasia oleh badan intelijen Israel, Mossad, di darat di Iran.
Pejabat Israel mengatakan kepada media itu bahwa rencana itu mulai dijalankan menyusul serangan balasan Iran terhadap Israel Oktober lalu.
Serangan terbaru Israel ke Iran ini dimotivasi oleh informasi intelijen yang menunjukkan bahwa Iran sedang mempercepat kemampuan persenjataan nuklirnya dan mempersiapkan fasilitas pengayaan bawah tanah berbenteng yang dianggap kebal bahkan terhadap penghancur bunker canggih.
Pada jam-jam awal saja, militer Israel mengonfirmasi kematian dua ilmuwan nuklir dan sedikitnya tiga pemimpin militer tinggi, termasuk komandan Garda Revolusi dan kepala staf militer Iran.
Iran telah bersumpah untuk membalas, dengan ancaman akan menargetkan situs-situs Israel dan pangkalan militer AS di wilayah tersebut.
"Kami akan menanggapi pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat," kata seorang pejabat senior Iran pada hari Jumat.
Masyarakat internasional telah menyatakan keprihatinan atas risiko konflik skala penuh. Sementara itu, negara-negara Eropa terus mendesak pertemuan darurat untuk membahas kesepakatan nuklir.
Situasi masih belum stabil karena para analis memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat memicu perang yang lebih luas di Timur Tengah.
(oln/anadolu/*)