TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajang Indo Defence yang dibuka Presiden Prabowo Subianto membuka kesempatan industri pertahanan Indonesia dengan luar negeri.
Penjajakan kerja sama bidang industri pertahanan dibuka dengan perusahaan pertahanan Turki.
"Baru saja sudah berlangsung pembicaraan dengan perusahaan dari Turki. Dan ini memang sejalan dengan agenda atau visinya Bapak Presiden kita, Bapak Prabowo Subianto," ujar Direktur R&D PT Sangkuriang Internasional Agung Aswamedha melalui keterangan tertulis, Jumat (13/6/2025).
Dirinya mengungkapkan bahwa diskusi awal telah dilakukan.
Rencananya dalam waktu dekat akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU).
“Kami tadi baru saja melakukan diskusi dan mungkin next-nya kita langsung membuat MoU dengan salah satu perusahaan cukup terkenal di Turki," katanya.
"Ini untuk membantu industri lokal kita supaya industri lokal kita bisa bertumbuh, bisa kuat, bisa seperti mereka dalam hal memproduksi sistem persenjataan di Indonesia. Teknologi persenjataan," tambahnya.
Menurut Agung, Turki menjadi salah satu mitra strategis yang diharapkan dapat memperkuat kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
Negara tersebut dinilai memiliki kemajuan signifikan dalam pengembangan teknologi militer dan dinilai terbuka dalam transfer teknologi serta kerja sama penguatan kapasitas lokal.
“Turki merupakan destinasi utama yang bisa mendukung industri pertahanan kita. Kita harap mereka bisa bantu kita tumbuh, kuat, dan bisa seperti mereka dalam memproduksi sistem persenjataan,” jelasnya.
Agung menegaskan bahwa kerja sama ini akan difokuskan pada penguatan teknologi, khususnya dalam pengembangan sistem persenjataan laut dan udara berbasis network centric warfare.
Pihaknya mengembangkan sendiri sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista), seperti semi-autonomous underwater vehicle untuk mendukung operasi penyapuan ranjau, serta drone vertikal bernama Kalapati untuk kebutuhan patroli laut.
“Produk ini sudah diuji sembilan kali di Kepulauan Seribu, dan kami siap eskalasi pengembangannya. Ini bukan hanya soal produk, tapi membangun sistem dan kemandirian,” kata Agung.
Agung menyebut bahwa pengalaman Turki dalam memperkuat industri pertahanan nasional melalui kerja sama riset dan pengembangan bisa menjadi inspirasi sekaligus mitra akselerasi bagi Indonesia.
Terlebih, kata dia, Turki memiliki pendekatan yang menggabungkan kekuatan militer dan teknologi sipil secara strategis.
“Kita di sini tidak hanya bicara soal pembelian, tapi bagaimana membangun kemampuan kita sendiri. Dengan mitra dari Turki, kita ingin proses itu terjadi lebih cepat dan terarah,” pungkas Agung.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan bahwa pameran industri pertahanan internasional ini tidak hanya menjadi ajang pamer teknologi.
Menurutnya, hal itu juga simbol kebangkitan generasi teknokrat Indonesia di bidang pertahanan.
"Secara khusus, dilaporkan kepada Bapak Presiden, dalam Indo Defence, banyak produksi mulai diawaki oleh generasi putra-putri anak bangsa yang memiliki semangat nasional teknokrat Indonesia," kata Menhan dalam laporannya di Indo Defence di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025).
Tema penyelenggaraan Indonesia Defence tahun ini adalah ‘Defence Innovation for Global Peace and Stability’.
Acara ini diikuti oleh 1.180 peserta ekshibisi dari 42 negara sahabat. Total, sebanyak 659 perusahaan asing dan 521 produsen dalam negeri ambil bagian dalam pameran yang digelar dua tahunan ini.
Sjafrie juga mengumumkan daftar negara sahabat yang mengirimkan pejabat tinggi pertahanannya ke pameran ini, di antaranya Menteri Pertahanan dari Brunei Darussalam, Jepang, Korea Selatan, Bosnia, Papua Nugini, serta Timor Leste.
Selain itu, hadir juga Panglima dan Wakil Kepala Staf dari negara-negara seperti Brunei, Vietnam, Arab Saudi, Timor Leste, Italia, Kamboja, Turki, Iran, dan Sri Lanka.